BERAGAMA YANG TULUS
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan
sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa
penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah
yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Memang, beragama bersumber dari
dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri
tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang
tidak bisa dipisahkan, walau bisa
dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak
mementingkan satu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain. Tawassuth dan
tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik
(hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan
saling menasehati dan saling memberi arti. Keterlibatan dan keterhubungan ini,
AlQuran menyebutnya dengan istilah habl, tali, kabel.
Sekarang, agama dan beragama sangat mudah untuk diucapkan, sangat
mudah untuk dituliskan, terlebih ketika lalu lintas hubungan yang sudah
menggobal. Globalisasi membuat manusia millenial ke-tiga ini sangat mudah
memahami ilmu, pengetahuan, pemahaman, pengkajian, pengamalan. Sebelum dan
sesudahnya nanti manusia tidak butuh lagi kepada ruang-ruang kelas sekolah
bertingkat, dan ruang-ruang kelas diskusi. Sekolah-sekolah virtual menjamur,
pesantren-pesantren virtual menjamur, kitab-kitab virtual menjamur, pasar-pasar
virtual menjamur yang berakibat mengurangi atau menihilkan hubungan face to
face. Lalu, dimana posisi beragama tulus yang menyertakan hubungan manusia
dengan Tuhan dan menyertakan hubungan sesama.
Saat pendidikan, pengajaran dan pelatihan formal dan non formal
tidak selalu linear dengan bursa dunia kerja, terutama bagi generasi milenial
kelahiran tahun 2000 masehi dan seterusnya. Kondisi ini merealita sebagai
dampak kemajuan teknologi yang sudah sangat menggobal. Dunia seperti desa kecil
(global village) yang tidak berantara dan tidak berbatas dalam komunikasi
virtual. Beragama pun dihadapkan dengan pola hidup yang trans-nasional,
trans-nilai kebaikan, trans-nilai keburukan, trans-budaya, trans-bahasa, bahkan
trans-agama. Mempertanyakan peran suci yang dimainkan agama sungguh sangat
penting, supaya agama tidak kehilangan spirit menjangkau zaman dan tidak
primitif dalam pengkajian dan penerapan.
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal
berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi
manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Bila
digambarkan secara singkat adalah garis korelasional Tuhan, manusia, alam. Saat
berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif
bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh
diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi
mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network) antar wilayah,
antar warga yang sekarang terjadi secara digital. Digitalisasi perkantoran,
digitalisasi perusahaan, digitalisasi persekolahan membuat generasi baru
milenial berpikir praktis, ekonomis, efektif dan efesiensi ruang dan waktu.
Dampak ikutannya lagi adalah sulit menerapkan regulasi secara ketat bagi warga
dunia, sebab penciri yang sangat kentara bagi abad ini dan tahun-tahun
mendatang adalah perubahan. Syukur sekiranya sebuah usaha bisnis bertahan
selama lima tahun. Sebab akan banyak terjadi perubahan yang dialami selama lima
tahun, dimana perubahan terjadi setiap hari. Jatuh bangun supermarket, jatuh
bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis
perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan,
obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin (kompas) yang sulit
diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu. Apalagi bila pasar dunia
dihadapkan dengan kelangkaan pangan dan gas alam.
Tawaran nilai jual agama wajib jumawa, bila gagal sungguh telah
gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi, terhadap
hati-hati ummat yang saat ini mudah kecewa, tubuh yang mudah letih karena udara
yang kotor, air sungai yang tercemar,
pegunungan meratus yang hampir atau sudah gundul, banjir bandang
berkepanjangan, gunung merapi yang meletus di kawasan darat (gempa vulkanik)
dan gunung merapi yang meletus di kawasan dalam laut (gempa tektonik) yang
berefek tsunami atau sebaliknya musim panas dan kemarau yang berkepanjangan
tiada jeda adalah tugas-tugas yang dihadapi
manusia pada tahun-tahun mendatang. Bila kemiskinan telah melilit, pendapatan tidak mencukupi, cadangan logistik
dalam dan luar negeri sudah menyedikit, virus terus berdiaspora dalam bentuk
yang tidak lagi mampu terdeteksi, kerusakan alam lingkungan sekitar, keluarga banyak
yang broken home, sekolah mulai kehilangan kepercayaan, bahkan angka kematian
melaju dengan pesat, mendadak, kematian tiba-tiba tanpa diawali dengan
tanda-tanda sakit. Dimana posisi dan urgensi do'a dan mantra-mantra agama?
Ukuran kebahagiaan pun mengalami gradasi dan kedustaan dalam
selimut kebendaan. Saat setia kepada pasangan tetapi selingkuh di luar adalah
bukti kerapuhan menjaga rahasia rumah tangga yang wajib dirahasiakan.
Menyandarkan kesenangan adalah sama dengan kemudahan, kemudahan adalah kesenangan,
kesenangan adalah kesuksesan berdampak lagi pada generasi yang begitu lahir ke
bumi sudah akrab dengan gadget terbaru dengan tawaran yang menyediakan
menu-menu tercanggih abad ini. Dunia mereka dalam genggaman tangan dengan
link-link dunia yang menarik.
Dunia mereka berada dalam
genggaman handphone, bahkan ayahnda dan bunda diabaikan, guru di sekolah
dijadikan insan pencetak angka kuantitatif, lembaga sekolah hanya dijadikan
percetakan dan penerbitan ijazah, para penceramah dianggap penjual cerita-cerita
lama dan kisah-kisah orang terdahulu
(asathirul-awwalin), masyarakat saling menindas, menindih, menuduh,
kondisi masyarakat ibarat masyarakat laba-laba yang sebenarnya rumah pikiran
dan rumah perasaan mereka sangat rapuh seperti rumah laba-laba, sekiranya mereka
mengetahui (inna auhanal buyut, labaital ankabut, laukanu ya'lamun).
Ketika dunia telah sempurna mencapai puncak sebagian sinyal atau
tanda-tanda keruntuhan peradaban dan kebudayaan mulai menyusut karena faktor
kerentanan dan keletihan waktu sejarah yang berjalan, kemunduran sebab faktor
kemewahan hidup materialistik, berakhir dengan keruntuhan peradaban disebabkan
faktor siklus kehidupan dari masa kelahiran, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa
kemajuan, masa kemunduran dan masa kehancuran. Sunnatullah yang berlaku pasti
pada setiap negeri, bangsa dan ummat secara keseluruhan. Dia yang maha kasih
telah berkalam dengan kalam suci sejak abad ke-7 masehi: " ... Dan itulah masa-masa yang Kami
pergilirkan diantara manusia, ... "
(Ali Imran:140).
Sesudah masa puncak kegemilangan ilmu dan teknologi, siklus roda
perjalanan dunia manusia akan memasuki babak kembali kepada kegelapan (the
dark) seperti dahulu kala. Saat si angkara murka bersimahraja-lela, tiada hukum
tiada agama, tiada lagi kesopanan, tiada regulasi, tiada syariah, pada masa
akhir zaman adalah orang-orang hidup seperti pemabuk, padahal mereka bukan mabuk, melainkan karena keras adzab
Allah SWT.
Tanda-tanda tersebut telah tampak hari ini, dimana manusia berpacu
dengan waktu, panik menjadi cirinya. Keras dan cepat perjalanan waktu seakan
memotong-motong umur manusia, waktu laksana pedang (alwaqtu kasy-syaif),
mengejar antara capaian duniawi dengan waktunya serta kematian yang semakin
hampir. Beban hidup yang berat ditanggung-dipikul menjadikan bayi dan anak-anak
cepat beruban sebelum waktunya. Mengingat adzab yang semakin dekat datangnya
(ata amrullah), sudah masanya kini saat usia dunia tua, zaman dan masa
penghujung untuk selalu dekat dengan Tuhan. Dengan dzikir akhir zaman, dzikir
nabi Yunus 'alaihissalam, dan beragama dengan tulus untuk Allah SWT saja.
Memohon kepadaNya seperti contoh nabi ikan Nun dalam kegelapan laut (fi
dzulumatil bahri). Sketsa dari visualisasi masa, ruang dan situasi yang tidak
menentu.
Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi
kasih tulus, tulus dalam memberi di
tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang
menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi
bantuan kemanusiaan bagi pesakitan. Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di
hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di
ranjang-ranjang rumah sakit para pasien,
di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad
dengan Tuhan manusia (birabbinnas), raja manusia (malikinnas), sesembahan
manusia (ilahinnas). Tuhan yang maha sayang sebutkan sebuah amal mulia yang
sungguh sulit dicapai dan payah digapai, karena ditempuh dengan mendaki.
Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki
lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu, yaitu
melepaskan kesulitan (segala jenis perbudakan dari masa ke masa), memberi makan
pada hari kelaparan kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, atau
orang miskin yang sangat miskin, kemudian dia orang-orang yang beriman,
berpesan untuk saling sabar dan saling berkasih-sayang, mereka itulah golongan
kanan. Dan orang-orang yang ingkar pada ayat suruhan Kami (di atas), mereka
itulah golongan kiri, mereka (golongan kiri) berada di dalam neraka yang
ditutup rapat." (AlBalad:11-20). Landasan ayat ini memacu kerja ilmu,
iman, amal, sudahkah ummat saling ikhlas jika mau menampung musafir yang hidup terlantar, atau para
mahasiswa penuntut ilmu yang kehabisan bekal, atau sekedar membelai rambut anak
yatim piatu yang telah kehilangan cinta ayahnda dan bunda, sesekali memberi
makanan dan minuman kepada orang yang tidak kita kenal, atau melebihkan bayaran
saat berbelanja, atau menyapa dengan ramah dan tamah tanpa marah, merupakan jalan
budi luhur yang dicintai Tuhan. Spirit agama yang hari ini sudah terlalu banyak
dilupakan karena egoisme diri, dan hanya fokus memandang kesenangan diri yang
hedonis.
Mudahan literasi (maktabah) yang sederhana ini mengungkit kembali
romantika hidup bersama saat kecil dahulu yang masih polos tanpa polesan. Saat
ikhlas membantu tanpa pamrih, saat tulus menolong tanpa pernah menolak, saat
tulus bersama dalam suka dan duka. Sungguh orang-orang yang telah mati sangat
berharap kepada kenangan baik dan doa tulus dari orang-orang yang masih hidup.
Mari menyenangkan orang lain dengan kepengajaran dan kepenasehatan tulus
sebagai pengalaman yang dijalani bersama. Hakikat hidup berbuat baik adalah
sama dengan berbuat baik kepada diri sendiri, membantu dan menolong diri
sendiri, " ... Berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu,
dan jangan berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan." (AlQasas:77).
The power of knowledge hampir sedikit lagi menolak postulat agama,
minimal skeptis (ragu) terhadap ajarannya. Sebab agama dan pengetahuan lahir
dari unsur yang berbeda. Agama lahir dari keyakinan dalam arti bermula dari
yakin, berakhir kepada yakin, sementara pengetahuan lahir dari keraguan, berakhir
dengan keraguan. Pengetahuan sifatnya tentatif, temporal dan relatif sebab
berada pada kawasan logika yang suka berubah-rubah sebagai ciri utamanya.
Sedang agama berada pada kawasan hati (qalbu) sebagai wadah Tuhan menurunkan
ilham suci dan sifatnya tenang (tumakninah), tidak berubah (dhabit), tidak
goyah (tsiqah) dan selalu condong kepada kebenaran (hanif) dan kepada
kelapangan hati (samhah). Beragama yang tulus merupakan corak beragama yang
sebenarnya dengan murni, bukan paksaan, bukan kebohongan. Orang yang beragama
dengan tulus akan memancarkan ketulusan dalam perkataan, perbuatan dan
perhatian, sebab dia telah menempatkan diri sebagai hamba Allah ('abdullah).
Wallahu a'lam.
Nama : Wulan Meilani Putri
BalasHapusKelas : 1E
Semester 1
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa sejatinya, dalam masyarakat Indonesia masih banyak komunitas yang mempraktikkan kerukunan beragama secara tulus.Demikian pula keberadaan rumah ibadah agama lain dalam lingkungan agama berbeda tidak dipermasalahkan, bahkan dibantu pendiriannya
Nama : aditiya prayoga
BalasHapusNim : 12201145
Kelas : 1 E
Prodi : PAI
Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti AlQuran menyebutnya dengan istilah habl, tali, kabel.
Sekarang, agama dan beragama sangat mudah untuk diucapkan, sangat mudah untuk dituliskan, terlebih ketika lalu lintas hubungan yang sudah menggobal. Globalisasi membuat manusia millenial ke-tiga ini sangat mudah memahami ilmu, pengetahuan, pemahaman, pengkajian, pengamalan.
formal tidak selalu linear dengan bursa dunia kerja, terutama bagi generasi milenial kelahiran tahun 2000 masehi dan seterusnya. Kondisi ini merealita sebagai dampak kemajuan teknologi yang sudah sangat menggobal. Dunia seperti desa kecil (global village) yang tidak berantara dan tidak berbatas dalam komunikasi virtual. berantara dan tidak berbatas dalam komunikasi virtual. Beragama pun dihadapkan dengan pola hidup yang trans-nasional, trans-nilai kebaikan, trans-nilai keburukan, trans-budaya, trans-bahasa, bahkan trans-agama. Mempertanyakan peran suci yang dimainkan agama sungguh sangat penting, supaya agama tidak kehilangan spirit menjangkau zaman dan tidak primitif dalam pengkajian dan penerapan.
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Bila digambarkan secara singkat adalah garis korelasional Tuhan, manusia, alam.
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Bila digambarkan secara singkat adalah garis korelasional Tuhan, manusia, alam. Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di ranjang-ranjang rumah sakit para pasien, di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad dengan Tuhan manusia (birabbinnas), raja manusia (malikinnas), sesembahan manusia (ilahinnas). Tuhan yang maha sayang sebutkan sebuah amal mulia yang sungguh sulit dicapai dan payah digapai, karena ditempuh dengan mendaki. Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu, yaitu melepaskan kesulitan (segala jenis perbudakan dari masa ke masa), memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat miskin, kemudian dia orang-orang yang beriman, berpesan untuk saling sabar dan saling berkasih-sayang, mereka itulah golongan kanan. Dan orang-orang yang ingkar pada ayat suruhan Kami (di atas), mereka itulah golongan kiri, mereka (golongan kiri) berada di dalam neraka yang ditutup rapat." (AlBalad:11-20)
Beragama yang tulus merupakan corak beragama yang sebenarnya dengan murni, bukan paksaan, bukan kebohongan. Orang yang beragama dengan tulus akan memancarkan ketulusan dalam perkataan, perbuatan dan perhatian, sebab dia telah menempatkan diri sebagai hamba Allah ('abdullah). Wallahu a'lambishowaf.
Nama: Sucy Ramadani
BalasHapusNim: 12201161
Kelas: 1E
Komentar yang bisa saya sampaikan berkaitan dengan beragama yang tulus adalah beragama harus sesuai dengan makna islam itu sendiri. Yakni tunduk, pasrah akan segala syaratnya.
Banggalah,beranilah dalam mengamalkan segala syariat islam, tak usah ambil peduli apa kata orang lain. Tulus lah dalam beragama agar bisa menjalani dengan rasa ikhlas.
Nama : wahyu kurniawan
BalasHapusNIM : 12201152
Kelas : 1E
Beragama yang tulus itu berarti kita tulus akan sesuatu yang menjadi aksi seperti aksi tanggap dan sigap terhadap kasih sayang dan tulus dalam berbagi atau memberi kepada sesama umat muslim. contoh nya seperti kita bersedekah yang mana jika kita bersedekah kita harus merelakan apa yang sudah kita berikan dan serahkan. kita iklas dan tulus dalam bersedekah.
NAMA : Muhammad Wildan
BalasHapusNIM : 12201158
KELAS : 1 E
PRODI : PAI
Komentar (kesimpulan) saya tentang Beragama yang tulus adalah seorang muslim dan muslimat yang benar-benar beragama islam, yang benar-benar menanamkan didalam dirinya nilai nilai islam didalam Kehidupan sehari harinya harus beragama yang tulus. Maksud beragama yang tulus adalah kita sebagai seorang muslim dan muslimat yang memeluk agama islam harus benar benar menerapkan didalam kehidupan kita sehari hari nilai nilai didalam al-Qur'an dan hadisnya Nabi Muhammad shallahhu'alaiwasallam. Karena dengan dua perkara itulah supaya hidup kita selamat dunia akhirat. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh junjungan kita Nabi kita yaitu Baginda Nabi Muhammad shallahhu'alaiwasallam yaitu beliau bersabda " aku tinggalkan kepada kalian (para umatku) 2 perkara yang mana kalau kalian berpegang teguh kepada 2 perkara tersebut kalian akan selamat hidup di dunia dan akhirat, kemudian para sahabat menjawab " Apa itu wahai Rasulullah " kemudian beliau menjawab yaitu " Al-Qur'an dan hadisku".
NAMA:ILHAM PADILLAH
BalasHapusNIM:12201166
KELAS:1E
Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Nama : Murni Hasti Ningrum
BalasHapusKelas :1E
Prodi : PAI
Dari kesimpulan di atas bahwasanya beragama yang tulus itu hakikatnya ialah segala sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Memang, beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Nama: Febryan Raditya
BalasHapusNim: 12201179
Kls: 1E
Beragama yang tulus bukan berarti hanya tulus dari labeling atau nempel. Maksudnya tidak hanya menempatkan nya di dalam hati, sehingga untuk menjalani aturan dalam agama tidak di tunaikan, dikarenakan hanya tulus semata. Akan tetapi harus ditunjukkan ketulusan itu dengan mengaplikasikan nya di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menunaikan ibadah-ibadah yang telah di perintah kan, menjauhi larangan yang sudah disampaikan oleh agama, serta selalu berbuat kebajikan dimanapun itu dan kapanpun itu.
