MILAD HARI SANTRI
Lembaga pendidikan dan perguruan bercorak lokal keagamaan di
Nusantara dan telah menjalani eksistensi berabad-abad adalah pondok pesantren.
Tradisi pesantren yang mulanya adalah warisan nenek moyang bangsa Indonesia
dalam menyampaikan ilmu. Pesantren menjadi wadah yang lahir dari rahim
masyarakatnya sendiri, akar rumput. Secara alami dia seirama dengan nilai-nilai
luhur masyarakat pedesaan yang homogen. Homogenitas dalam bentuk profesi
seperti petani, nelayan atau buruh, homogenitas dalam kesamaan perilaku
keagamaan beserta sifat-sifat luhur seperti kesederhanaan, keikhlasan,
kepedulian, rendah hati.
Dinamisasi dan mobilisasi pesantren tumbuh-berkembang dengan sangat
cepat dalam merespon situasi dan kondisi zaman. Hal ini sesuai dengan kaedah
yang dianut para santri: "Almuhafadzatu 'alal qadimish-shalih, wal-akhdzu bil jadidil ashlah," artinya: menjaga
hal-hal lama yang bersifat baik, dan mengambil sesuatu yang baru bersifat lebih
baik. Postulat yang dijunjung tinggi oleh pihak santri sudah mengisyaratkan
bahwa perubahan menjadi ciri pemikiran mereka.
Peran elan dasar yang dimainkan santri dalam merekonstruksi,
meredefinisi, mereposisi telah memberikan andil bakti paling besar dalam
merawat dan mencintai NKRI yang tiada pernah lelah. Sejarah mulai zaman
kerajaan Nusantara satu, kerajaan Sriwijaya sampai zaman kerajaan Nusantara
dua, kerajaan Majapahit adalah nilai juang santri dalam padepokan asli
Indonesia telah membuktikan jasa bakti. Pada masa kerajaan Islam Demak,
pesantren mengambil alih status dari padepokan ilmu agama menjadi sebagai pos komando jihad mengusir penjajah Portugis dan
Belanda. Dayah untuk nama di Aceh, madrasah, langgar dan surau untuk nama di
Kalimantan. Pergerakan-perlawanan terhadap penjajah terjadi serentak di seluruh
bumi Indonesia. Posko jihad terdapat di Sumatera Thawalib, Pesantren Musthafawiyah,
Pesantren Tebuireng, dan banyak lagi. Dua penjajah telah dihadapi dengan
kekuatan do'a, restu ayahnda-bunda, restu kyai dan para abuya.
Pesantren telah menjadi titik pusat perjuangan melawan penjajah
dengan beberapa departemen (Arab; diwan) seperti diwanul jundi (departemen
ketentaraan), diwanussurthah (departemen kepolisian), diwanul maliyah
(departemen keuangan), diwanul shihhah (departemen kesehatan), diwanul katib
(kesekretariatan) dan lain-lain. Regulasi tersebut adalah warisan leluhur
bangsa ini yang telah bekerja secara terencana dan terukur.
Setelah tahun 1945, pesantren dengan seluruh santri tetap
memberikan loyalitas tinggi terhadap NKRI. Merawat NKRI dengan cara menanamkan
hidup kesederhanaan, kesyukuran, kesabaran, kearifan, dan kualitas-kualitas
hidup dunia yang bermutu akhirat. Sejak tahun 1945 (kemerdekaan RI) sampai
dengan Konferensi Meja Bundar (Belanda,1949) peran juang dan bakti santri tidak
pernah surut dalam mempertahankan kemerdekaan dari rongrongan penjajah Belanda
untuk kembali menguasai Indonesia dengan membonceng bendera Persekutuan Bangsa-Bangsa
(PBB) yaitu NICA.
Agus Salim, Mas Mansur, Muhammad Natsir, Idham Khalid, Buya Hamka
adalah alumni santri yang telah ikut bersama membidani kelahiran Indonesia
Raya. Adu laga di medan laga, adu logika di meja perundingan adalah citra
santri ketika itu. Spirit api
peperangan, spirit api diskusi dan diplomasi, kecerdasan lahir berpadu-padan
dengan kecerdasan batin. Perilaku mereka di siang hari ibarat "singa padang pasir yang sedang
menghunuskan pedang, pantang disimpan di
dalam sarung sebelum Indonesia tegak atau diri berkalang tanah." Sedang kala malam sudah merayap, gulita
menjadi sahabat, mereka seperti "bayi yang merengek-rengek di hadapan ibunya
karena kehausan susu," mereka mendayu-rayu di hadapan Tuhannya, sungguh
pilu hati serasa diiris dengan sembilu bila menyaksikan mereka para santri yang
telah menjadi jundullah (tentara-tentara Allah). Santri pejuang dan pejuang
santri tidak lagi sempat memikirkan emas dan perak, tidak terlintas kesenangan
hidup masa depan bersama keluarga dengan saham perusahaan, tidak terbetik untuk
bisa berwisata kota dan berwisata air.
