MA'RIFAT (Tasawuf 5)
MA'RIFAT
Oleh
Ma'ruf Zahran
Berkata guru
besar imam mursyid Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari Rahimahullah Ta'ala anhu
: Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma'rifat, maka jangan
menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit. Sebab, Tuhan tidak akan membukakan
pintu bagimu, melainkan Dia memperkenalkan Diri kepadamu. Tidakkah engkau
ketahui bahwa ma'rifat semata-mata karunia Allah kepadamu. Sedang amalmu
merupakan hadiahmu kepada Allah. Lalu, dimanakah letak perbandingannya antara
hadiahmu dengan karunia Allah kepadamu ?
Betapa
tingginya nilai pemberian Allah swt kepadamu berupa ma'rifat (mengenal Allah)
jika dibandingkan dengan amalmu kepada Allah, amalmu kepadaNya dianggap hadiah.
Bedanya hadiah tidaklah sebesar dan tidaklah setinggi karunia. Hadiahmu kepada
Allah adalah sedikit dari waktumu, sedikit dari hartamu, sedikit
dari ragamu dan sedikit dari jiwamu. Sementara Allah swt sepenuh ilmu dan kasih
sayangNya kepadamu, dari engkau masih di alam ruh hingga karunia yang agung
untuk bisa mengenal Allah dengan ilmu Allah (ma'rifatullah billah). Dia
nyatakan : Wamayyu'tal hikmah, faqad utiya khairan katsira (Barangsiapa yang
diberi Allah berupa hikmah, maka sungguh dia mendapatkan kebaikan yang banyak).
Kebaikan yang
banyak itulah ma'rifat sebagai hikmah pengenalan, cahaya petunjuk (nurul
hidayah) dan cahaya pengenalan (nurul ma'rifah) sebagai hak veto dari Allah swt
untuk memutuskan palu kelulusan atau palu kegagalan. Sejatinya betapa beruntungnya (fauzan
adzima) bagi seseorang yang diberi hikmah untuk mengenalNya (ma'rifat).
Ma'rifat adalah puncak kebahagiaan (aflah) hamba, dengan ma'rifat hamba tidak
akan gelisah dan tidak akan keluh kesah selamanya di dunia dan di akhirat,
karena apa yang datang dan apa yang pulang merupakan pengkabaran kabar gembira
dari Allah swt (lahumul busyra fil hayatiddun-ya wafil-akhirah). Haqqul yaqin
dan tawakkalnya yang sudah bulat kepada Allah swt, dimana hamba hanya
diperintah :
1. Syukur
Apapun yang datang berupa aneka ragam nikmat yang mengunjungi kita, tidak
membuat hati kita terhalang mendung untuk memandang Allah swt yang memberi
nikmat. Jika nikmat menjadi hijab tidaklah mampu manusia bersyukur kepada Allah
terhalang oleh kebaikan orang lain padanya. Padahal Allah swt yang memberikan
nikmat dzahir dan batin serta menyuruh para pengantar nikmat Allah dan mengatur
para pengunjung-pengunjung nikmat Allah baik di kala malam maupun siang. Hal
ini telah diproklamirkan oleh Allah swt dalam surah Lukman ayat 20 : Apakah
engkau tidak memperhatikan sesungguhnya Allah menundukkan kepadamu apa-apa yang
ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan memberimu nikmat dzahir dan
batin, dan diantara manusia ada yang mendebat Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk
dan tanpa kitab yang menerangkan.
2. Sabar
Kesabaran dalam menunaikan perintah, kesabaran dalam meninggalkan larangan
serta kesabaran dalam menjalani musibah merupakan puncak tertinggi taat, sebab
sabar merupakan nama Allah yang ke 99, yaitu Ash Shabur yang artinya maha
penyabar. Maksudnya, Allah menjalankan seluruh perbuatanNya, namaNya dan
sifatNya berlandaskan pada kemahasabaranNya (Ash Shabur). Orang yang berupaya
meneladani nama Allah ini adalah sedekat-dekat hamba dengan Rasulullah saw di
surga. Bagi orang yang telah mengenal dengan nama Ash Shabur, Allah swt
tempatkan dalam kamar khusus yang Allah swt mendatangi hamba yang mulia karena
kesabarannya dan Allah swt sendiri yang memberikan kepada hamba yang sabar
puncak anugerah kehormatan dan salam keselamatan (ghurfata bima shabaru
wayulaqqauna fiha tahiyyatan wasalama).
3. Ridha
Maqam ridha merupakan maqam tertinggi yang memunculkan mahabbah billah
(cinta dengan Allah). Ridha kepada Allah terhadap apa saja yang didatangkan
Allah swt tanpa pernah protes. Dan, segala apapun yang didatangkan Allah swt
berupa kabadh (kesusahan) atau berupa basath (kesenangan) adalah baik dan si
hamba ridha. Hamba yang ridha selalu ingin mencari dan selalu mengerjakan apa
yang Allah swt ridha (li-ibtigha-i- mardhatillah).
Pencapaian maqam ridha akan dapat diraih dengan ijin dari Allah swt berupa
kemampuan memandang keesaan Allah dalam perbuatanNya. Maksudnya, tujuh milyar
penduduk bumi berada dalam satu satu (esa) kendali dan satu (esa) kehendak
perbuatan Allah (esa dalam perbuatan). Arif billah hanya mengenal satu
perbuatan Allah (wahdah Allah fil-af'al). Tujuh milyar nama atau lebih yang ada
di langit dan di bumi, hanya dikendalikan oleh satu nama, arif billah hanya
mengenal satu (esa) nama (wahdah Allah fil-asma'). Nama yang dikenal di langit
dan di bumi, di dunia dan di akhirat adalah isim ma'rifah. Sedangkan milyaran
nama-nama selain Allah adalah asing kedengarannya, majemuknya nama-nama yang
ada di bumi dan di langit (hakikatnya) nama yang tidak dikenal biasa disebut
isim nakirah, asing karena nama yang selain Allah dan nama Muhammad Rasulullah
adalah gharib (asing). Asing dalam perbuatan dan asing dalam nama. Oleh karena
itu, isi mulia Al Quran hanyalah kalam mulia Allah yang menyanjung kisah kasih
cintaNya dan untuk dikisahkan kepada kekasihNya, Nabi mulia nan agung budi
pekertinya (Al Qalam ayat 4). Sewaktu murid dan salik sudah sampai pada latihan
rohani (riyadhah ruhiyah) untuk bisa memandang Allah dalam tujuh milyar ragam
perbuatan dan memandang Allah dalam tujuh milyar ragam nama atau lebih di
langit dan di bumi hanya Allah berdasarkan surah Al Baqarah ayat 115 : Dan
kepunyaan Allah bagian timur dan bagian barat (tempat tebit dan tenggelam
matahari), maka, kemanapun kamu menghadap pasti ada dihadapanmu wajah Allah.
Apabila sampai pada tingkat (maqam) ini, sang salik - insya Allah - telah
dianugerahi pemberian dari Allah (minnah minallah) dalam hakikat dan adab
keesaan perbuatan dan keesaan nama serta anugerah agung berupa pengenalan
kepada Allah swt dalam perbuatan dan nama Allah (ma'rifatullah fil - af'al,
ma'rifatullah fil - asma').
Hakikat perbuatan dan hakikat nama adalah hak Allah, bukan hak alam. Secara
hakikat perbuatan Allah saat berbuat. Tapi secara adab, sandarkanlah seluruh
perbuatan baik kepada Allah swt karena Allah pemilik kebaikan, lalu,
sandarkanlah seluruh perbuatan buruk kepada dirimu, sebab Allah swt tidak
tersentuh oleh keburukan. Apa-apa yang menimpamu berupa kebaikan (hasanah)
datang dari Allah (faminallah), dan apa-apa yang menimpamu berupa keburukan
(sayyiah) berasal dari dirimu yang lalai. Tetapi, Allah swt tidak sama sekali beruntung
dengan amal baik si hamba, dan Allah swt tidak sama sekali merugi terhadap
durhaka si hamba kepadaNya, sebab Allah swt tidak sedang berdagang yang
berbicara neraca untung-rugi. Siapakah yang masih butuh kepada untung dan
menghindar dari rugi ? Allah nyatakan : Barangsiapa yang beramal
shaleh, maka amal shaleh untuk dirinya (yang berlipat ganda pahalanya), dan
barangsiapa yang beramal jahat ada bagiannya (yang sesuai), dan Tuhanmu tidak
pernah dzalim kepada hamba-hambaNya ( Fushshilat ayat 46).