NAMA: Hairol pahmi
BalasHapusNIM: 12201172
KELAS: 1E
Beragama dengan tulus yang di maksud seperti penjelasan di atas adalah tidak ada keterpaksaan dari faktor apapun, beragama dengan keyakinan masing masing sesuai apa yang di perintahkan dan di sampaikan oleh Allah SWT melalui Nabiyullah yait nai Muhammad SAW. beragama bukanlah sekedar menjalankan apa yang di perintahkan dengan hati kosong tetapi di isi dengan iman yang kuat taqwa serta keyakinan kuat kepada Allah SWT, di isi dengan taqwa dengan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi semua apa yang di larangnya. Tujuan utama sebenarnya umat manusia di bumi ini ialah untuk beribadah selalu mengingat akan tuhannya manusia di bumi ini hanyalah kehidupan sementara, dan kehidupan yang kekal sebenarnya adalah di akhirat itulah yang perlu kita ingat sebagai tujuan utama kehidupan ini di bumi jadi, berlomba-lombalah dalam kebaikan untuk mendapatkan pahala yang tiada batasnya dari Allah serta mendapatkan syurga yang terbaik di sisi Allah SWT.
Nama : Bayu prasetio
BalasHapusNim : 12201168
Kelas : 1 E (PAI)
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama.
Nama : Zaki Ferdiansyah
BalasHapusKelas : 1 E
Nim : 12201164
Menurut Dari Pemahaman Di Atas
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Beragama yang tulus itu tidak ada rasa keterpaksaan, maksudnya ada kita melakukan segala sesuatu itu dengan keikhlasan salah satu nya yaitu beribadah melaksanakan solat , ngaji, puasa, Dll. Ketika sesuatu yang dilakukan dengan ketulusan dari hati kita dapat merasakan suatu ketenangan dari dalam diri kita, suatu keikhlasan itu berasal dari hati kita, jika hati kita bersih maka mudah pula melakukan nya, jika hati kita kotor maka melakukan sesuatu pun akan terasa berat dan akan merasa terpaksa.
Nama : Yunda Acisa Haskil
BalasHapusNIM : 12201175
Kelas : 1 E
Beragama yang Tulus
Beragama itu tidak mungkin hanya sekedar sebuah lebel atau sesuatu yang ditempatkan sembarangan dan juga tidak untuk di permainkan. Beragama bagi umat Islam itu sesuatu yang benar-benar di wajib kan karena tanpa agama manusia tidak akan tau arah hidup nya apa yang akan disembahnya, siapa yang menjadi tuhanya dan bagaimana dia bisa menuju jalan yang lurus. Maka dari itu manusia wajib dan harus beragama.
Sedangkan tulus, tulus itu sebuah sikap atau sifat yang mengikhlaskan atau menyerahkan sesuatu tanpa harus memikirkan untuk meminta balasan dari orang yang sudah kita beri.
Jadi beragama yang tulus itu adalah sigap atau aksi tanggap kita terhadap agama dan kita harus tulus dalam beragama agar tidak tersesat atau terjerumus ke lembah yg hina.
Nama : Lely Herlina
BalasHapusNim :12201120
Kelas :1D
Semester : 1
Menurut saya Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Memang, beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak mementingkan satu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain. Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti. Keterlibatan dan keterhubungan ini, AlQuran menyebutnya dengan istilah habl, tali, kabel.Tanda-tanda tersebut telah tampak hari ini, dimana manusia berpacu dengan waktu, panik menjadi cirinya. Keras dan cepat perjalanan waktu seakan memotong-motong umur manusia, waktu laksana pedang (alwaqtu kasy-syaif), mengejar antara capaian duniawi dengan waktunya serta kematian yang semakin hampir. Beban hidup yang berat ditanggung-dipikul menjadikan bayi dan anak-anak cepat beruban sebelum waktunya. Mengingat adzab yang semakin dekat datangnya (ata amrullah), sudah masanya kini saat usia dunia tua, zaman dan masa penghujung untuk selalu dekat dengan Tuhan. Dengan dzikir akhir zaman, dzikir nabi Yunus 'alaihissalam, dan beragama dengan tulus untuk Allah SWT saja. Memohon kepadaNya seperti contoh nabi ikan Nun dalam kegelapan laut (fi dzulumatil bahri). Sketsa dari visualisasi masa, ruang dan situasi yang tidak menentu.Tawassuth dan tawazun pada dimensi esoterik dan dimensi eksoterik pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti.Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan. Orang yang beragama dengan tulus akan memancarkan ketulusan dalam perkataan, perbuatan dan perhatian, sebab dia telah menempatkan diri sebagai hamba Allah,beragama bersumber dari dimensi dalam dan bersumber dari dimensi luar diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.Sebab akan banyak terjadi perubahan yang dialami selama lima tahun, dimana perubahan terjadi setiap hari.Beragama yang tulus artinya aksi.Tawaran nilai jual agama wajib jumawa, bila gagal sungguh telah gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi, terhadap hati-hati ummat yang saat ini mudah kecewa, tubuh yang mudah letih karena udara yang kotor, air sungai yang tercemar, pegunungan meratus yang hampir atau sudah gundul, banjir bandang berkepanjangan, gunung merapi yang meletus di kawasan darat (gempa vulkanik) dan gunung merapi yang meletus di kawasan dalam laut (gempa tektonik) yang berefek tsunami atau sebaliknya musim panas dan kemarau yang berkepanjangan tiada jeda adalah tugas-tugas yang dihadapi manusia pada tahun-tahun mendatang. Bila kemiskinan telah melilit, pendapatan tidak mencukupi, cadangan logistik dalam dan luar negeri sudah menyedikit, virus terus berdiaspora dalam bentuk yang tidak lagi mampu terdeteksi, kerusakan alam lingkungan sekitar, keluarga banyak yang broken home, sekolah mulai kehilangan kepercayaan, bahkan angka kematian melaju dengan pesat, mendadak, kematian tiba-tiba tanpa diawali dengan tanda-tanda sakit.
Nama : Mu'alim
BalasHapusNim : 12201114
Kelas 1D
Semester 1
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama.
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia.
The power of knowledge hampir sedikit lagi menolak postulat agama, minimal skeptis (ragu) terhadap ajarannya. Sebab agama dan pengetahuan lahir dari unsur yang berbeda.
Nama:Sutia suri
BalasHapusNim:12201134
Kelas:1D
Semester:1
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama.Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti. Keterlibatan dan keterhubungan ini, AlQuran menyebutnya dengan istilah habl, tali, kabel.masa perkembangan, masa kemajuan, masa kemunduran dan masa kehancuran. Sunnatullah yang berlaku pasti pada setiap negeri, bangsa dan ummat secara keseluruhan. Dia yang maha kasih telah berkalam dengan kalam suci sejak abad ke-7 masehi: " ... Dan itulah masa-masa yang Kami pergilirkan diantara manusia, ... " (Ali Imran:140).Hakikat hidup berbuat baik adalah sama dengan berbuat baik kepada diri sendiri, membantu dan menolong diri sendiri, " ... Berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (AlQasas:77).Sedang agama berada pada kawasan hati (qalbu) sebagai wadah Tuhan menurunkan ilham suci dan sifatnya tenang (tumakninah), tidak berubah (dhabit), tidak goyah (tsiqah) dan selalu condong kepada kebenaran (hanif) dan kepada kelapangan hati (samhah). Beragama yang tulus merupakan corak beragama yang sebenarnya dengan murni, bukan paksaan, bukan kebohongan.
Nama : Diky Amanda
BalasHapusNim. : 12201214
Kelas : 1F
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Bila digambarkan secara singkat adalah garis korelasional Tuhan, manusia, alam. Saat berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network) antar wilayah, antar warga yang sekarang terjadi secara digital. Digitalisasi perkantoran, digitalisasi perusahaan, digitalisasi persekolahan membuat generasi baru milenial berpikir praktis, ekonomis, efektif dan efesiensi ruang dan waktu. Dampak ikutannya lagi adalah sulit menerapkan regulasi secara ketat bagi warga dunia, sebab penciri yang sangat kentara bagi abad ini dan tahun-tahun mendatang adalah perubahan. Syukur sekiranya sebuah usaha bisnis bertahan selama lima tahun. Sebab akan banyak terjadi perubahan yang dialami selama lima tahun, dimana perubahan terjadi setiap hari. Jatuh bangun supermarket, jatuh bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan, obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin (kompas) yang sulit diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu. Apalagi bila pasar dunia dihadapkan dengan kelangkaan pangan dan gas alam.