Olahraga dan olahbatin menjadi olah kanuragan dalam rangka upaya
mempersiapkan jasmani besi dan rohani baja untuk mengusir kaum dzalim-kaum
penjajah. Semboyan hidup santri adalah "isy kariman aumut syahidan,"
artinya hidup mulia atau mati syahid. Tempaan baja perjuangan membuat tegar
syuhada santri, "mati satu tumbuh seribu, mati dua tumbuh sejuta,"
jannah menanti para syuhada santri.
Saat Indonesia menuju masa mengisi kemerdekaan, santri pun ikut
berbakti secara nyata kepada negeri ini. Banyak santri yang menjadi guru tanpa
bayaran, santri yang menjadi tentara sukarelawan, polisi sukarelawan. Sebab
santri memahami bahwa rumah bersama Indonesia merdeka masih membutuhkan uluran
tangan sehingga malu menuntut gaji dari negeri. Untuk memenuhi hajat hidup yang
mendesak, sehari-hari mereka berprofesi sebagai pedagang, petani, peternak,
nelayan, buruh. Para santri bekerja paruh waktu, sedang paruh waktu berikutnya
dijadualkan ibadah sebagai guru sukarelawan.
Seiring dengan perjalanan lorong waktu adalah santri bagian dari
anak kandung sah tanah air Indonesia seperti anak-anak yang lain, pesantren pun
lembaga yang sama dengan sekolah dalam naungan NKRI untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaan Indonesia yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa, kemudian diakui bahwa pesantren merupakan bagian dari sistem
pendidikan nasional.
Atas jasa perjuangan kepemimpinan pesantren yang berhasil mengusir
penjajah dan menjaga NKRI dari serangan separatis dan golongan liar dalam dan luar negeri,
pesantren disetarakan dengan madrasah yang berkurikulum. Istilah SD plus, SMP
plus, SMA plus adalah persekolahan yang berbasis pesantren. Menyikapi laju
pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, ekonomi dan bisnis,
pesantren pun disamping lumbung ilmu agama dan keagamaan telah merasionalisasi
menjadi bentuk pesantren agronomi, pesantren kelautan, pesantren pertukangan,
pesantren pertanian. Ada juga yang mengambil corak Ibtidaiyah berbasis asrama,
Tsanawiyah berbasis asrama, Aliyah berbasis asrama sampai Perguruan Tinggi.
Bak jamur di musim penghujan, pesantren tumbuh-subur di mana-mana.
Harapan baik telah digantungkan oleh wali dan orang tua santri kepada pimpinan
pesantren dan seluruh jajarannya. Bisakah menjadi lembaga pendidikan yang
terbaik sebagai corong dari agama kasih sayang, agama keselamatan
(dinur-rahmah, dinus-salam). Atau
peristiwa tragis dalam ajang kekerasan senior kepada yunior. Jangan melukai
hati sesama saat merayakan milad santri, 22 Oktober 2022. Kesakralan hari
santri merupakan perlambang hari ilmu pengetahuan, perlambang hari membaca,
menulis dan menelaah kitab. Berhentilah sejenak, istirahatkan marah dan link balas
dendam. Jika belum bisa istirahat, tidurlah sejenak supaya pandangan mata
menjadi awas. Bangun dengan pandangan yang baru tentang pendidikan bersama.
Mata dan telinga dunia sudah terbuka lebar saat media sosial
merambat sampai ke kawasan pribadi, terlebih persoalan ummat dan keummatan
masuk ke ranah bagian dari pantauan warganet. Berhati-hatilah mengurus lembaga
pendidikan terlebih berbasis asrama. Tidak sekedar memperhatikan proses
pembelajaran, tetapi seluruh aktivitas santri harus mendapat attention dari
kyai dan asatidz hingga kepersoalan makan, minum, tidur, buku, asam-garam dan
sandal jepit mereka.
Hari santri adalah upaya mawas diri, disamping tasyakuran atas prestasi yang diraih dan penghargaan, piagam, lencana dari berbagai pihak, tetapi jangan terlena, sudahkah santri-santri makan, makan yang bergizi. Sebab, keseharian mereka bersahabat dengan ilmu pengetahuan, penelitian, pengkajian yang memerlukan vitamin otak. Berikan mereka waktu istirahat yang cukup, didiklah mereka seperti mendidik anak sendiri. Berikan mereka makanan yang bergizi seimbang, berikan mereka ilmu yang mudah, lunak untuk dicerna, berikan mereka nasehat yang membuat mereka betah di pesantren melebihi betah mereka di rumah sendiri. Berikan mereka kasih-sayang yang menjadi ruh pesantren, lindungi mereka dari rasa takut dan cemas, amankan masa depan mereka dengan pendidikan yang membesarkan jiwa, bukan mengkerdilkan jiwa dengan pukulan berbantuan alasan peraturan dan tata tertib. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar