MA'RIFAT (Tasawuf 5)

MA'RIFAT

Oleh 
Ma'ruf Zahran

Berkata guru besar imam mursyid Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari Rahimahullah Ta'ala anhu : Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma'rifat, maka jangan menghiraukan soal amalmu yang masih sedikit. Sebab, Tuhan tidak akan membukakan pintu bagimu, melainkan Dia memperkenalkan Diri kepadamu. Tidakkah engkau ketahui bahwa ma'rifat semata-mata karunia Allah kepadamu. Sedang amalmu merupakan hadiahmu kepada Allah. Lalu, dimanakah letak perbandingannya antara hadiahmu dengan karunia Allah kepadamu ?

Betapa tingginya nilai pemberian Allah swt kepadamu berupa ma'rifat (mengenal Allah) jika dibandingkan dengan amalmu kepada Allah, amalmu kepadaNya dianggap hadiah. Bedanya hadiah tidaklah sebesar dan tidaklah setinggi karunia. Hadiahmu kepada Allah adalah sedikit dari waktumu,  sedikit dari hartamu, sedikit dari ragamu dan sedikit dari jiwamu. Sementara Allah swt sepenuh ilmu dan kasih sayangNya kepadamu, dari engkau masih di alam ruh hingga karunia yang agung untuk bisa mengenal Allah dengan ilmu Allah (ma'rifatullah billah). Dia nyatakan : Wamayyu'tal hikmah, faqad utiya khairan katsira (Barangsiapa yang diberi Allah berupa hikmah, maka sungguh dia mendapatkan kebaikan yang banyak).

Kebaikan yang banyak itulah ma'rifat sebagai hikmah pengenalan, cahaya petunjuk (nurul hidayah) dan cahaya pengenalan (nurul ma'rifah) sebagai hak veto dari Allah swt untuk memutuskan palu kelulusan atau palu kegagalan. Sejatinya betapa beruntungnya (fauzan adzima) bagi seseorang yang diberi hikmah untuk mengenalNya (ma'rifat). Ma'rifat adalah puncak kebahagiaan (aflah) hamba, dengan ma'rifat hamba tidak akan gelisah dan tidak akan keluh kesah selamanya di dunia dan di akhirat, karena apa yang datang dan apa yang pulang merupakan pengkabaran kabar gembira dari Allah swt (lahumul busyra fil hayatiddun-ya wafil-akhirah). Haqqul yaqin dan tawakkalnya yang sudah bulat kepada Allah swt, dimana hamba hanya diperintah :

1. Syukur

Apapun yang datang berupa aneka ragam nikmat yang mengunjungi kita, tidak membuat hati kita terhalang mendung untuk memandang Allah swt yang memberi nikmat. Jika nikmat menjadi hijab tidaklah mampu manusia bersyukur kepada Allah terhalang oleh kebaikan orang lain padanya. Padahal Allah swt yang memberikan nikmat dzahir dan batin serta menyuruh para pengantar nikmat Allah dan mengatur para pengunjung-pengunjung nikmat Allah baik di kala malam maupun siang. Hal ini telah diproklamirkan oleh Allah swt dalam surah Lukman ayat 20 : Apakah engkau tidak memperhatikan sesungguhnya Allah menundukkan kepadamu apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi dan memberimu nikmat dzahir dan batin, dan diantara manusia ada yang mendebat Allah tanpa ilmu, tanpa petunjuk dan tanpa kitab yang menerangkan.

2. Sabar

Kesabaran dalam menunaikan perintah, kesabaran dalam meninggalkan larangan serta kesabaran dalam menjalani musibah merupakan puncak tertinggi taat, sebab sabar merupakan nama Allah yang ke 99, yaitu Ash Shabur yang artinya maha penyabar. Maksudnya, Allah menjalankan seluruh perbuatanNya, namaNya dan sifatNya berlandaskan pada kemahasabaranNya (Ash Shabur). Orang yang berupaya meneladani nama Allah ini adalah sedekat-dekat hamba dengan Rasulullah saw di surga. Bagi orang yang telah mengenal dengan nama Ash Shabur, Allah swt tempatkan dalam kamar khusus yang Allah swt mendatangi hamba yang mulia karena kesabarannya dan Allah swt sendiri yang memberikan kepada hamba yang sabar puncak anugerah kehormatan dan salam keselamatan (ghurfata bima shabaru wayulaqqauna fiha tahiyyatan wasalama).

3. Ridha

Maqam ridha merupakan maqam tertinggi yang memunculkan mahabbah billah (cinta dengan Allah). Ridha kepada Allah terhadap apa saja yang didatangkan Allah swt tanpa pernah protes. Dan, segala apapun yang didatangkan Allah swt berupa kabadh (kesusahan) atau berupa basath (kesenangan) adalah baik dan si hamba ridha. Hamba yang ridha selalu ingin mencari dan selalu mengerjakan apa yang Allah swt ridha (li-ibtigha-i- mardhatillah).