Tawaran nilai jual agama wajib jumawa, bila gagal sungguh telah gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi, terhadap hati-hati ummat yang saat ini mudah kecewa, tubuh yang mudah letih karena udara yang kotor, air sungai yang tercemar, pegunungan meratus yang hampir atau sudah gundul, banjir bandang berkepanjangan, gunung merapi yang meletus di kawasan darat (gempa vulkanik) dan gunung merapi yang meletus di kawasan dalam laut (gempa tektonik) yang berefek tsunami atau sebaliknya musim panas dan kemarau yang berkepanjangan tiada jeda adalah tugas-tugas yang dihadapi manusia pada tahun-tahun mendatang. Bila kemiskinan telah melilit, pendapatan tidak mencukupi, cadangan logistik dalam dan luar negeri sudah menyedikit, virus terus berdiaspora dalam bentuk yang tidak lagi mampu terdeteksi, kerusakan alam lingkungan sekitar, keluarga banyak yang broken home, sekolah mulai kehilangan kepercayaan, bahkan angka kematian melaju dengan pesat, mendadak, kematian tiba-tiba tanpa diawali dengan tanda-tanda sakit.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBeragam merupakan sesuatu yg dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inhrent/sesuatu yg datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak lebih beribadah yg hanya menyisakan kekecewaan beragama.sekarang, agama dan beragama sangat mudah untuk dituliskan, terlebih kita lalu lintas berhubungan yg sudah menggobal.globalisasi membuat manusia millenial ke-3 ini sangat mudah memahami ilmu, pengetahuan, pemahaman, pengkajian,dan pengalaman.kondisi ini merealita sebagai dampak kemajuan teknologi yg sudah sangat menggobal.mempertanyakan peran suci yg dimainkan agama tidak kehilangan spirit menjangkau zaman dan tidak primitif dalam pengkajian dan penerapan.agama bermuatan konsep² ajaran luhur yg pasti minimal berelasi pada 3 simpang asasi, relasi tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia.mengenai berbicara tentang globalisasi banyak kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yg mudah mengakses sumber² pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak negatif bagi mereka yg tidak memiliki akses Dan jaringan kerja (network) antar wilayah menyandar kesenangan adalah sama dengan kemudahan, kemudahan adalah kesenangan, kesenangan adalah kesuksesan berdampak lagi pada generasi yg begitu lahir ke bumi sudah akrab.
BalasHapusNama:Vanny
BalasHapusKelas: 1D PAI
Semester 1
Nim 12201139
Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti.
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia.
Saat berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network) antar wilayah, antar warga yang sekarang terjadi secara digital.
Jatuh bangun supermarket, jatuh bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan, obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin (kompas) yang sulit diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu.
Tawaran nilai jual agama wajib jumawa, bila gagal sungguh telah gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi, terhadap hati-hati ummat yang saat ini mudah kecewa, tubuh yang mudah letih karena udara yang kotor, air sungai yang tercemar, pegunungan meratus yang hampir atau sudah gundul, banjir bandang berkepanjangan, gunung merapi yang meletus di kawasan darat (gempa vulkanik) dan gunung merapi yang meletus di kawasan dalam laut (gempa tektonik) yang berefek tsunami atau sebaliknya musim panas dan kemarau yang berkepanjangan tiada jeda adalah tugas-tugas yang dihadapi manusia pada tahun-tahun mendatang.
Bila kemiskinan telah melilit, pendapatan tidak mencukupi, cadangan logistik dalam dan luar negeri sudah menyedikit, virus terus berdiaspora dalam bentuk yang tidak lagi mampu terdeteksi, kerusakan alam lingkungan sekitar, keluarga banyak yang broken home, sekolah mulai kehilangan kepercayaan, bahkan angka kematian melaju dengan pesat, mendadak, kematian tiba-tiba tanpa diawali dengan tanda-tanda sakit.
Dunia mereka berada dalam genggaman handphone, bahkan ayahnda dan bunda diabaikan, guru di sekolah dijadikan insan pencetak angka kuantitatif, lembaga sekolah hanya dijadikan percetakan dan penerbitan ijazah, para penceramah dianggap penjual cerita-cerita lama dan kisah-kisah orang terdahulu (asathirul-awwalin), masyarakat saling menindas, menindih, menuduh, kondisi masyarakat ibarat masyarakat laba-laba yang sebenarnya rumah pikiran dan rumah perasaan mereka sangat rapuh seperti rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui (inna auhanal buyut, labaital ankabut, laukanu ya'lamun).
Ketika dunia telah sempurna mencapai puncak sebagian sinyal atau tanda-tanda keruntuhan peradaban dan kebudayaan mulai menyusut karena faktor kerentanan dan keletihan waktu sejarah yang berjalan, kemunduran sebab faktor kemewahan hidup materialistik, berakhir dengan keruntuhan peradaban disebabkan faktor siklus kehidupan dari masa kelahiran, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa kemajuan, masa kemunduran dan masa kehancuran.
Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan.
Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di ranjang-ranjang rumah sakit para pasien, di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad dengan Tuhan manusia (birabbinnas), raja manusia (malikinnas), sesembahan manusia (ilahinnas).
Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu,
Nama: Jumilah
BalasHapusNim:12201204
Kelas:1F PAI
Semester:1
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label.Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan,ditempelkan,melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan,keheningan,kejujuran,supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama.Memang,beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri,diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan,walau bisa dibedakan,tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak mementingkan satu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain.Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti.
Keterlibatan dan keterhubungan ini,
AlQuran menyebutnya dengan istilah habl,tali,kabel.
Ketika dunia telah sempurna mencapai puncak sebagian sinyal atau tanda-tanda keruntuhan peradaban dan kebudayaan mulai menyusut karena faktor kerentanan dan keletihan waktu sejarah yang berjalan, kemunduran sebab faktor kemewahan hidup materialistik,berakhir dengan keruntuhan peradaban disebabkan faktor siklus kehidupan dari masa kelahiran, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa kemajuan,masa kemunduran dan masa kehancuran. Sunnatullah yang berlaku pasti pada setiap negeri, bangsa dan ummat secara keseluruhan. Dia yang maha kasih telah berkalam dengan kalam suci sejak abad ke-7 masehi: " ... Dan itulah masa-masa yang Kami pergilirkan diantara manusia, ... " (Ali Imran:140).
Sesudah masa puncak kegemilangan ilmu dan teknologi, siklus roda perjalanan dunia manusia akan memasuki babak kembali kepada kegelapan (the dark) seperti dahulu kala. Saat si angkara murka bersimahraja-lela, tiada hukum tiada agama,tiada lagi kesopanan, tiada regulasi, tiada syariah, pada masa akhir zaman adalah orang-orang hidup seperti pemabuk, padahal mereka bukan mabuk, melainkan karena keras adzab Allah SWT.
Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara,hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap,itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan.
Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di ranjang-ranjang rumah sakit para pasien, di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad dengan Tuhan manusia (birabbinnas), raja manusia (malikinnas), sesembahan manusia (ilahinnas). Tuhan yang maha sayang sebutkan sebuah amal mulia yang sungguh sulit dicapai dan payah digapai, karena ditempuh dengan mendaki.
Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu, yaitu melepaskan kesulitan (segala jenis perbudakan dari masa ke masa), memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat,
atau orang miskin yang sangat miskin, kemudian dia orang-orang yang beriman, berpesan untuk saling sabar dan saling berkasih-sayang,mereka itulah golongan kanan.
Dan orang-orang yang ingkar pada ayat suruhan Kami (di atas), mereka itulah golongan kiri, mereka (golongan kiri) berada di dalam neraka yang ditutup rapat." (AlBalad:11-20).
Mudahan literasi (maktabah) yang sederhana ini mengungkit kembali romantika hidup bersama saat kecil dahulu yang masih polos tanpa polesan. Saat ikhlas membantu tanpa pamrih, saat tulus menolong tanpa pernah menolak, saat tulus bersama dalam suka dan duka.
Dari tulisan ini dapat disimpulkan kita beragama harus dengan hati yang tulus bukan ingin mendapatkan pujian atau pun yang lainnya
Nama : Muhammad Taufik Al-Farizi
BalasHapusNim : 12201174
Kelas : 1E
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Semester : 1
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Bila digambarkan secara singkat adalah garis korelasional Tuhan, manusia, alam. Saat berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network) antar wilayah, antar warga yang sekarang terjadi secara digital. Digitalisasi perkantoran, digitalisasi perusahaan, digitalisasi persekolahan membuat generasi baru milenial berpikir praktis, ekonomis, efektif dan efesiensi ruang dan waktu. Dampak ikutannya lagi adalah sulit menerapkan regulasi secara ketat bagi warga dunia, sebab penciri yang sangat kentara bagi abad ini dan tahun-tahun mendatang adalah perubahan. Syukur sekiranya sebuah usaha bisnis bertahan selama lima tahun. Sebab akan banyak terjadi perubahan yang dialami selama lima tahun, dimana perubahan terjadi setiap hari. Jatuh bangun supermarket, jatuh bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan, obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin (kompas) yang sulit diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu. Apalagi bila pasar dunia dihadapkan dengan kelangkaan pangan dan gas alam.