Begitu pula halnya dengan keesaan nama Allah swt yang maha esa. Secara
hakikat, tidak ada nama yang dikenal atau semua nama yang ada di alam ini
sepenuh langit dan sepenuh bumi kecuali nama Allah swt yang segala puji
untukNya, pujian itu gegap gempita memenuhi langit dan memenuhi bumi dan
memenuhi pujian namaMu sekehendak yang Engkau kehendaki. Secara adab,
sandarkanlah seluruh kebaikan dengan nama kebaikan Allah, atas nama rahmatNya
yang maha pengasih lagi maha penyayanglah alam semesta ini bisa berputar, karena
nama rahman dan rahimnyalah Dia menundukkan malam dan siang, Dia menundukkan
matahari dan bulan untuk manusia. Atas namaNya yang baik dan mulia tercurah
seluruh kebaikan dan kemuliaan pada alam dan seluruh isinya. Allah swt pemilik
hak nama yang indah telah diketahui, diyakini, dihayati, dikenal hingga alam
semesta tidak mengenal nama kecuali nama Allah swt, dengan nama Allah yang maha
pengasih maha penyayang (bismillahirrahmanirrahim) segera alam semesta ini
berawal tercipta dengan bismillahirrahmanirrahim lalu alam semesta ini berakhir
hancur. Dengan basmalah pekerjaan menjadi berkat, sebaliknya, tanpa basmalah
pekerjaan menjadi laknat.
Dan, sandarkanlah seluruh keburukan nama yang engkau lakukan, nama buruk
yang engkau alami dan yang dialami orang lain, sandarkanlah kepada dirimu.
Bahkan, kedurhakaan, kedzaliman, kekafiran, kefasikan dan kejahilan hingga
berdampak musibah internasional, nasional dan lokal, maka salahkanlah dirimu
sendiri yang tidak cukup dalam upaya dakwah, yang belum cukup dalam upaya doa,
yang tidak cukup dalam tawasaw bil haqqi dan tawasaw bis shabri karena segala
macam keterbatasan. Hanya selalulah dirimu harus memuji Allah saat sebelum
matahari terbit dan saat sebelum matahari tenggelam serta jadikanlah
malam-malammu dengan memperpanjang dan memperlama sujud, karena engkau memuji
Allah dalam sujud dan bukan memuji diri, sebab dirimu dan diri orang lain belum
pantas untuk dipuji sebelum engkau memuji Allah di permulaan, di tengah dan di
penghabisan.
Allah swt tidak tersentuh oleh keburukan nama, sebab Dia pemilik Asmaul
Husna. Sebagaimana kalamNya : Dan, hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka
memintalah kepada Allah dengan menggunakan seluruh namaNya, dan berpalinglah
dari orang-orang yang mengolok-ngolok nama Allah, nanti mereka akan mengetahui
akibat dari perbuatan mereka (Al A'raf ayat 180).
Hari ini banyak manusia yang menamai perbuatannya dan perbuatannya sendiri
dia namai sendiri. Kerja ilmu manusia adalah memberi nama, memberi tingkat,
memberi gelar dari perbuatan sesamanya dengan gelar dan sebutan dalam cakupan
baik, sedang, buruk, atau dalam kategori sangat memuaskan, memuaskan dan tidak
memuaskan. Ukuran-ukuran di atas selama masih bersandar pada ilmu tetaplah ilmu
itu menjadi hijab dari Allah swt. Atau dengan kata lain, ilmu yang terhenti
pada ilmu, terputus dan tidak terhubung kepada sumber ilmu (Allah swt). Dampak
buruknya, berbanggalah manusia dengan hasil temuan penelitian, penjelajahan dan
rekayasa pengetahuan, sejatinya manusia seperti ini telah dibodohi oleh ilmunya
sendiri, atau ilmunya telah menjadi berhala.
Tugas utama ilmu harus menyambung kepada pengenalan, kemantapan dalam
ketundukan dan persembahan kebaktian total untuk Allah swt. Sebagaimana
kalamNya : Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian
malam dan siang benar-benar sebagai tanda-tanda (ayat Allah) bagi kaum yang
berpikir (Ali Imran ayat 190). Jika Allah swt telah membukakan pintu pengenalan
kepadaNya, maka ibadahmu sudah bernilai di sisiNya. Wallahu a'lam.
Kajian esa dan keesaan boleh
disebut kajian tauhidiyah ahadiyah adalah istilah untuk meniadakan kejamakan
dan meniadakan kesyirikan dalam cara pandang. Cara pandang yang dimaksud di
sini adalah cara memandang dan cara dipandang. Dengan kata lain, eksistensi
yang memandang dan eksistensi yang dipandang adalah esa, lalu esa yang
memandang dan esa yang dipandang. Artinya, pandangan tidak tercampur kecuali
esa subjek dan esa objek-objek yang dipandang. Pengaruh berikutnya tiada kata
memandang (me, kata aktif) dan tiada kata dipandang (di, kata pasif). Sebab
untaian mengutarakan kalimat aktif dan kalimat pasif masih bermakna banyak,
kalimat musytarak, kata ini pula muncul istilah masyarakat.
Tauhid dalam makna keesaan adalah
mustahil mendua, meniga, meempat, melima, meenam. Sebab jika ada dua tuhan
(alihataini) pasti hancur alam semesta (lafasadata). Oleh sifat nafsiyah
(keakuan) Allah SWT terdapat pada satu sifat ahadiyah Nya, wujud.
Wujud adalah puncak keesaan yang tidak ada Dia kecuali Dia (la huw illa
huw), tidak ada Aku kecuali Aku (la ana illa ana), tidak ada Engkau kecuali
Engkau (la anta illa anta), tidak ada Kami kecuali Kami (la nahnu illa nahnu),
tidak ada Kamu kecuali Kamu (la antum illa antum), tidak ada Mereka kecuali
Mereka (la hum illa hum). Ringkasnya, seluruh kata ganti (dhamir) adalah
kepunyaan Nya. Dengan itulah Dia Al-Malik menguasai kerajaan langit dan bumi,
untuk Mu pujian segala puji dan kepunyaan untuk Mu segala apa yang ada di
langit dan di bumi (lahul mulku walahul hamdu).
Sifat wujud Allah SWT mustahil Dia
tiada, ketiadaan adalah sifat wajib makhluk. Al-Khaliq Allah SWT tidak pernah
pergi, tidak pernah hilang, tidak pernah habis, tidak pernah mati. Sifat datang
dan sifat pergi, sifat terbit dan sifat terbenam adalah
sifat alam semesta yang manusia ada di dalam Nya, Tuhan yang maha meliputi,
Al-Muhidh, Tuhan yang maha menyaksikan, Asy-Syahid, Tuhan yang maha adil
(Al-Adlu), Tuhan yang maha membimbing (Ar-Rasyid), Tuhan yang setia menjaga
(Al-Hafidz), Tuhan yang setia membuka pintu-pintu rahmatNya dan pintu-pintu
fadilatNya (Al-Fattah) selalu hadir, tidak pernah istirahat. Mustahil bagiNya
dilahirkan-melahirkan, karena Dia esa. Mustahil bagiNya didahului-mendahului,
karena Dia esa. Mustahil bagiNya diasuh-mengasuh, karena Dia esa. Mustahil bagiNya
diajar-mengajar, karena Dia esa. Mustahil bagiNya diajak-mengajak, karena Dia
esa. Mustahil bagiNya dididik-mendidik, karena Dia esa. Esa, esa, esa yang
tidak semua orang sampai kepada pemahaman sejatiNya, esa murni tanpa yang ada
selain Dia. Esa dalam perbuatan Nya adalah esa keesaan, satu kesatuan perbuatan
alam merupakan wujud dari wujud perbuatan Nya. Sungguh yang tampak di alam
semesta adalah bekas atau dampak dari dampak-dampak perbuatan Nya (atsru min
atsaril af'al Allah SWT). Ibarat kelayang membuana di langit biru, sungguh
kendali kekangnya ada di tangan pelayang. Kapal yang melayari samudera luas,
berada pada kemudi nakhoda. Pesawat tempur yang menderu di angkasa pura langit
biru, seperti ikan di langit, sungguh sedang dikendalikan oleh seorang pilot.
Sifat alam pun adalah esa, esa
Ketuhanan, Ketuhanan yang maha esa. Dia adalah satu-kesatuan, esa-keesaan dalam
tajalli (pernyataan) namaNya, tajalli Ar-Rahman adalah Dia pemilik kasih sayang
(dzu rahmah) yang Dia berikan kepada ciptaan Nya, dimana di dalam ruh ciptaan
Nya adalah wujud diriNya, rangkaian sanad sebagai fakta penciptaan berdasarkan
surah Ash-Shad ayat 72, Al-'Alaq ayat 1-5, Ar-Rahman ayat 1-4.
"Setelah Aku sempurnakan
fakta penciptaan (fisik), dan Aku tiupkan ruh dari sisi Ku," (Ash-Shad:72).
Demikian juga tentang perintah membaca. Kami yang membacakan, dan ikutilah
bacaan-bacaan. Antara pencipta dengan yang dicipta, antara pembaca dengan yang
dibaca, antara pena dengan tintanya, antara suami dengan istri bisakah
terpisah, tercerai, terberai. Atau dalam kalimat, Kamilah yang membacakan, lalu
kamu bisa membacanya, karena unsur bacaan Kami masuk menyatu ke dalam dirimu
yang sebenarnya buta, tuli dan bisu. Dalam surah Al-Qiyamah ayat 16-19, telah
Rabb sampaikan: "Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca
Al-Quran), karena ingin segera menguasainya. Sesungguhnya Kami yang akan
mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya, maka ikutilah bacaannya. Kemudian, sesungguhnya menjadi kewajiban
Kami menjelaskannya."
Sungguh orang-orang yang sangat
merugi pada hari kiamat nanti, saat di dunia ini telah meyakini dan meyakinkan
bahwa dirinya yang lemah telah kuat memandang dan telah kuat dipandang. Hakikat
diri sendiri yang tiada ('adam). Adam ketiadaan wujud (an-eksistensial), tetapi
tetap merasa ada bahkan menetapkan diri yang benar, diri yang baik, diri yang
pintar, diri yang rapi, diri yang bersih, diri yang peduli. Bisakah
'adam (tiada) membuat perbuatan, nama, sifat dan kedirian, mustahil! Hakikat
diri sendiri yang bisu (bukmun), artinya mulut yang telah dikunci mati Tuhan,
tetapi masih bisa merasa mampu bicara dan membicarakan. Hakikat diri sendiri
yang tuli (summun), tetapi telah merasa mampu mendengar dan didengar, inilah
tipe manusia jahil, jahil murakkab (berganda).
Pemisalan sebagai pengantar kajian
keesaan sangat penting diketengahkan guna memberi makna terhadap teks yang
dibaca. Pemisalan Tuhan dan insan adalah Tuhan wujud (ada), insan menyandang
sifat 'adam (tiada) dalam contoh pemain film yang dikuasai oleh sutradara
melalui naskah skenario. Bila telah berhaluan seperti demikian, demikianlah
kehidupan di dunia, bak sandiwara-intertaint. Kehidupan di dunia ini laksana
pentas-panggung sandiwara yang sedang bermain peran, mengikuti arahan sutradara
dalam naskah rancangan, sehingga dapat disaksikan produksi film dalam sinetron
atau sinema sesuai selera produsen. Kalau hari ini yang diputar filmnya
"Kancil dan Buaya" sungguh pemirsa sedang menonton perbuatan kancil
dan buaya, karena tema itu yang sedang diputar, tidak mungkin hari ini menonton
film kucing dan tikus. Pemirsa akan bisa menonton film kucing dan tikus ketika
produsen rela memutarnya.
Berikut contoh lain adalah
pertunjukan wayang. Dunia wayang bertumpu pada bayang, tetapi wayang tidak
dapat berbuat apa-apa, wayang tidak bisa bergerak, wayang tidak bisa bercakap,
apalagi berkomunikasi. Wayang beragam perbuatan, nama, sifat, diri, sedangkan
dalang hanya satu. Dalang yang memainkan peran Bagong, dalang yang memainkan
peran Semar, dalang yang memainkan peran Petruk, dalang yang memainkan peran
Gatot Koco.
Kesadaran manusia untuk menjadikan
Allah SWT sebagai satu-satunya Esa, dan melenyapkan, menihilkan eksistensi dan
verifikasi diri yang 'adam adalah hamba yang muwahhid. Muwahhid artinya hamba
yang diajarkan Allah SWT untuk menihilkan peran diri, lalu mengesakan Allah SWT
sebenar-benarNya dan sejati-jatiNya. Sebenarnya berarti bahwa Allah SWT sang
Esa yang maha benar, selain Allah SWT hakikatnya tidak benar.
SejatiNya bermaksud hanya Allah SWT sang Esa dalam memutuskan putusan yang
benar. Jati janji Allah SWT adalah pasti berupa surga, dan jati ancaman juga
pasti berupa neraka. Jangan pernah ada sedikit ruang keraguan di hati untuk
meragukan Allah SWT dalam perbuatanNya, asmaNya, sifatNya. Tetapi
haqqul yaqin bahwa hanya Allah SWT yang maha benar dan maha sejati.
Para pelajar dan pengamal Tasawuf
harus melewati tiga tangga hati mengisi qalbu dengan tiga capaian berikut guna
mencapai kebahagiaan (hasanah dunia dan hasanah akhirat) melalui hikmah
syariat, hakikat, ma'rifat yaitu jalan:
1. Jalan akhlak takhalli.
2. Jalan akhlak tahalli.
3. Jalan akhlak tajalli.
Ketiga jalan akhlak ini wajib
dilewati hingga akhir batasnya. Khalli yang artinya kosong adalah meniadakan
sifat-sifat buruk bagi Allah SWT dan dilarang berburuk sangka kepadaNya walau
dalam lintasan hati atau batin perasaan. Jangan hawa napsu menunggangi diri
sendiri, dan jangan hawa napsu menjadi amir dalam kerajaan hati. Hancurkan
kesombongan sebagai proses pengosongan sifat-sifat buruk atau proses takhalli.
Setelah jiwa kosong dari kekotorannya dan kemudian hati menjadi nihil tiada
isi, segerakan isi hati dengan asma Allah SWT. Sebab, istana hati telah
bermahram kepada Allah SWT, tuhan hati (Rabbul-qulub). Asma Allah SWT dengan hati
adalah sejiwa, senapas, senada, seiring, sejalan, serasa, serasi seisi,
semateri. Selain asma Allah SWT telah menjadi musuh bagi qalbun salim.
Maksudnya, setelah hati mengusir sombong (takabbur) masukkan hati rendah dan
mudah menerima kebaikan (tawadhu'). Setelah hati kosong dan nihil dari angka
kufur nikmat, secepatnya isi nutrisi hati dengan syukur nikmat, sebab asma
Allah SWT, Asy-Syakur. Usir penyakit hati marah, isi dengan hati
orang-orang yang sabar, sebab asma Allah SWT, Ash-Shabur. Musnahkan dendam
datang lah sifat dan nama pemaaf, Allah SWT pemilik nama maha pemaaf,
Al-'Afuwwu. Muslim-muwahhid wajib mencontoh sifat dari nama tawadhu, sabar,
syukur, pemaaf.
Sifat-sifat mulia yang telah
terisi tersebut ibarat mutiara di antara cahaya-cahaya, misykat cahaya-cahaya,
nurun 'ala nurin, cahaya yang cahaya Nya sampai menembus tujuh petala langit
dan tujuh petala bumi. Bahkan dari dunia sampai akhirat, kemudian sampai kepada
Allah SWT Al-Ahad (wushul ilallah) dalam tempat yang tiada bernama tempat, dalam
waktu yang tiada berhitung waktu, dalam zaman yang tiada terhalang dan tersekat
zaman, dalam nama yang tiada nama, dalam sifat yang tiada sifat, dalam dzat
yang tak terjangkau, Al-Ahad. Dalam format yang sedapatnya dituliskan:
1. Ma'rifat af'al Allah SWT.
Pengenalan (ma'rifat) perbuatan
Allah SWT ini ada dua dalam proses capaian salik yang menjadi 'arif, yaitu:
1.1. Tahalli sifat qudrat menjadi
tajalli sifat qudrat, menjadi ahadiyah sifat qudrat Allah SWT dalam perbuatan
alam.
1.2. Tahalli sifat iradat menjadi
tajalli sifat iradat, menjadi ahadiyah sifat iradat Allah SWT dalam perbuatan
alam.
2. Ma'rifat asma Allah SWT.
Pengenalan (ma'rifat) nama-nama
Allah SWT terdapat 99 asmaullah SWT Al-Husna yang berproses menuju capaian
salik menjadi 'arif. Sebagai misal, tahalli nama Ar-Rahman menjadi tajalli nama
Ar-Rahman, kemudian menjadi ahadiyah nama Ar-Rahman, seterusnya kepada alam
semesta. Alam semesta sebagai penerima pancaran dari nama Ar-Rahman atau dalam
istilah; Al-atsru min atsaril sifatir Rahman, begitu seterusnya kerja pancaran
bin-Nuri Muhammad SAW dari Nurullah SWT sampai ke 99 asmaullah Al-Husna.
3. Ma'rifat sifat Allah SWT.
Ma'rifat (pengenalan sejati) esa
dan keesaan sifat Allah SWT (ma'rifat tauhid sifat) bagian proses memasukkan
kebesaran Allah SWT ke dalam ruh. Ruh (batin-rohani) yang berma'rifat adalah
dzikir sirri (rahasia) dalam nyawa, nyawa dalam rahasia berupa keluar-masuknya
napas yang didzikirkan, masuk dengan benar dalam tarikan napas, huw. Dan keluar
dengan benar dalam hembusan napas, Allah. Nyata, jelas, tegas bahwa dzahirat
Adz-Dzahir yang menghidupkan napas. Napas yang didzikirkan akan menjadi
pengantar bagi rahmat Allah SWT dalam sifatNya, Al-Hayat.
Dia yang maha hidup, menghidupkan,
hanya tajalli nyata dalam kenyataan Allah maha hidup, alam semesta mati.
At-Tajalliyat (kenyataan sebenarnya, the real, the facto) bahwa kuasa Allah SWT
yang maha hidup dan bisa menghidupkan. Tinjauan (perspektif) Qur'aniyah adalah
masuk dengan benar (mudkhala shidiq) dan keluar dengan benar (mukhraja shidiq).
Dua istilah yang digunakan surah Al-Isra' ayat 80. Dalam segala hal, masuk yang
benar, keluar yang benar, husnul muqaddimah, husnul khatimah. Imam Ahmad
Athaillah As-Sakandari rahimahullah (wafat, Mesir, 709 H) mengatakan:
"Asyraqat bidayatuhu, asyraqat nihayatuhu" Siapa yang bercahaya
diawalnya, bercahaya pula diakhirnya. Prosesi (tahapan) dari tingkat ke
tingkat, setapak demi setapak yang didaki merupakan perjalanan kepastian menuju
Tuhan, "latarkabunna thabaqan 'an thabaq".
Pendakian yang dimaksud adalah
berawal dari pengosongan diri dari diri yang fujur(dosa), mengundang adzab,
lalu diisi dengan diri yang taqwa, mengundang rahmat serta menyatu dalam
memandang keesaan Tuhan di seluruh lapisan alam semesta. Dalam skema kerja
(amaliyah) sebagai berikut:
Proses takhalli (pengosongan diri,
bahkan diri tiada) menuju tahalli (pengisian sifat-sifat baik dari Allah SWT),
mensublimasi ke dalam batin tajalli Allah SWT di setiap penjuru, lalu ahadiyah
denganNya, saling memiliki. Tahapan sederhana bisa diamati berikut:
3.1. Sifat wujud, takhalli menuju
tahalli, menuju tajalli, menuju ahadiyah wujud.
3.2. Sifat qidam, takhalli menuju
tahalli qidam, menuju tajalli qidam, sampai kepada ahadiyah qidam.
3.3. Sifat baqa', takhalli menuju
tahalli baqa', menuju tajalli baqa', kemudian sampai kepada ahadiyah baqa'.
3.4. Dan seterusnya.
4. Ma'rifat dzat Allah SWT.
Dzat (diri) Allah SWT selamanya
tidak bisa diketahui, kecuali percikan dari sifat Nya yang diperlihatkan oleh
Nya. Sifat Allah SWT tidak bisa terpisah dengan Dzat Nya, tetapi Dzat bisa
terpisah dengan sifat Nya. Sifat Nya ternyata dan bernyata pada tajalli wujud
Muhammad SAW sehingga sifat Muhammad SAW disuruh oleh Allah SWT menjadi teladan
yang baik (uswah hasanah). Atau dengan kata lain, perbuatan, nama dan sifat
adalah diri Nabi Muhammad Rasulullah SAW secara dzahir dan batin. Dzat keesaan
dan ketunggalan adalah diriNya saja, niscaya Dia bahwa hanya ada Dia (la huw
illa huw), sesungguhnya Aku bahwa hanya ada Aku (la ana illa ana), bahwa Engkau
adalah Engkau dengan Engkau (anta wa anta).
Esa yang dilambangkan alifullah
merupakan asal dari Kitabullah yang qadim. Keesaan tersebut tidak terbagi atas
bagian-bagian. Keesaan tersebut tidak terjenjang atas keberjenjangan. Keesaan
tersebut tidak terhitung dalam bilangan-bilangan. Keesaan itu bukan
bacaan-bacaan. Keesaan itu bukan tulisan-tulisan. Keesaan itu bukan
titik-titik. Keesaan itu bukan subjek bukan objek. Keesaan itu bukan positif
bukan negatif. Keesaan itu bukan mayor bukan minor. Keesaan itu bukan atas
bukan bawah. Keesaan itu adalah:
1. Alif. Musyahadah ahadiyah
2. Alif. Muraqabah ahadiyah.
3. Alif. Mahabbah ahadiyah.
Dapat pengenalan dan pengertian
dari alif di atas berupaya diurai dalam kata sederhana tetapi tidak dapat
mewakili Wujud Agung Nya:
1. La raqib wala marqub illallah.
2. La syahid wala masyhud illallah.
3. La habib wala mahbub illallah.
Pengertian ketiga item di atas
adalah; tidak ada yang mengawasi dan diawasi kecuali Allah, tidak ada yang
menyaksikan dan disaksikan kecuali Allah, tidak ada yang mencintai dan dicintai
kecuali Allah. Ternyata tidak ada perbuatan alam, tidak ada nama alam, tidak
ada sifat alam, tidak ada diri alam. Sesungguhnya yang ada adalah Allah. Allah
SWT. Alam semesta hanya dalam posisi sebagai ciptaan Allah (made in Allah).
Tetapi, dapat dikenalkah Dia Allah SWT yang sangat tinggi tidak terjangkau,
yang sangat suci tidak terkotori, yang sangat mulia tidak terhina, yang sangat
terbit tidak terbenam. Kecuali Dia sendiri yang mengenalkan DiriNya saat
DiriNya telah siap mengenal DiriNya, bisa memerlukan waktu 9 tahun, 15 tahun,
20 tahun atau seumur hidup. Pengenalan kepada DiriNya sangat bergantung kepada
perkenan, ijin, restu, rahmat anugerah rahasia dari DiriNya.
Sungguh berbahagia orang-orang
yang diberi rahasia rahmat berupa telah mengenal Dia sejatinya Dia, anugerah
tajalli dzat keesaan yang tiada tara, tiada terhingga dalam sigma
ketakterhinggaan, sigma S. Opini tentangNya sekedar uraian sederhana, tulisan
tentangNya malah menunjukkan ketidakmampuan manusia mengurai tentangNya. Tamsil
bukan Dia, daratan bukan Dia, lautan bukan Dia. Dia adalah apa yang
Dia jelaskan sendiri. Dia adalah apa yang Dia urai sendiri. Dia adalah apa yang
Dia baca sendiri sewaktu Dia menyuruh Muhammad, bacalah!
Demikian uraian kuliah Akhlak
Tasawuf yang berupaya menyempurna titik yang berserakan dari hati hamba yang
masih banyak menyimpan dan menyembah nama-nama Tuhan, nama ilmu, nama pangkat,
nama jabatan, nama harta, dan nama-nama selain Dia, menghapus kekuatan dan
kekuasaan nama-nama duniawi menjadi tugas pokok insan pembelajar Tasawuf, insan
pengamal dan pencinta Tasawuf. Tasawuf yang menjelma dalam kehalusan budi
pekerti, kemuliaan akhlak, serta ketinggian adab. (Wallahu a'lam).
Tingkat
ma'rifat merupakan level tertinggi dalam seluruh tanga-tangga tingkatan beragama
Islam. Tingkatan ma'rifat dari awal (bidayah), pertengahan (wasathiyah) dan
akhir (nihayah), kesemuanya adalah mulia. Mulai dari tangga-tangga tingkat
awam, syariat, thariqat, hakikat, ma'rifat dinamakan upaya riyadhah jasadiyah
dan upaya mujahadah ruhiyah mendaki sebagai suluk menaik atau diistilah tarqi.
Tarqiyyah dari satu tangga ke tangga berikutnya bisa memerlukan waktu puluhan
tahun dan bisa juga dalam waktu lima sampai sepuluh tahun, tergantung kepada
rahmat Allah SWT dan sungguh-sungguh rajin, tekun, taat kepada kajian dan
khidmat (mengabdi) kepada sang guru mursyid sebagai titipan Allah SWT dan
Rasulullah SAW. Artinya beradab kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan merebut
rasa sayang, kasih dan cinta guru kepada murid (salik). Berkhidmat kepada ilmu
dan kepada guru mursyid sebagai gudang ilmu. Keduanya penting untuk dihormati,
bahkan murid (salik) yang berkorban untuk guru lebih cepat meraih
ilmu dan rahasia ma'rifat.