Pencapaian maqam ridha akan dapat diraih dengan ijin dari Allah swt berupa kemampuan memandang keesaan Allah dalam perbuatanNya. Maksudnya, tujuh milyar penduduk bumi berada dalam satu satu (esa) kendali dan satu (esa) kehendak perbuatan Allah (esa dalam perbuatan). Arif billah hanya mengenal satu perbuatan Allah (wahdah Allah fil-af'al). Tujuh milyar nama atau lebih yang ada di langit dan di bumi, hanya dikendalikan oleh satu nama, arif billah hanya mengenal satu (esa) nama (wahdah Allah fil-asma'). Nama yang dikenal di langit dan di bumi, di dunia dan di akhirat adalah isim ma'rifah. Sedangkan milyaran nama-nama selain Allah adalah asing kedengarannya, majemuknya nama-nama yang ada di bumi dan di langit (hakikatnya) nama yang tidak dikenal biasa disebut isim nakirah, asing karena nama yang selain Allah dan nama Muhammad Rasulullah adalah gharib (asing). Asing dalam perbuatan dan asing dalam nama. Oleh karena itu, isi mulia Al Quran hanyalah kalam mulia Allah yang menyanjung kisah kasih cintaNya dan untuk dikisahkan kepada kekasihNya, Nabi mulia nan agung budi pekertinya (Al Qalam ayat 4). Sewaktu murid dan salik sudah sampai pada latihan rohani (riyadhah ruhiyah) untuk bisa memandang Allah dalam tujuh milyar ragam perbuatan dan memandang Allah dalam tujuh milyar ragam nama atau lebih di langit dan di bumi hanya Allah berdasarkan surah Al Baqarah ayat 115 : Dan kepunyaan Allah bagian timur dan bagian barat (tempat tebit dan tenggelam matahari), maka, kemanapun kamu menghadap pasti ada dihadapanmu wajah Allah. Apabila sampai pada tingkat (maqam) ini, sang salik - insya Allah - telah dianugerahi pemberian dari Allah (minnah minallah) dalam hakikat dan adab keesaan perbuatan dan keesaan nama serta anugerah agung berupa pengenalan kepada Allah swt dalam perbuatan dan nama Allah (ma'rifatullah fil - af'al, ma'rifatullah fil - asma').

Hakikat perbuatan dan hakikat nama adalah hak Allah, bukan hak alam. Secara hakikat perbuatan Allah saat berbuat. Tapi secara adab, sandarkanlah seluruh perbuatan baik kepada Allah swt karena Allah pemilik kebaikan, lalu, sandarkanlah seluruh perbuatan buruk kepada dirimu, sebab Allah swt tidak tersentuh oleh keburukan. Apa-apa yang menimpamu berupa kebaikan (hasanah) datang dari Allah (faminallah), dan apa-apa yang menimpamu berupa keburukan (sayyiah) berasal dari dirimu yang lalai. Tetapi, Allah swt tidak sama sekali beruntung dengan amal baik si hamba, dan Allah swt tidak sama sekali merugi terhadap durhaka si hamba kepadaNya, sebab Allah swt tidak sedang berdagang yang berbicara neraca untung-rugi. Siapakah yang masih butuh kepada untung dan menghindar dari rugi ?  Allah nyatakan : Barangsiapa yang beramal shaleh, maka amal shaleh untuk dirinya (yang berlipat ganda pahalanya), dan barangsiapa yang beramal jahat ada bagiannya (yang sesuai), dan Tuhanmu tidak pernah dzalim kepada hamba-hambaNya ( Fushshilat ayat 46).

Begitu pula halnya dengan keesaan nama Allah swt yang maha esa. Secara hakikat, tidak ada nama yang dikenal atau semua nama yang ada di alam ini sepenuh langit dan sepenuh bumi kecuali nama Allah swt yang segala puji untukNya, pujian itu gegap gempita memenuhi langit dan memenuhi bumi dan memenuhi pujian namaMu sekehendak yang Engkau kehendaki. Secara adab, sandarkanlah seluruh kebaikan dengan nama kebaikan Allah, atas nama rahmatNya yang maha pengasih lagi maha penyayanglah alam semesta ini bisa berputar, karena nama rahman dan rahimnyalah Dia menundukkan malam dan siang, Dia menundukkan matahari dan bulan untuk manusia. Atas namaNya yang baik dan mulia tercurah seluruh kebaikan dan kemuliaan pada alam dan seluruh isinya. Allah swt pemilik hak nama yang indah telah diketahui, diyakini, dihayati, dikenal hingga alam semesta tidak mengenal nama kecuali nama Allah swt, dengan nama Allah yang maha pengasih maha penyayang (bismillahirrahmanirrahim) segera alam semesta ini berawal tercipta dengan bismillahirrahmanirrahim lalu alam semesta ini berakhir hancur. Dengan basmalah pekerjaan menjadi berkat, sebaliknya, tanpa basmalah pekerjaan menjadi laknat.