Nama: Abdul Hadi
BalasHapusKelas:1D
Nim:12201135
Islam adalah agama yang sempurna karena segala persoalan yang ada di dunia ini termasuk semua bentuk perbuatan manusia telah di atur di dalam nya. Agama Islam di turunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup bagi manusia baik yang berkaitan dengan dengan hubungan manusia dengan Allah.(Hablum minallah) maupun hubungan manusia dengan manusia (Hablum minannas). Hal ini karena tugas manusia di dunia ini tidak lain adalah hanya beribadah kepada Allah SWT. Meskipun itu hanya tugas manusia, tetapi pelaksanaan ibadah sejatinya bukanlah untuk Allah, karena Allah SWT. tidak memerlukan apapun dari manusia. Allah maha kaya dan maha segala-galanya. Ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri.
Nama : Amalia Alza Sholeha
BalasHapusNIM : 12201160
Kelas : PAI 1E
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, Berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (AlQasas:77).
Orang yang beragama dengan tulus akan memancarkan ketulusan dalam perkataan, perbuatan dan perhatian, sebab dia telah menempatkan diri sebagai hamba Allah SWT.
Nama : pomita
BalasHapusKelas : 1E, semester 1
Makul : tasawuf
Nim :12201178
Dapat di simpulkan beragama yang tulus itu harus datang dari jiwa yang penuh ketulusan,keikhlasan,yang sekarang mudah diucapkan,di tulis tapi tidak mudah di praktikan dengan seiring perkembangan jaman .beragama yang tulus itu semakin memudar dari tahun ke tahun sehingga beragama terbelakangkan.ketulusan beragama itu sebenar nya murni bukan paksaan,bukan kebohongan dalam setiap perkataan,perbuatan dan perhatian,menolong sesama.dan sekarang manusia hanya berpacu pada waktu dunia sehingga memudarnya beragama dalam kehidupan dunia tanpa mengingat akhirat.
Nama : Khairunnisa
BalasHapusNIM : 12201110
Kelas : 1D PAI
Semeseter : Satu
Beragama yang tulus itu berarti kita legowo, ikhlas terhadap sesuatu yang menjadii aksi tanggap pada kasih sayang dan tulus dalam berbagi dan memberi sesama manusia baik yang muslim maupun bukan.
Yang mana kita melakukan segala sesuatu itu ikhlas dan tulus.
Nama : Haikal Azizi
BalasHapusKelas :1E
Prodi : pendidikan agama Islam/ fakultas tarbiyah ilmu keguruan
Nim :12201171
Beragama itu perlu di tunjukan bukan hanya dengan kita memakai baju muslim kemana mana membawa Al-Qur'an atau sebagai nya tapi kita buktikan juga dengan akhlak yang bagu, percuma kita memakai style islami tetapi dalam hati kita masih tidak ada agama, maka dari ini penting nya kita ciptakan cara berakhlak yang baik dengan cara mempelajari akhlak tasawuf. Kita bisa belajar akhlak dengan cara yang sangat mudah bisa minta ajarkan kepada orang tua
Sekian dari saya waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh
Nama: ALFIRMANSAH
BalasHapusKls:, 1d
Nim: 12201112
Beragama yang Tulus
Beragama itu tidak mungkin hanya sekedar sebuah lebel atau sesuatu yang ditempatkan sembarangan dan juga tidak untuk di permainkan. Beragama bagi umat Islam itu sesuatu yang benar-benar di wajib kan karena tanpa agama manusia tidak akan tau arah hidup nya apa yang akan disembahnya, siapa yang menjadi tuhanya dan bagaimana dia bisa menuju jalan yang lurus. Maka dari itu manusia wajib dan harus beragama.
Sedangkan tulus, tulus itu sebuah sikap atau sifat yang mengikhlaskan atau menyerahkan sesuatu tanpa harus memikirkan untuk meminta balasan dari orang yang sudah kita beri.
Jadi beragama yang tulus itu adalah sigap atau aksi tanggap kita terhadap agama dan kita harus tulus dalam beragama agar tidak tersesat atau terjerumus ke lembah yg hina.
Nama : Riandika
BalasHapusNim :12201113
Kelas : 1D semester 1
Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti.
Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia.
Saat berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network) antar wilayah, antar warga yang sekarang terjadi secara digital.
Jatuh bangun supermarket, jatuh bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan, obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin (kompas) yang sulit diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu.
Tawaran nilai jual agama wajib jumawa, bila gagal sungguh telah gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi, terhadap hati-hati ummat yang saat ini mudah kecewa, tubuh yang mudah letih karena udara yang kotor, air sungai yang tercemar, pegunungan meratus yang hampir atau sudah gundul, banjir bandang berkepanjangan, gunung merapi yang meletus di kawasan darat (gempa vulkanik) dan gunung merapi yang meletus di kawasan dalam laut (gempa tektonik) yang berefek tsunami atau sebaliknya musim panas dan kemarau yang berkepanjangan tiada jeda adalah tugas-tugas yang dihadapi manusia pada tahun-tahun mendatang.
Bila kemiskinan telah melilit, pendapatan tidak mencukupi, cadangan logistik dalam dan luar negeri sudah menyedikit, virus terus berdiaspora dalam bentuk yang tidak lagi mampu terdeteksi, kerusakan alam lingkungan sekitar, keluarga banyak yang broken home, sekolah mulai kehilangan kepercayaan, bahkan angka kematian melaju dengan pesat, mendadak, kematian tiba-tiba tanpa diawali dengan tanda-tanda sakit.
Dunia mereka berada dalam genggaman handphone, bahkan ayahnda dan bunda diabaikan, guru di sekolah dijadikan insan pencetak angka kuantitatif, lembaga sekolah hanya dijadikan percetakan dan penerbitan ijazah, para penceramah dianggap penjual cerita-cerita lama dan kisah-kisah orang terdahulu (asathirul-awwalin), masyarakat saling menindas, menindih, menuduh, kondisi masyarakat ibarat masyarakat laba-laba yang sebenarnya rumah pikiran dan rumah perasaan mereka sangat rapuh seperti rumah laba-laba, sekiranya mereka mengetahui (inna auhanal buyut, labaital ankabut, laukanu ya'lamun).
Ketika dunia telah sempurna mencapai puncak sebagian sinyal atau tanda-tanda keruntuhan peradaban dan kebudayaan mulai menyusut karena faktor kerentanan dan keletihan waktu sejarah yang berjalan, kemunduran sebab faktor kemewahan hidup materialistik, berakhir dengan keruntuhan peradaban disebabkan faktor siklus kehidupan dari masa kelahiran, masa pertumbuhan, masa perkembangan, masa kemajuan, masa kemunduran dan masa kehancuran.
Nama: kurniati
BalasHapusNim:12201128
Kelas: 1D
Semester : 1
beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti.Beragama pun dihadapkan dengan pola hidup yang trans-nasional, trans-nilai kebaikan, trans-nilai keburukan, trans-budaya, trans-bahasa, bahkan trans-agama. Mempertanyakan peran suci yang dimainkan agama sungguh sangat penting, supaya agama tidak kehilangan spirit menjangkau zaman dan tidak primitif dalam pengkajian dan penerapan.Saat berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network) antar wilayah, antar warga yang sekarang terjadi secara digital.Sebab akan banyak terjadi perubahan yang dialami selama lima tahun, dimana perubahan terjadi setiap hari. Jatuh bangun supermarket, jatuh bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan, obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin (kompas) yang sulit diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu.Bila kemiskinan telah melilit, pendapatan tidak mencukupi, cadangan logistik dalam dan luar negeri sudah menyedikit, virus terus berdiaspora dalam bentuk yang tidak lagi mampu terdeteksi, kerusakan alam lingkungan sekitar, keluarga banyak yang broken home, sekolah mulai kehilangan kepercayaan, bahkan angka kematian melaju dengan pesat, mendadak, kematian tiba-tiba tanpa diawali dengan tanda-tanda sakit.Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan. Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu, yaitu melepaskan kesulitan (segala jenis perbudakan dari masa ke masa), memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat miskin, kemudian dia orang-orang yang beriman, berpesan untuk saling sabar dan saling berkasih-sayang, mereka itulah golongan kanan.Mudahan literasi (maktabah) yang sederhana ini mengungkit kembali romantika hidup bersama saat kecil dahulu yang masih polos tanpa polesan.
Nama : arumi samsudin
BalasHapusNim : 12201196
Kelas : 1 f semester 1
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label, di lekatkan atau di tempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, agar tidak berdampak lelah beribadah yang hanya mengecewakan beragama,.
Beragama bersumber dari dimensi luar dan dalam negeri dari zhahir dan batin keduanya adalah intensitas yang tak dapat di pisahkan. Tawassuth dan tawazzun ( saling keterlibatan dan saling ke seimbangan) pada dimensi syari'at dan hakikat aplikasinya selalu berhubungan saling menasihati dan saling memberi arti.