Ada dua sumber
untuk meraih ma'rifat: Allah SWT campakkan cahaya ma'rifat kepada hamba yang
Dia kehendaki diantara hamba-hamba Nya yang disebut kelompok yang ditarik Nya
ke dalam hadhrah kebesaran Nya. Kelompok ini disebut majzubin yang telah Dia
rangkul, pungut, angkut, jemput langsung ke hadhrah Nya atau
terkenal dengan istilah ma'rifat di kalangan sufi (ma'rifah 'indash shufiyah).
Orang yang
seperti ini tidak lagi belajar, tetapi langsung Allah SWT lantik menjadi
waliNya. Pelantikan waliNya yang tidak diketahui oleh siapapun. Artinya,
terdapat perubahan-perubahan (awareness) individu baik aspek jasadiyah,
ruhiyah, rabbaniyah. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari jahil menjadi 'alim,
dari durhaka menjadi bakti jiwa-raga, dari malas ibadah menjadi rajin ibadah,
dari buta menjadi melihat, dari syirik kepada tauhid.
Ditarik
langsung oleh Nya ke tangga ma'rifat Allah SWT, terkadang yang bersangkutan
tidak lagi turun ke lantai syariat, tetapi berdiam, berbaring atau berdiri
selamanya di lantai ma'rifat. Bila ini dialami oleh wali majzub diantara
hamba-hamba Nya, isyarat adalah orang lain yang harus mengenali, memahami dan
mengerti wali majzub, sebab wali majzub tidak berkesadaran penuh untuk memahami
orang lain, karena dia hanya sibuk billah, ma'allah, fillah, dia memandang
tiada diri, tiada alam. Itsbat hanya ada Allah SWT yang dia sendiri tidak bisa
lagi memberi arti, definisi, cakupan, syarat dan rukun, dia tidak lagi mengenal
syariat dan hakikat, sebab yang ada hanya Dia yang tidak terbaca dan tidak
tertulis. Wali ini mengambil sifat bayi atau sifat orang mati.
Adapun
pelantikan wali yang kedua bernama wali arif. Wali arif ini menjalani
sulukiyah, thariqah, riyadhah, mujahadah, tazkiyah,
muhasabah dalam riwayat dan sanad. Berjalan waktu di dalam kajian ilmiyah dan
amaliyah kaum sufi-kaum wali, dia mendapat ilmu wali, tetapi belum tentu bisa
menjadi wali Allah SWT, belum tentu bisa menjadi kekasih-kekasih Allah SWT,
banyak syarat lagi yang harus dipenuhi, syarat syariat dan syarat hakikat,
diantaranya 'alim ilmu dzahir sebab mustahil wali Allah SWT itu bodoh (jahil),
secara dzahir mengetahui ilmu bahasa Arab sebagai studi bahasa mencakup uslub,
nahu, sharaf, balaghah, mantiq, bayan, irfan dalam bahasa, mengetahui ilmu
fiqih, tafsir, hadits, dan sebagainya. 'Alim ilmu batin mengetahui makna yang
tersembunyi (sir) pada tiap-tiap ilmu dzahir yang mencakup kajian ilmu batin
dalam ayat Tuhan SWT dan sabda Nabi Muhammad SAW. Mengetahui ilmu
tasawuf pada seluruh tingkatan syariat dan hakikat. Kemudian, pada
tataran amaliyah, tataran amaliyah wali yang mencakup amaliyah syariat dan amaliyah
hakikat, serta tuntutan ikhlas dalam beramal dan tuntutan ridha dalam menjalani
qada' dan qadarNya.
Setelah ilmu
syariat dan ilmu hakikat dipelajari, 'alim seorang wali. Tetapi, belum tentu
bisa menyampaikan ilmu hakikat. Kecuali mendapat ijin dari Allah SWT, Rasulullah
SAW dan waliyullah al-arif billah. Jika tidak mendapat ijin cukup lah menjadi
ilmu dan amal munfarid saja. Artinya tidak ada mandat atau amanat untuk
mensyiarkan ilmu-ilmu kewalian. Bersyukurlah jika diberi kesempatan untuk
belajar, walaupun belum bisa mengajar. Sebab untuk bisa menjadi guru mengajar
masih diperlukan syarat-syarat yang banyak. Berbeda dengan murid, murid hanya
dituntut mau duduk mendengarkan, menyimak, mencatat, membaca dan taat kepada
guru.
Wali yang
awalnya awam, masuk ke dalam alam syariat dan hakikat sebagai jalan latihan
jasmani dan rohani (suluk) sampai wali salik menjadi wali arif di alam ma'rifat
adalah dia yang harus turun ke tangga-tangga secara pelan menelusuri
tangga-tangga (tanazzul) sehingga sampai pada lantai dasar
(syariat). Atau dalam rumus; naik (tarqi) dari - kepada, turun (tanazzul)
kepada - dari. Perjalanan yang membutuhkan kesabaran, ketabahan, dan jangan
banyak komentar. Wali yang banyak berkomentar akan Dia cabut pangkat kewalian
menjadi lah dia orang kebanyakan atau orang umum yang diselimuti oleh
kebodohan.
Di bawah ini akan diurai tingkatan ma'rifat:
1. At-Tafriqah.
Kelompok ini
mereka yang sangat dekat dengan Allah, kemanapun dia berada selalu dalam status
hamba dengan Tuhannya, selalu mengakui kebesaran Nya, kekasih-sayanganNya,
kerinduan Nya. Hanya dengan Allah SWT sajalah (billah) dia berpegang teguh.
Tafriqah ini
sudah sangat dekat dengan Allah SWT, Al-Qarib Al-Mujib. Ahlul ma'rifat ini
telah duduk pada hakikat keesaan perbuatan Allah SWT (tauhidul af'al). Sebab
sudah dekat dengan Allah SWT dia memandang perbuatan makhluk, sungguh mulia
tingkatan ma'rifat yang pertama ini. Dzikir nya adalah la ilaha illallah (tiada
tuhan kecuali Allah) mengandung makna:
1.
La fa'ila
illallah (tiada perbuatan kecuali perbuatan Allah).
2.
La nafi'a wala
dharra illallah (tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah).
3.
La mu'thiya
wala mani'a illallah (tidak ada yang memberi anugerah dan yang menahan anugerah
kecuali Allah).
4.
La mu'izzu
wala mudzillu illallah (tidak ada yang memuliakan dan yang menghinakan kecuali
Allah).
Kedudukan
ma'rifat pada level tafriqah merupakan level pertama (bidayah ma'rifat) yang
sudah bercahaya dengan cahaya Rasulullah SAW (bin-nurin nabi Muhammad SAW)
dengan nurul bidayah pada sifat shiddiq, amanah, tabligh, fathanah dalam
keesaan perbuatan Allah SWT sebuah capaian berkat bimbingan maha guru, maha
mursyid Rasulullah SAW. Lalu, tidak lah dia melihat sebuah perbuatan, kecuali
Allah SWT yang menghendaki perbuatan tersebut, kemudian si Adam (tubuh jasmani
dan badan rohani) pun bergerak, berbuat melakukan satu perbuatan yang diizinkan
oleh Nya, Al-Iradah.
Tidak lah dia
memandang kuasa seseorang, kecuali Allah SWT sedang memberi kuasa kepadanya,
Al-Qadir dengan perbuatan kuasaNya telah melimpahkan kuasa kepada ruh (nur
Muhammad SAW), dari nur Muhammad SAW turun kepada badan (rohani), kemudian ke
jasad (jasmani), bentuknya darah, jantung dan otot sebagai titipan kuasa,
tenaga, upaya, daya. Mulia Al-Qadir yang telah memuliakan kekasihNya (Muhammad
SAW insan, muslim, mukmin kamil).
Imamul
mukminin Rasulullah SAW selalu memberi arahan dalam peran beliau sebagai
sayyidil awwalin, sayyidil akhirin, sayyidil muslimin, sayyidil mukminin,
sayyidil muttaqin, sayyidil mujahidin, sayyidil muthahhirin, sayyidil anbiya'
wal auliya Allah SWT.
Arif billah
dalam tingkatan ma'rifat pertama ini (tafriqah-bidayah) terpandang bahwa
manusia hidup adalah dihidupkan Allah SWT dalam perbuatan Nya, Al-Hayat,
melihat orang-orang yang berilmu menunjukkan qarinah bahwa Allah SWT sedang
memberinya ilmu dari pancaran Nur Muhammad SAW Alim dari sumber segala sumber
ilmu pengetahuan Al-'Alim, sumber dari segala sumber kebijaksanaan dan
kesantunan, esa dalam ilmuNya.