Dan, sandarkanlah seluruh keburukan nama yang engkau lakukan, nama buruk yang engkau alami dan yang dialami orang lain, sandarkanlah kepada dirimu. Bahkan, kedurhakaan, kedzaliman, kekafiran, kefasikan dan kejahilan hingga berdampak musibah internasional, nasional dan lokal, maka salahkanlah dirimu sendiri yang tidak cukup dalam upaya dakwah, yang belum cukup dalam upaya doa, yang tidak cukup dalam tawasaw bil haqqi dan tawasaw bis shabri karena segala macam keterbatasan. Hanya selalulah dirimu harus memuji Allah saat sebelum matahari terbit dan saat sebelum matahari tenggelam serta jadikanlah malam-malammu dengan memperpanjang dan memperlama sujud, karena engkau memuji Allah dalam sujud dan bukan memuji diri, sebab dirimu dan diri orang lain belum pantas untuk dipuji sebelum engkau memuji Allah di permulaan, di tengah dan di penghabisan.

Allah swt tidak tersentuh oleh keburukan nama, sebab Dia pemilik Asmaul Husna. Sebagaimana kalamNya : Dan, hanya milik Allah nama-nama yang baik, maka memintalah kepada Allah dengan menggunakan seluruh namaNya, dan berpalinglah dari orang-orang yang mengolok-ngolok nama Allah, nanti mereka akan mengetahui akibat dari perbuatan mereka (Al A'raf ayat 180).

Hari ini banyak manusia yang menamai perbuatannya dan perbuatannya sendiri dia namai sendiri. Kerja ilmu manusia adalah memberi nama, memberi tingkat, memberi gelar dari perbuatan sesamanya dengan gelar dan sebutan dalam cakupan baik, sedang, buruk, atau dalam kategori sangat memuaskan, memuaskan dan tidak memuaskan. Ukuran-ukuran di atas selama masih bersandar pada ilmu tetaplah ilmu itu menjadi hijab dari Allah swt. Atau dengan kata lain, ilmu yang terhenti pada ilmu, terputus dan tidak terhubung kepada sumber ilmu (Allah swt). Dampak buruknya, berbanggalah manusia dengan hasil temuan penelitian, penjelajahan dan rekayasa pengetahuan, sejatinya manusia seperti ini telah dibodohi oleh ilmunya sendiri, atau ilmunya telah menjadi berhala.

Tugas utama ilmu harus menyambung kepada pengenalan, kemantapan dalam ketundukan dan persembahan kebaktian total untuk Allah swt. Sebagaimana kalamNya : Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang benar-benar sebagai tanda-tanda (ayat Allah) bagi kaum yang berpikir (Ali Imran ayat 190). Jika Allah swt telah membukakan pintu pengenalan kepadaNya, maka ibadahmu sudah bernilai di sisiNya. Wallahu a'lam.

Kajian esa dan keesaan boleh disebut kajian tauhidiyah ahadiyah adalah istilah untuk meniadakan kejamakan dan meniadakan kesyirikan dalam cara pandang. Cara pandang yang dimaksud di sini adalah cara memandang dan cara dipandang. Dengan kata lain, eksistensi yang memandang dan eksistensi yang dipandang adalah esa, lalu esa yang memandang dan esa yang dipandang. Artinya, pandangan tidak tercampur kecuali esa subjek dan esa objek-objek yang dipandang. Pengaruh berikutnya tiada kata memandang (me, kata aktif) dan tiada kata dipandang (di, kata pasif). Sebab untaian mengutarakan kalimat aktif dan kalimat pasif masih bermakna banyak, kalimat musytarak, kata ini pula muncul istilah masyarakat.

Tauhid dalam makna keesaan adalah mustahil mendua, meniga, meempat, melima, meenam. Sebab jika ada dua tuhan (alihataini) pasti hancur alam semesta (lafasadata). Oleh sifat nafsiyah (keakuan) Allah SWT terdapat pada satu sifat ahadiyah Nya, wujud. Wujud  adalah puncak keesaan yang tidak ada Dia kecuali Dia (la huw illa huw), tidak ada Aku kecuali Aku (la ana illa ana), tidak ada Engkau kecuali Engkau (la anta illa anta), tidak ada Kami kecuali Kami (la nahnu illa nahnu), tidak ada Kamu kecuali Kamu (la antum illa antum), tidak ada Mereka kecuali Mereka (la hum illa hum). Ringkasnya, seluruh kata ganti (dhamir) adalah kepunyaan Nya. Dengan itulah Dia Al-Malik menguasai kerajaan langit dan bumi, untuk Mu pujian segala puji dan kepunyaan untuk Mu segala apa yang ada di langit dan di bumi (lahul mulku walahul hamdu).