Sekarang agama dan beragama sangat mudah untuk di ucapkan, globalisasi membuat manusia milenial ke tiga ini sangat mudah memahami ilmu, pengetahuan, pemahaman, pengalaman, saat pendidikan, pengajaran dan pelatihan formal dan non formal tidak selalu sesuai dengan bursa dunia kerja, kondisi ini merealita sebagai dampak kemajuan teknologi yang sangat mengelobal. Agama bermuatan konsep ajaran ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia
Nama : Reza Kurniawan
BalasHapusNim :12201137
Kelas :1D (1)
Agama dan beragama sebenarnye bukan kita jadikan hanya sebagai label. Tentunya kita mesti memurnikan agama kita dengan tulus,ikhlas,ridho atas apa yg telah ditetapkan.
Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan.
Dengan ketulusan inilah kita dapat menjalankan agama yg murni dengan rasa penuh kecintaan tanpa ada rasa dipaksa.Karna dengan ketulusan tersebut akan memancarkan rona cahaya yg ada didalam jiwa dzohir maupun bathin
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Tarisa Anggini
BalasHapusNim : F1072221003
Prodi : Pendidikan Biologi
Kelas : PPAPK 1B
Masyaallah terimakasih banyak pak atas ilmu yang sangat bermanfaat ini tentang bagaimana cara beragama yang tulus.🙏
Nama : Haqi Goza Iktibar
BalasHapusNIM : F1072221005
Prodi : pendidikan Biologi
Kelas : 1B PP.APK
Semester : 1
Masyaallah,terima kasih banyak pak atas ilmu yang sangat bermanfaat,insyaallah dapat menjadi berkah bagi siapa saja yang membaca.
Nama : Feby Lany Yuniar
BalasHapusKelas : 1 F
NIM : 12201194
semester 1
prodi : pendidikan agama islam
tulisan bapak bisa saya pahami terima kasih ilmu nya pak .
Nama : Dina Wahyuni
BalasHapusNIM : F1072221007
Prodi : Pendidikan Biologi
Kelas : PPAPK 1B
Semester : 1 / Ganjil
Masyaallah terimakasih banyak pak atas ilmunya, sangat bermanfaat dan Insyaallah berkah. Aamiin🙏🏻
Nama :Fitri Adma Yanda
BalasHapusKelas : Pp.Apk 1B
Nim : F1072221004
Prodi : Pend.Biologi
MasyaAllah Islam adalah agama yang sempurna karena segala persoalan yang ada di dunia ini termasuk semua bentuk perbuatan manusia telah di atur di dalam nya. Agama Islam di turunkan oleh Allah SWT untuk dijadikan pedoman hidup bagi manusia baik yang berkaitan dengan dengan hubungan manusia dengan Allah.
Terima kasih atas ilmunya yang sangat bermanfaat ini pak 🙏🙏
Nama : Murti Pertiwi
BalasHapusNIM : F1072221009
Prodi : Pendidikan Biologi
Kelas : PPAPK 1B
Semester : 1 / Ganjil
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakaatuh pak ,
Beragama yang Tulus
Beragama itu tidak mungkin hanya sekedar sebuah lebel atau sesuatu yang ditempatkan sembarangan dan juga tidak untuk di permainkan. Beragama bagi umat Islam itu sesuatu yang benar-benar di wajib kan karena tanpa agama manusia tidak akan tau arah hidup nya apa yang akan disembahnya, siapa yang menjadi tuhanya dan bagaimana dia bisa menuju jalan yang lurus. Maka dari itu manusia wajib dan harus beragama.
Sedangkan tulus, tulus itu sebuah sikap atau sifat yang mengikhlaskan atau menyerahkan sesuatu tanpa harus memikirkan untuk meminta balasan dari orang yang sudah kita beri.
Jadi beragama yang tulus itu adalah sigap atau aksi tanggap kita terhadap agama dan kita harus tulus dalam beragama agar tidak tersesat atau terjerumus ke lembah yg hina.
Dari pembelajaran yang bapak kasih sungguh bermanfaat bagi saya , terimakasih pak atas ilmu yang bapak berikan 🙏🏻 wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh pak
NAMA : SEPTIYAH WAHYUNI
BalasHapusKELAS : 1 F SEMESTER 1
NIM : 12201213
PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Dari bacaan diatas dapat saya tarik kesimpulan bahwasannya segala sesuatu yang kita lakukan dasarilah dengan hati (qolbu). Hati yang tulus. Apalagi dalam urusan agama, jangan biarkan zaman ini berkembang untuk melunturkan sikap, moral, dan etika yang tidak baik, tidak ada ketulasam di dalam sebuah hati.
Nama : Pirda Mudiatun Mahmudah
BalasHapusNim : F1072221002
Kelas : 1B ppapk
Prodi : Pendidikan Biologi
MasyaAllah Terimakasih pak atas ilmu yang bermanfaat ini, tentang cara beragama yang tulus 🙏
agama pada dasarnya merupakan suatu
peraturan Allah yang mendorong jiwa seseorang yang memiliki akal
untuk memegang peraturan Allah itu dengan kehendak sendiri, untuk
mencapai kebaikan hidup dan kebahagiaan kelak di akhirat.
Nama : Fatwa Muhammad Syahid
BalasHapusNIM : 12201141
Kelas : 1D PAI
Semester : 1
Beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan tapi keduanya tidak bisa disatukan, akan tetapi keduanya saling berhampiran. Dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak mementingkan satu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain. Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti. Keterlibatan dan keterhubungan ini, AlQuran menyebutnya dengan istilah habl, tali, kabel.
Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan. Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di ranjang-ranjang rumah sakit para pasien, di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad dengan Tuhan manusia (birabbinnas), raja manusia (malikinnas), sesembahan manusia (ilahinnas). Tuhan yang maha sayang sebutkan sebuah amal mulia yang sungguh sulit dicapai dan payah digapai, karena ditempuh dengan mendaki.
Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu, yaitu melepaskan kesulitan (segala jenis perbudakan dari masa ke masa), memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat miskin, kemudian dia orang-orang yang beriman, berpesan untuk saling sabar dan saling berkasih-sayang, mereka itulah golongan kanan. Dan orang-orang yang ingkar pada ayat suruhan Kami (di atas), mereka itulah golongan kiri, mereka (golongan kiri) berada di dalam neraka yang ditutup rapat." (AlBalad:11-20). Landasan ayat ini memacu kerja ilmu, iman, amal, sudahkah ummat saling ikhlas jika mau menampung musafir yang hidup terlantar, atau para mahasiswa penuntut ilmu yang kehabisan bekal, atau sekedar membelai rambut anak yatim piatu yang telah kehilangan cinta ayahnda dan bunda, sesekali memberi makanan dan minuman kepada orang yang tidak kita kenal, atau melebihkan bayaran saat berbelanja, atau menyapa dengan ramah dan tamah tanpa marah, merupakan jalan budi luhur yang dicintai Tuhan. Spirit agama yang hari ini sudah terlalu banyak dilupakan karena egoisme diri, dan hanya fokus memandang kesenangan diri yang hedonis.
Nama:Vivi Widyastuti
BalasHapusKelas :1F PAI
Nim:12201200
Beragama yang tulus bukan hanya sekedar di luar saja tapi harus ditanamkan dalam jiwa kita supaya tidak berdampak letih beribadah. Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi persakitan. Orang yang beragama dengan tulus akan memancarkan ketulusan dalam perkataan, perbuatan dan perhatian, sebab dia telah menetapkan diri sebagai hamba Allah.
Nama:Sri hariyati astuti
BalasHapusNim:12201144
Kelas:1D
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label.agama dan beragama sangat mudah untuk diucapkan, sangat mudah untuk dituliskan, terlebih ketika lalu lintas hubungan yang sudah menggobal. Agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang asasi, relasi Tuhan dengan manusia dan alam, relasi manusia dengan Tuhan dan alam, relasi alam dengan Tuhan dan manusia. Bila digambarkan secara singkat adalah garis korelasional Tuhan, manusia, alam. Saat berbicara globalisasi di atas, disamping kemajuan teknologi berdampak positif bagi mereka yang mudah mengakses sumber-sumber pendapatan, tidak boleh diingkari bahwa kemajuan teknologi juga membawa dampak penyerta negatif bagi mereka yang tidak memiliki akses dan jaringan kerja (network). Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan.
Nama Desi Ratna Sari
BalasHapusNim 12201198
Kelas 1f
Semester 1
Kesimpulan nya adalah
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, dan kejujuran.
Nama:Devi Rochmah Anggraini
BalasHapusNim:12201207
Kelas:1F /semester:1
Masyaalah,Terima kasih banyak pak atas ilmunya.dari materi diatas dapat saya simpulkan bahwasanya agama ini harus dilandaskan dari hati(qalbu)yang tulus dan ikhlas dalam menjalankan perintah-perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya,salah satu bukti tulus kita terhadap agama yaitu kita harus menjalani dan mengerjakan semua kewajiban sebagai umat muslim dengan mengharap ridho Allah SWT.