Dalam surah
Ash-Shaffat ayat 96 disebut: "Wallahu khalaqakum wama ta'malun."
Artinya: Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu kerjakan.
Kemudian di dalam surah Al-Anfal ayat 17 disebutkan: "Bukan engkau yang
melempar (Muhammad) ketika engkau (Muhammad) melempar, melainkan Allah yang
melempar." Lalu dalam surah Az-Zumar ayat 42 disebutkan: "Allah
memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang
belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang
ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (mukjizat)
Allah bagi kaum yang berpikir."
Demikian
cahaya (nur) yang diberikan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dalam kelapangan
shudur orang-orang dengan berislam secara syarah (luas dan toleran) sebagaimana
firman Tuhan yang suci dalam Kitabullah surah Az-Zumar ayat 22: "Siapakah
orang-orang yang telah Allah bukakan keluasan dadanya menerima Islam, maka dia
telah mendapat cahaya Tuhannya. Celakalah orang yang hatinya keras membantu dari
dzikrullah, mereka itu telah berada di dalam kesesatan yang nyata."
Pada tingkat
awal ma'rifatullah mulia semuanya berangkat dari cara pandang hati dalam
memandang sesuatu dalam kaidah: "syuhudul kasrah fil wahdah,"
artinya: pandanglah yang banyak untuk yang satu. Maksudnya adalah alam semesta
yang beraneka ragam jamak (kasrah) menjadi dalil yang menunjuk
adanya keesaan yang tunggal (wahdah). Inilah yang bernama "awwaluddin
ma'rifatullah" (awal agama adalah mengenal Allah); ma'rifatullah pada
tingkat keesaan perbuatanNya (tauhidul af'al Allah SWT).
2. Al-Jam'u.
Al-Jam'u
pengertian secara rohani adalah seorang arif billah yang tidak terlepas lagi
dari Allah SWT. Artinya telah duduk pada maqam ma'iyyatullah atau kebersamaan
dengan Allah SWT dalam segala hal, dia (arif billah) dengan Dia (Allah SWT)
selalu bersama. Hal ini didasarkan pada dalil: "innallaha ma'ash
shabirin," artinya: sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar,
atau dalam dalil: "innallaha ma'al muttaqin," artinya: sesungguhnya
Allah bersama orang-orang yang taqwa, dan dalil: "innallaha ma'al
muhsinin," artinya: sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat
baik. Kebersamaan wali dengan Allah SWT inilah letak pada kedudukan level
tauhidul asmaullah al-husna.
Ma'iyyatullah
dalam bashirah (pandangan batin-hakikat) berada pada kaidah: "syuhudul
wahdah fil kasrah," artinya: pandanglah yang satu (esa) untuk yang banyak.
Maksudnya, sungguh hanya Esa yang dapat mendalilkan yang jamak. Wahdah yang
memancar kepada Nur Muhammad SAW, lalu memancar lagi ke dalam yang banyak
(kasrah), kemudian tampak segala yang jamak. Berurutan (hirarki) maha cahaya
Allah SWT An-Nur kepada Nur Muhammad SAW dan Nur Muhammad SAW memancar kepada
seluruh alam malakut, alam nasut, alam banu jan, alam hewani, alam nabati dan
seluruh dimensi langit dan dimensi bumi serta seluruh jagad yang nampak
(syahadah) dan seluruh jagad yang tidak nampak (ghaibah) adalah tidak terlepas
dari kuasa Allah, Al-Qadir kepada alam semesta. Kedudukan arif billah di
tingkat midle (pertengahan) sungguh karamah agung dari Nya, saat memandang
bahwa objek yang dilihat sudah tidak terlepas dari Allah SWT, Al-Qudratullah,
Al-Iradatullah.
Al-Jam'u,
pengertian ini dikalangan ahlu hakikat adalah bahwa Allah SWT yang memberi
nama, arti, dan bentuk dari alam semesta yang sangat bergantung kepada Nya,
Allah Ash-Shamad. Telah ma'iyyatullah atau kebersamaan dengan Allah SWT, bahwa
batu hadir karena dihadirkan oleh sang hadir nan sempurna, Al-Hadir Al-Kamil.
Bahwa langit tinggi karena ditinggikan oleh Allah SWT, Ar-Rafi'. Bahwa bumi
dihamparkan oleh Tuhan yang maha adil, Al-Adlu. Sebagai yang telah Dia
Al-Muqsith kalamkan dalam kitab agungNya surah Al-Furqan ayat 61-62:
"Al-Barkah yang telah menjadikan di langit gugusan bintang dan Dia
menjadikan padanya matahari bercahaya dan bulan (memantulkan) sinar. Dan
Al-Barkah (Dia) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang
yang ingin mengambil pelajaran dan ingin mengambil pensyukuran (terima
kasih)."
Al-Jam'u
memberi petunjuk bahwa arif billah yang telah berma'rifat duduk pada maqam
keesaan nama dan sifat Allah SWT (tauhidul asmaullah al-husna wa shifatullah
al-'ulya bi hurufi kalimatullah wabi kalamillah SWT). Dzikir sir Nya adalah
dzikir hakikat :
1. La hayatan illallah.
2. La 'aliman illallah.
3. La qadiran illallah.
4. La muridan illallah.
5. La sami'an illallah.
6. La bashiran illallah.
7. La kalam illallah.
7 dzikir
sifat, dan 99 dzikir asmaullah al-husna. Mulai dari (1) La Rahman illallah
sampai (99) La Shabur illallah. La ilaha illallah. Dzikir utama orang yang duduk
pada level keesaan nama dan sifat adalah dzikir Allah, Allah, Allah. Allah,
Allah, Allah tanpa bayangan hurup, aksara, hitungan, tulisan atau bacaan.
Membaca rasa (iqra' bismi rabbikal ladzi khalaq) artinya: bacalah (dengan rasa)
nama Tuhanmu, Tuhan yang maha menciptakan (tanpa teks).
Bacalah nama
Tuhan yang ada di pohon yang Dia ciptakan, Al-Khaliq. Nama Tuhan yang bernama
laut kepunyaan (walahul jawaril munsya-atu fil bahri kal-a'lam). Kepunyaan Nya,
Tuhan Allah SWT pemilik dua tempat matahari terbit (masyriqaini) dan Tuhan
Allah SWT pemilik dua tempat matahari terbenam (maghribaini). Tuhan pemilik dua
surga, surga dunia (ma'rifatullah ma'allah al-husna) dan surga akhirat nanti
(jannah syahwat dan jannah rukyat). Tidaklah wali Allah SWT memandang sesuatu
kecuali Allah SWT tertajalli pada sesuatu, dengan rumus:
1.
La ra-aitu
qablasy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang sebelum sesuatu
kecuali Allah).
2.
La ra-aitu
ba'dasy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang setelah sesuatu kecuali
Allah).
3.
La ra-aitu
ma'asy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang bersama sesuatu kecuali
Allah).
4.
La ra-aitu
fisy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang di dalam sesuatu kecuali
Allah).
Keempat itulah
tanda ma'rifat ma'iyyatullah sebagai cara telah merasa batin memandang hakikat
asma Allah (musyahadatul asmaullah) dan telah merasa batin di pandang Allah SWT
(muraqabatul asmaullah) dengan kalimat amaliyah para wali-wali Allah SWT:
Allahu nadziriy (Allah memandangku), Allahu ma'iy (Allah bersamaku).
3. Al-Jam'ul jamak.
Sebutan untuk
mereka yang sudah sampai ma'rifatullah fillah yang berlevel tertinggi (nurun
nihayah). Pada kedudukan yang tidak ada kedukaan, pada tingkatan yang tidak ada
lagi kecemasan. Untuk apa dicemaskan seseorang yang sudah berada di dalam hadhrah
Tuhan (fillah SWT). Karena tidak lagi memandang kepada sesuatu baik sesudah
maupun sebelum, terpandang hanya Allah. Jika terpandang hanya Esa Allah SWT
Al-Wahdah, maka masih maukah ada kedukaan?. Bila hidup telah memandang Allah
SWT yang selalu memberi karunia segala, sungguh bersandar kepada Nya sebuah
sandaran yang total dan final. Begitu pula ketika sakit atau mati, adakah
istilah keduanya pada kekasih yang hanya untuknya Esa. Esa yang tiada terbelah
dengan sebab-akibat, Esa yang tidak lagi terberai antara hamba dan Tuhan. Esa
tingkat paripurna penyerahan diri total, malah tiada diri, pengakuan terhadap
eksistensi ketunggalan Esa menyebabkan hancur diri dan alam semesta. Alam
semesta tidak lagi diharap memberi manfaat dan menampik mudharat, kepada Esa,
Esa di dalam Esa, dari Esa untuk Esa, Esa saat semua Esa, sungguh telah binasa
diri.
Tiada
kehidupan di sini (duniawi) dan tiada kehidupan di sana (ukhrawi), ada dan
hanya ada adalah keesaan. Esa yang memandang, Esa yang terpandang, lalu masih
adakah cela dalam pandangan? Esa yang dilihat, Esa yang melihat, lalu masih
adakah ruang penglihatan yang terhijab ketika Esa yang telah meliputi? Esa yang
mendengar, Esa yang didengar, lantas masih adakah buruk pendengaran, saat Esa
mendengarkan? Esa yang bicara, Esa yang dibicarakan, niscaya baik pembicaraan
sebab dengar dan bicara adalah dua hal tetapi Esa sumber? Esa dalam hidup di
dunia, lantas untuk apa disesalkan? Esa dalam kematian untuk apa disedihkan,
bukankah Esa kembali ke Esa?
Ma'rifatullah
tingkat ini adalah rumus pada pandang yang tertuju hanya dari keesaan (wahdah)
kepada keesaan (wahdah) pula, tanpa bergeser dari pandangan Nya, tahu dari mana
datang, tahu dengan siapa sekarang, dan tahu kemana pulang. "Syuhudul
wahdah fil wahdah," artinya: Pandang yang Esa untuk yang Esa. Jadi, tidak
ada pandangan lain lagi, kecuali Esa. Pada tingkat ma'rifat ini, berlaku pada
kaidah: Tidak ada yang mencintai kecuali Allah, dicintai dan mencintai adalah
Dia, dikenal dan mengenal adalah Dia, diketahui dan mengetahui adalah Dia,
dimaksud dan memaksud adalah Dia. (Wallahu a'lam).
Kajian ma'rifat ini telah merintis jalan bagi pengenalan
sejati kepadaNya yang tidak akan buta, tuli dan bisu denganNya. Saat melihat
tidak lagi dengan mata pengenalan luar, tetapi sudah dengan pengenalan dalam
mata ma'rifat. Sekali mengenalNya tidak akan asing selamanya, sekali
memandangNya lalu memandanglah selamanya, sebab Dia bukan bintang yang terbit
dan tenggelam.
Efek cahaya-cahaya (misykatul-anwar) ma'rifat menyinari
sampai ke relung terdalam dari waliNya yaitu fuad. Fuad sebagai inti hati
(qalbu) memancar pada ucapan-ucapan wali (jamak: auliya) naskah
Al-Wirdul-Lathif dalam dzikir pagi dan sore yang disusun oleh Al-Habib Al-Imam
Abdullah bin 'Alawi Al-Haddad. Wirid yang beliau susun dari ayat-ayat Al-Quran,
doa-doa dari Nabi Muhammad SAW dan doa-doa orang shaleh. Wirid
keramahan-kelembutan (Al-Wirdul-Lathif) ini menunjukkan kecintaan (mahabbah)
dan ma'rifah sang Imam kepada kekasihnya, Allah SWT Al-Lathif. Demikian pula
Wirdul-Imam yang disusun oleh Al-Habib Al-Imam Abu Bakar bin Salim Al-'Alawi
merupakan lambang cinta yang mereka lukiskan dan pahatkan dalam relief-relief
cinta:
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Bismillahirrahmanirrahim.
Allahumma ya
... 'adzimash-shulthan, ya ...
qadimal ihsan, ya ... da-iman-ni'am,
ya ... katsiral jud, ya ...wasi'al - atha', ya ... khafiyyal luthfi, ya ...
jamilash-shun'i, ya ... haliman la
ya'jal. Shalli ya rabbi 'ala sayyidina Muhammadin wa alihi wa sallim, wardha
'anish-shahabati ajma'in.
Sebagian saja dari versi Arab. Versi Indonesia secara
utuh adalah sebagai terjemah berikut:
WIRID AL-HABIB AL-IMAM ABU BAKAR BIN SALIM AL-ALAWI
Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang
Allahumma ...
Wahai sang sultan yang maha sultan, maha besar
kerajaanMu ...
Wahai ... sungguh
lama dan terdahulu kebaikan ...
Wahai Tuhan ...
berkekalan kenikmatanNya ...
Sungguh luas tiada terbatas karuniaMu Tuhan ...
Tuhan ... Sungguh
tersembunyi keramahanMu ... sangat
begitu lembut ...
Maha indah dalam melayani ...
Maha penyantun berbalut kesabaranMu yang tiada pernah
tergesa-gesa dalam menuntut kami ...
Shalawat dan salam mudahan selalu tercurah pada pemimpin
kami, sayyidi Muhammad SAW dan keluarganya serta berilah ridha kepada seluruh
sahabat.
Tuhan, bagiMu segala puji kesyukuran, bagiMu keutamaan
dan milikMu jasa karunia. Engkau Tuhan yang sebenarnya, dan kami adalah hambaMu, budakMu. Dan Engkau tak
pernah lenyap dari keberadaan.
Wahai Tuhan yang mampu memudahkan yang sukar, ... memperbaiki yang rusak, ... sebagai teman
dalam kesendirian ...
Oo ... Tuhan ... Engkau bisa membuat kaya orang-orang yang miskin ... Wahai Tuhan yang menjadikan kekuatan bagi
si hamba yang lemah ... Pemberi rasa
aman dari segala ketakutan ... Mudahkan
bagi kami segala yang sukar ... ,
karena memudahkan yang sukar bagimu adalah mudah ...
Wahai Tuhan yang tidak membutuhkan penjelasan dan
penafsiran ... Hajat kami kepadaMu
sungguh banyak ... Dan tentang
problematika kami adalah Engkau yang maha mengetahui lagi maha melihat.
Allahumma ... aku
merasakan takut kepadaMu ..., dan aku merasakan takut kepada orang-orang
yang takut kepadaMu ..., dan aku
merasakan takut kepada orang-orang yang tidak takut kepadaMu. Allahumma ... Dengan kebenaran (bihaqqi) orang-orang
yang takut kepadaMu, selamatkan kami dari orang-orang yang tidak takut
kepadaMu.
Allahumma ...
Wahai Allah, dengan kebenaran Nabi Muhammad SAW (bihaqqi Muhammadin SAW),
jagalah kami ya Allah dengan mataMu, mataMu yang tidak pernah terpejam.
Lindungi kami dengan bentengMu yang tidak pernah runtuh. Kasihanilah kami
dengan qudratMu atas kami, sehingga kami tidak binasa karena Engkau andalan dan
harapan kami.
Mudahan Allah mengguyur shalawat dan salam atas tuan
baginda kami, pemimpin kami, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat
baginda.
Puji segalanya untuk Allah-Tuhan alam semesta, pujian
sejumlah makhlukNya, pujian setulus ridhaNya, pujian seluas arasy-Nya, dan
pujian sebanyak hamparan tulisan dawat kalimat-kalimatNya.
Demikian pula ungkapan ma'rifah dan mahabbah dari para
pengenal dan pencinta Tuhan. Al-Imam Al-Husein bin Syekh Abi Bakar bin Salim
dalam akumulasi dan esensi do'a (du'a jami'):
"Allahumma inni as-aluka ziyadatan fid-din,
wabarakatan fil 'umri, washihhatan fil jasadi, wa sa'atan fir-rizqi, wataubatan
qablal maut, wasyahadatan 'indal maut, wamaghfiratan ba'dal maut, wa 'afwan
'indal hisab, wa amanan minal 'adzab, wa nashiban minal jannah.
Allahummarzuqnan-nadzara ila wajhikal karim. Washallallahu 'ala nabiyyi
Muhammad SAW wa 'ala alihi washahbibi wa barik wa sallam. Walhamdulillahi
rabbil 'alamin."
Wahai Allah, aku bermohon kepadaMu, tambahan dalam agama,
berkah dalam umur, kesehatan dalam tubuh, kelapangan dalam rezeki, taubat
sebelum kematian, syahadat saat detik
menjelang kematian.
Berilah kami keampunan dariMu setelah kematian kami,
kemaafan saat perhitungan amal, keamanan dari adzab dan jatah pembagian untuk
surga.
Allahumma .... ya
Tuhan kami ... Berilah kami rezeki
agung untuk dapat memandang wajahmu yang
maha mulia. Mudahan shalawat dan salam sejahtera senantiasa tercurah kepada
baginda penghulu nabi, nabi Muhammad SAW dan tercurah pula kepada keluarganya,
sahabatnya, keberkahan, dan keselamatan tetap untuk baginda SAW. Dan segala
puji-puja bagi Tuhan semesta alam. Wallahu a'lam wa arham.