Nama:Pebi Herliana
BalasHapusNim:12201206
Semester/kelas:1/1F
agama dan beragama sangat mudah untuk diucapkan, sangat mudah untuk dituliskan, terlebih ketika lalu lintas hubungan yang sudah menggobal. tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama.Orang yang beragama dengan tulus akan memancarkan ketulusan dalam perkataan, perbuatan dan perhatian, sebab dia telah menetapkan diri sebagai hamba Allah.
Nama : Hardianti
BalasHapusNim : 12201119
Kelas : 1D PAI
Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Beragama merupakan seuatu kepercayaan setiap orang untuk memilih agama apa yang akan dianutnya. Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat), nah keterkaitan inilah yang akan memberikan hubungan Penasehat dan sebuah arti. Globalisasi membuat manusia millenial ke-tiga ini sangat mudah memahami ilmu, pengetahuan, pemahaman, pengkajian, pengamalan. Beragama yang tulus memiliki arti bahwa kita siap dan sigap akan takdir yang akan menerka hidup kita, hati yang tulus dapat menerima sebuah ketentuannya Allah SWT yang telah ditetapkan untuk kita.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Hatami
HapusNim : 12201216
Kelas : 1F
Semester : 1
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami beragama itu bukan persoalan tentang labe saja, labeling yaitu sesuatu yang diletakan atau ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Beragama yang tulus artinya siap sigap dalam berbagi tulus, kasih, dalam memberi di tengah-tengah hari huru-hara itu lah agama yang tulus yang bisa merasa kan dan donasi kemanusiaan bagi pesakitan.
nama:vira hudayanti
BalasHapusnim:12201116
kelas:1D PAI
semester:1
beragama bukan sekedar personal tentang label.beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris)dan bersumber dari dimensi luar(eksoteris)diri,dari tubuh zahir jasmani ,dan diri tubuh batin (rohani) .keduanya adalah entitas yang tidak bisa di pisahkan tetapi saling perkaitan.
dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak mementingkansatu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain.
sekarang agama dan beragama sangat mudah untuk di ucapkan sangat mudah untuk di tuliskan ,terlebih lagi lalu lintas hubungan yang sudah menggelobal.globalisasi membuat manusia milenial ke tiga ini sangat mudah untuk memahami ilmu ,pengetahuan.
saat pendidikan dan pengajaran jan pelatihan formal dan non formal tidak selalu linear dengan bursa dunia kerja,terutama bagi generasi milenial. dunia seperti desa kecil yang tidak berantara dan tidak berbatas dalam komunikasi virtual.beragama pun di hadapkan dengan pola hidup yang trans-nasional .
agama bermuatan konsep ajaran-ajaran luhur yang pasti minimal berelasi pada tiga simpang aasasi ,telasi tuhan dengan manusia dan alaam .
tawaran nilai agama wajib jumawan ,bila gagal sungguh telah gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi ,terhadap hati umat yang mudah kecewa ,tubuh yang mudah capek ,karena udara yang kotor,air sungai yang tercemar .ukuran kebahagiaan pun menglami gradasi dan kedustaan dalam selimut kebendaan .dunia mereka berada pada genggaman hanpone bahkan orang tuanya di abaikan ,sekolah hanya di jadikan percetakan dan penerbit ijazah ,ketika dunia telah sempurna mencapai puncak sebagai sinyal atau tanda-tanda keruntuhan peradaban dan kebudayaan mulai menyusut karena faktor pada zaman sekarang.
sesudah masa puncak kegemilangan ilmu dan teknologi ,siklus roda perjalaanan dunia manusia akan kembali memasuki dunia kegelapan seperti dahulu kala.
beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagaai kasih tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara
Nama :M.Handyka Permana
BalasHapusnim :12201192
kelas: 1F
penjelasan diatas bertema beragama yang tulus menjelaskan tentang bahwasanya orang beragama itu tidaklah kita jadikan agama hanya sebuah label alias nama agamany hanya di KTP saja tetapi kita harus tegakkan dan terapkan syariat-syariat agama kita dengan cara memahami ilmu pengetahuan agama, pengkajian dan pengalaman. karena pada zaman sekarang sudah banyak sekali munculnya ciri-ciri akhir zaman seperti semakin banyaknya orang - orang yang bermaksiat secara terbuka yang menunjukkan aibny sendiri. Ini disebabkan karena lemahnya seseorang dalam beragaama. tidak hanya itu saja , beragama yang tulus termasuk juga ikhlas/rela berbagi kepada orang miskin, fakir, bersedekah ketika kita mempunyai rezeki lebih, dan amal2 yang lain-lainnya. Jika kita memiliki kelebihan dlam rezeki maka berbagilah terhadap orang yg membutuhkan ini terdapat juga pada dalil alquran Surah al balad ayat 11 sampai 20.Mudah- mudahan kita semua sebagai umat nabi Muhammad menjadi orang yang istiqomah menjalani syariat-syariat islam. aamiin
Nama : sohib Maulana
BalasHapusNim : 12201136
Kelas : 1D
Semester : 1
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Memang, beragama bersumber dari dimensi dalam (esoteris) dan bersumber dari dimensi luar (eksoteris) diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak mementingkan satu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain. Tawassuth dan tawazun (saling keterlibatan dan saling keseimbangan) pada dimensi esoterik (hakikat) dan dimensi eksoterik (syariat) pada aplikasinya selalu berhubungan saling menasehati dan saling memberi arti. Keterlibatan dan keterhubungan ini, AlQuran menyebutnya dengan istilah habl, tali, kabel.Sekarang, agama dan beragama sangat mudah untuk diucapkan, sangat mudah untuk dituliskan, terlebih ketika lalu lintas hubungan yang sudah menggobal. Globalisasi membuat manusia millenial ke-tiga ini sangat mudah memahami ilmu, pengetahuan, pemahaman, pengkajian, pengamalan. Sebelum dan sesudahnya nanti manusia tidak butuh lagi kepada ruang-ruang kelas sekolah bertingkat, dan ruang-ruang kelas diskusi. Sekolah-sekolah virtual menjamur, pesantren-pesantren virtual menjamur, kitab-kitab virtual menjamur, pasar-pasar virtual menjamur yang berakibat mengurangi atau menihilkan hubungan face to face. Lalu, dimana posisi beragama tulus yang menyertakan hubungan manusia dengan Tuhan dan menyertakan hubungan sesama.Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan. Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di ranjang-ranjang rumah sakit para pasien, di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad dengan Tuhan manusia (birabbinnas), raja manusia (malikinnas), sesembahan manusia (ilahinnas). Tuhan yang maha sayang sebutkan sebuah amal mulia yang sungguh sulit dicapai dan payah digapai, karena ditempuh dengan mendaki.
Jalan mendaki yang dimaksud adalah : Surah AlBalad (90), maka kamu tidak menempuh jalan yang mendaki lagi sukar, tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu, yaitu melepaskan kesulitan (segala jenis perbudakan dari masa ke masa), memberi makan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang memiliki hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat miskin, kemudian dia orang-orang yang beriman, berpesan untuk saling sabar dan saling berkasih-sayang, mereka itulah golongan kanan. Dan orang-orang yang ingkar pada ayat suruhan Kami (di atas), mereka itulah golongan kiri, mereka (golongan kiri) berada di dalam neraka yang ditutup rapat." (AlBalad:11-20). Landasan ayat ini memacu kerja ilmu, iman, amal, sudahkah ummat saling ikhlas jika mau menampung musafir yang hidup terlantar, atau para mahasiswa penuntut ilmu yang kehabisan bekal, atau sekedar membelai rambut anak yatim piatu yang telah kehilangan cinta ayahnda dan bunda, sesekali memberi makanan dan minuman kepada orang yang tidak kita kenal, atau melebihkan bayaran saat berbelanja, atau menyapa dengan ramah dan tamah tanpa marah, merupakan jalan budi luhur yang dicintai Tuhan. Spirit agama yang hari ini sudah terlalu banyak dilupakan karena egoisme diri, dan hanya fokus memandang kesenangan diri yang hedonis.
Nama:Lailatul Muslimah
BalasHapusKelas: 1 D
NIM:12201117
Prodi: PAI
Semester: 1
Beragama bukan hanya sekedar persoalan tentang label.Agama memuat ajaran-ajaran luhur yang pasti berelasai dari tiga simpang asas,relasi tuhan dengan manusia dan alam,relasi manusia dengan tuhan dan alam,relasi dengan manusia dan tuhan.Beragama yang tulus berarti harus berbuat baik kepada Allah seperti Allah berbuat baik kepada umatnya.Orang yang beragama dengan tulus insyaallah Allah akan memancarkan ketulusan perkataan,perbuatan dan perhatian.jika kita menempatkan Allah pada tempat yang baik.