Nama: sawitri
BalasHapusNim: 12201202
Kelas: 1f pai
Nama : Diky Amanda
BalasHapusNim : 12201214
Kelas : 1F
Nama :Siti mashita
BalasHapusKelas:1f
Nim:12201189
Nama : qonitha Amanda Fitriyani
BalasHapusNIM : 12201186
Kelas : 1F PAI
Semester : 1
Nama:Tahmid
BalasHapusKelas1:F
Nim:12201208
Semester:1
Nama: Zainal
BalasHapusNim: 12201138
Kelas: 1D
Semester:1
Nama:sutia suri
BalasHapusNim:12201134
Kelas:1 D
Semester 1
Nama: Nela Nardianti
BalasHapusNim:12201130
Kelas:1d
Semester:1
Nama : Hardianti
BalasHapusNim : 12201119
Kelas : 1D PAI
Semester 1
Nama:Anggi Rahmi putri
BalasHapusNim:12201148
Kelas:1E PAI
Nama: Wulan tari syahwana
BalasHapusKelas; 1d
Nim: 12201132
Nama : Salwa salsabila
BalasHapusNim : 12201124
Semester/kelas : 1/1D
Prodi : Pendidikan Agama Islam
NAMA:IPAFAT IRMAWATI
BalasHapusNIM:12201212
Kelas:1 F PAI
Nama : ALFIRMANSAH
BalasHapusKLS : 1D Pai
Nim : 12201112
Smester: 1
Nama: Jumilah
BalasHapusNim :12201204
Kelas:1F PAI
semester:1
Nama:Devi Rochmah Anggraini
BalasHapusNim:12201207
Kelas:1F/PAI
Nama : Septiyah Wahyuni
BalasHapusNIM : 12201213
Kelas : 1F
Nama : Riandika
BalasHapusNim : 12201113
Kelas: 1 D
Nama : Hatami
BalasHapusNim : 12201216
Kelas : 1F
Semester : 1
Nama : ire Annisa
BalasHapusNim : 12201156
Kls :1E
Nama: Sucy Ramadani
BalasHapusNim: 12201161
Kelas: 1E/PAI
Nama: Voggy al-ahkam
HapusNIM:12201163
Kelas:1 E/PAI
Nama : Gusti Rendra Agung Kusuma
BalasHapusNIM : 12201188
Kelas : 1F(PAI)
Semester : 1
Nama: Asissa Islamidina
BalasHapusNim: 12201183
Kelas: 1F
Semester:1
Nama : Rizal wahyudi
BalasHapusKelas : 1e
Nim : 12201146
Semester : 1
NAMA : Muhammad Wildan
BalasHapusNIM : 12201158
KELAS : 1 E (PAI)
Nama : Rizka Amanda
BalasHapusNim : 12201157
Kelas : 1e
Nama : Feby Lany Yuniar
BalasHapusNIM : 12201194
Kelas : 1 f ( semester 1 )
PAI
Nama: Muhammad Nabil
BalasHapusKelas: 1F
Nim: 12201182
Prodi: PAI
Semester 1
Nama : Yudi Maulana
BalasHapusKelas : 1E
Nim : 12201159
Nama : KURNIATI
BalasHapusNim : 12201128
Kelas : 1D PAI
SEMESTER : 1
Nama: Nawalia Jasmine Putri Bandhyta
BalasHapusKelas:PAI 1E
Nim:12201151
Semester 1
Nama: wagini
BalasHapusKelas:1E
Nim: 12201167
Semester 1
nama: rifa fadila salsabila
BalasHapusnim: 12201185
kelas: 1F
semester: 1
nama: Dewi Safitri
BalasHapusKelas:1f/Pai
Nim:12201190
Semester:1
Nama : nur sinta
BalasHapusNim: 12201111
Kelas : 1d
Nama: M.abdullah
BalasHapusKelas: 1F
Nim: 12201199
Semester: 1
Nama : LELY HERLINA
BalasHapusNim :12201120
Kelas : 1D ( PAI )
Nama: Anisa Fitriani
BalasHapusNim: 12201140
Kelas: 1D PAI
Nama: Ikhsan Kadri
BalasHapusNim:12201115
Kelas:1d Pai
Nama: Siti Aminah
BalasHapusNIM: 12201125
Kelas: 1D PAI
Nama:Cut Aisyah Indra
BalasHapusKelas:1D Pai
Nim:12201122
Nama: Elva Nadila
BalasHapusNim:12201121
Kelas:1D Pai
Nama Desi Ratna Sari
BalasHapusNim12201198
Kelas 1 f
Nama: utiya mutiah
BalasHapusNim:12201195
Kelas: 1f
Nama:sohid maualana
BalasHapusNim:12201136
Kelas:1D
Nama : Anisatul Hasanah
BalasHapusNim : 12201211
Kelas : 1F
Nama:iqsan fiqih
BalasHapusKelas:1d Pai
Nim:12201109
Semester:1
Nama: Nafsiah
BalasHapusNIM: 12201123
Kelas: 1D PAI
Nama: Abdul Hadi
BalasHapusNim:12201135
Kelas:1D
Nama : Kholisin
BalasHapusNim : 12201129
Kelas : 1D
Semester : 1
NAMA : KHAIRUNNISA
BalasHapusNIM : 12201110
KELAS : 1D PAI
Nama : pebi herliana
BalasHapusNim : 12201206
Kelas : 1 f
Nama : Aditiya prayoga
BalasHapusKelas : 1e
Nim : 1201145
Semester : 1
Nama: M.Ridho Nasyirudin
BalasHapusNIM: 12201177
Kelas: 1E PAI
Nama:sendi
BalasHapusKelas:1E PAI
Nim:12201180
Nama : Syarifah Alya Nurlail
BalasHapusNIM : 12201143
Kelas : 1D PAI
Nama : Murni Hasti Ningrum
BalasHapusKelas. :1E
Prodi :PAI
nama:zaim rifqi abrar
BalasHapusnim:12201142
kelas:1D
Nama : Gin Gin Hardiman
BalasHapusNim: 12201127
Kelas: 1D pai
Nama : Muhammad Taufik Al-Farizi
BalasHapusNim : 12201174
Kelas : 1E (PAI)
Semester : 1
Nama: Febryan Raditya
BalasHapusNim: 12201179
Kelas: 1E
Nama : Dinda Wulandari
BalasHapusNim : 12201184
Kelas : 1F PAI
Nama: Aulia Safitri
BalasHapusKelas: 1F
NIM: 12201191
Nama: Wulan Meilani Putri
BalasHapusKelas:1E
Nim:12201147
Nama :M.Handyka Permana
BalasHapusNim:12201192
kelas :1F PAI
Nama : arumi samsudin
BalasHapusNim : 12201196
Kelas : 1 f
Nama : Amalia Alza Sholeha
BalasHapusNIM : 12201160
Kelas : PAI 1E
Nama : POMITA
BalasHapuskelas : 1E PAI
Nim : 12201178
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama:sendi
BalasHapusNim:12201180
Kelas:1E
Nama : Rasti
BalasHapusNim : 12201162
Kelas : 1 E
Nama :Vivi Widyastuti
BalasHapusNIM: 12201200
Kelas : 1F PAI
Nama : Normadan
BalasHapusNim : 12201210
Kelas : 1f
Nama : Syahdi
BalasHapusNim : 12201181
Kelas : 1F PAI
Semester 1
Nama: maghfirah
BalasHapusNim:12201215
Kelas: 1 F
Semester: 1
Nama: Husna yayni
BalasHapusNIM : 12201150
Klas 1E
Prodi PAI
Nama : Wahyu Kurniawan
BalasHapusKelas : 1E
NIM : 12201152
Nama : Reza Kurniawan
BalasHapusNim :12201137
Kelas: 1D
DHEA GITA ANANDA
BalasHapus1F PAI
12201193
Nama : Laili
BalasHapusNIM: 12201153
Kelas :1E PAI
Nama : Alya maisyarah
BalasHapusKelas : 1E
Nim : 12201170
Nama : Zaki Ferdiansyah
BalasHapusKelas : 1 E
Nim : 12201164
Nama: Muhammad Luthfi Hairussani
BalasHapusNim: 12201197
Kelas: 1F
Nama: Hairol pahmi
BalasHapusKelas: 1E PAI
Nim: 12201172
Nama : Depi Sapitri
BalasHapusNim : 12201149
Kelas : 1E
Semester : 1