Nama: Anisa Fitriani (12201140) 1D
BalasHapusTawaran nilai jual agama wajib jumawa, bila gagal sungguh telah gagal agama memberi penawar terhadap panasnya hati globalisasi, terhadap hati-hati ummat yang saat ini mudah kecewa, tubuh yang mudah letih karena udara yang kotor, air sungai yang tercemar, pegunungan meratus yang hampir atau sudah gundul, banjir bandang berkepanjangan, gunung merapi yang meletus di kawasan darat (gempa vulkanik) dan gunung merapi yang meletus di kawasan dalam laut (gempa tektonik) yang berefek tsunami atau sebaliknya musim panas dan kemarau yang berkepanjangan tiada jeda adalah tugas-tugas yang dihadapi manusia pada tahun-tahun mendatang.
Landasan ayat ini memacu kerja ilmu, iman, amal, sudahkah ummat saling ikhlas jika mau menampung musafir yang hidup terlantar, atau para mahasiswa penuntut ilmu yang kehabisan bekal, atau sekedar membelai rambut anak yatim piatu yang telah kehilangan cinta ayahnda dan bunda, sesekali memberi makanan dan minuman kepada orang yang tidak kita kenal, atau melebihkan bayaran saat berbelanja, atau menyapa dengan ramah dan tamah tanpa marah, merupakan jalan budi luhur yang dicintai Tuhan.
Nama : Maghfirah
BalasHapusNim : 12201215
Kelas : 1 F
Semester : 1
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang dilekatkan, ditempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama. Memang, beragama bersumber dari dimensi dalam dan bersumber dari dimensi luar diri, diri tubuh dzahir jasmani dan diri tubuh batin rohani. Keduanya adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan, walau bisa dibedakan, tidak bisa disatukan tetapi saling berhampiran.
Dua tinjauan karakter beragama ini sangat penting dengan tidak mementingkan satu dimensi dan kurang mementingkan dimensi lain. Sekolah-sekolah virtual menjamur, pesantren-pesantren virtual menjamur, kitab-kitab virtual menjamur, pasar-pasar virtual menjamur yang berakibat mengurangi atau menihilkan hubungan face to face. Lalu, dimana posisi beragama tulus yang menyertakan hubungan manusia dengan Tuhan dan menyertakan hubungan sesama.
Sebab akan banyak terjadi perubahan yang dialami selama lima tahun, dimana perubahan terjadi setiap hari. Jatuh bangun supermarket, jatuh bangun rental mobil, jatuh bangun pengembang perumahan dan properti, bisnis perkapalan dan bisnis penerbangan sehingga dunia sekolah, kesehatan, obat-obatan, dan organisasi agama menjalani arah mata angin yang sulit diprediksi karena situasi dan kondisi global yang tidak menentu. Apalagi bila pasar dunia dihadapkan dengan kelangkaan pangan dan gas alam.
Menyandarkan kesenangan adalah sama dengan kemudahan, kemudahan adalah kesenangan, kesenangan adalah kesuksesan berdampak lagi pada generasi yang begitu lahir ke bumi sudah akrab dengan gadget terbaru dengan tawaran yang menyediakan menu-menu tercanggih abad ini. Dunia mereka dalam genggaman tangan dengan link-link dunia yang menarik.
Memohon kepadaNya seperti contoh nabi ikan Nun dalam kegelapan laut . Sketsa dari visualisasi masa, ruang dan situasi yang tidak menentu.
Beragama yang tulus artinya aksi tanggap dan sigap dalam berbagi kasih tulus, tulus dalam memberi di tengah-tengah hari huru hara, hari kemiskinan yang meratap, hari kelaparan yang menderap, itulah beragama yang tulus saat manusia mampu merasakan dan donasi bantuan kemanusiaan bagi pesakitan. Dapati dengan tulus bahwa Tuhanmu ada di hati yang patah dari hambaNya di jeruji besi penjara para tahanan, di ranjang-ranjang rumah sakit para pasien, di hati yang tergores dan terluka dari hambaNya, Tuhan seluruh zaman dan abad dengan Tuhan manusia , raja manusia , sesembahan manusia . Tuhan yang maha sayang sebutkan sebuah amal mulia yang sungguh sulit dicapai dan payah digapai, karena ditempuh dengan mendaki.
Assalamu'alaikum warahmatullahiwabarakatuh
BalasHapusBismillahirrohmaanirrohim..
Nama : Shakila Febriyani
Nim : 12201155
Kelas : 1E
Prodi : PAI
Makul : Akhlak Tasawuf
BERAGAMA YANG TULUS
Agama muncul dari keyakinan diri sendiri, Agama adalah suatu hal yang berkaitan dengan hubungan makhluk dan tuhannya. Sebab itu pentingnya menempatkan agama didalam hati, dizaman sekarang kemajuan teknologi sekarang bisa membawa generasi milenial sekarang berpikir praktis, ekonomis, efektif dan efisiensi ruang dan waktu. Kemajuan teknologi juga bisa berdampak ke agama, sebab itu pentingnya beragama yang tulus didalam hati untuk generasi milenial sekarang ini.
Nama:iqsan fiqih
BalasHapusKelas:1 d Pai
Nim:12201109
Beragama bukan sekedar persoalan tentang label. Labeling merupakan sesuatu yang di lekatkan, di tempelkan, melainkan mesti inherent atau sesuatu yang datang dari dalam jiwa penuh ketulusan, keheningan, kejujuran, supaya tidak berdampak letih beribadah yang hanya menyisakan kekecewaan beragama.
Nama : Siti Aminah
BalasHapusNIM : 12201125
Kelas : 1D
Prodi : PAI
Kita sebagai muslim, dibutuhkan sikap ketulusan dalam beragama, hal ini bertujuan agar tidak letih ketika beribadah. Karena jika tidak tulus maka hanya mendapat kekecewaan. Tulus itu artinya bersungguh-sungguh dan jujur, tanpa ada maksud lain didalamnya. Contoh seperti kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Globalisasi di zaman milenial ini menyebabkan lunturnya nilai ketulusan dalam beragama.
Beragama itu bersumber dari dua dimensi yaitu dimensi luar(Zahir) atau eksoteris dan dimensi dalam(batin) atau esoteris. Contoh dari dimensi luar itu seperti pendidikan di sekolah yang mengajarkan dan menanamkan sikap-sikap dalam beragama. Contoh sumber dari dalam yaitu kesadaran atas diri sendiri dan
tingkat keimanan dalam beragama itu sendiri.
Nama : Kholilurrahman
BalasHapusKelas : 1F
Nim : 12201203
Dari bacaan diatas dapat saya tarik kesimpulan bahwasannya segala sesuatu yang kita lakukan dasarilah dengan hati (qolbu). Hati yang tulus. Apalagi dalam urusan agama, jangan biarkan zaman ini berkembang untuk melunturkan sikap, moral, dan etika yang tidak baik, tidak ada ketulasam di dalam sebuah hati.
Nama : Normadan
BalasHapusNim : 12201210
Kelas : 1f
Beragama yang tulus beragama dan agama lebih mudah disebutkan diomongkan dan ditulis dan apakah dari orang yang mengikuti agama leluhurnya yang mengikuti agamanya suatu kebudayaan dengan agama bukan label bukan hanya label yang hanya bisa dipasang di Pampang kan tapi agama ialah memiliki konsep-konsep dasar tentang kita mengetahui tentang agama itu sehingga kita bisa menjadi beragama lantas Bagaimana dengan orang yang mengikuti agama karena kebudayaan yang dia mengikuti agama karena kebudayaan dari orang tuanya yang beragama akhirnya dan mengikuti kebudayaan itu Sampai akhirnya dia hamil besar dia beragama karena orang tuanya beragama Apakah itu bisa disebut dengan orang yang beragama dengan tulus
Nama: Aulia Safitri
BalasHapusKelas: 1F PAI
NIM: 12201191
Hikmah yang dapat saya ambil: Agama bukan hanya tentang label. Namun ia juga harus diikuti dengan ikhlas dan sepenuh hati dalam pelaksanaannya.
Agama yang tulus adalah agama di mana orang-orang yang menjalankan agama itu tanpa paksaan apa pun, tetapi menjalankan agama itu berdasarkan perintah Allah.
Agama tertulis berarti bahwa kita harus melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan agama, seperti berdoa dan mematuhi perintah lain, tetapi kita juga harus memakainya. dengan segala ketulusan.
Agama yang tulus adalah agama yang benar, yang murni dan tanpa paksaan, tidak berdusta. Orang beragama yang ikhlas memancarkan keikhlasan dalam tindakan, perkataan dan perhatian, karena ia telah menjadikan dirinya sebagai hamba Allah. Banggalah, berani mengikuti semua hukum Islam, jangan khawatir tentang apa yang orang lain katakan. Jujurlah dalam beragama, agar kamu hidup dengan ikhlas