Sifat wujud Allah SWT mustahil Dia tiada, ketiadaan adalah sifat wajib makhluk. Al-Khaliq Allah SWT tidak pernah pergi, tidak pernah hilang, tidak pernah habis, tidak pernah mati. Sifat datang dan sifat  pergi,  sifat terbit dan sifat terbenam adalah sifat alam semesta yang manusia ada di dalam Nya, Tuhan yang maha meliputi, Al-Muhidh, Tuhan yang maha menyaksikan, Asy-Syahid, Tuhan yang maha adil (Al-Adlu), Tuhan yang maha membimbing (Ar-Rasyid), Tuhan yang setia menjaga (Al-Hafidz), Tuhan yang setia membuka pintu-pintu rahmatNya dan pintu-pintu fadilatNya (Al-Fattah) selalu hadir, tidak pernah istirahat. Mustahil bagiNya dilahirkan-melahirkan, karena Dia esa. Mustahil bagiNya didahului-mendahului, karena Dia esa. Mustahil bagiNya diasuh-mengasuh, karena Dia esa. Mustahil bagiNya diajar-mengajar, karena Dia esa. Mustahil bagiNya diajak-mengajak, karena Dia esa. Mustahil bagiNya dididik-mendidik, karena Dia esa. Esa, esa, esa yang tidak semua orang sampai kepada pemahaman sejatiNya, esa murni tanpa yang ada selain Dia. Esa dalam perbuatan Nya adalah esa keesaan, satu kesatuan perbuatan alam merupakan wujud dari wujud perbuatan Nya. Sungguh yang tampak di alam semesta adalah bekas atau dampak dari dampak-dampak perbuatan Nya (atsru min atsaril af'al Allah SWT). Ibarat kelayang membuana di langit biru, sungguh kendali kekangnya ada di tangan pelayang. Kapal yang melayari samudera luas, berada pada kemudi nakhoda. Pesawat tempur yang menderu di angkasa pura langit biru, seperti ikan di langit, sungguh sedang dikendalikan oleh seorang pilot.

Sifat alam pun adalah esa, esa Ketuhanan, Ketuhanan yang maha esa. Dia adalah satu-kesatuan, esa-keesaan dalam tajalli (pernyataan) namaNya, tajalli Ar-Rahman adalah Dia pemilik kasih sayang (dzu rahmah) yang Dia berikan kepada ciptaan Nya, dimana di dalam ruh ciptaan Nya adalah wujud diriNya, rangkaian sanad sebagai fakta penciptaan berdasarkan surah Ash-Shad ayat 72, Al-'Alaq ayat 1-5, Ar-Rahman ayat 1-4.

"Setelah Aku sempurnakan fakta penciptaan (fisik), dan Aku  tiupkan ruh dari sisi Ku," (Ash-Shad:72). Demikian juga tentang perintah membaca. Kami yang membacakan, dan ikutilah bacaan-bacaan. Antara pencipta dengan yang dicipta, antara pembaca dengan yang dibaca, antara pena dengan tintanya, antara suami dengan istri bisakah terpisah, tercerai, terberai. Atau dalam kalimat, Kamilah yang membacakan, lalu kamu bisa membacanya, karena unsur bacaan Kami masuk menyatu ke dalam dirimu yang sebenarnya buta, tuli dan bisu. Dalam surah Al-Qiyamah ayat 16-19, telah Rabb sampaikan: "Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Quran), karena ingin segera menguasainya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya. Kemudian, sesungguhnya menjadi kewajiban Kami menjelaskannya."

Sungguh orang-orang yang sangat merugi pada hari kiamat nanti, saat di dunia ini telah meyakini dan meyakinkan bahwa dirinya yang lemah telah kuat memandang dan telah kuat dipandang. Hakikat diri sendiri yang tiada ('adam). Adam ketiadaan wujud (an-eksistensial), tetapi tetap merasa ada bahkan menetapkan diri yang benar, diri yang baik, diri yang pintar, diri yang rapi, diri yang bersih, diri yang peduli.  Bisakah 'adam (tiada) membuat perbuatan, nama, sifat dan kedirian, mustahil!  Hakikat diri sendiri yang bisu (bukmun), artinya mulut yang telah dikunci mati Tuhan, tetapi masih bisa merasa mampu bicara dan membicarakan. Hakikat diri sendiri yang tuli (summun), tetapi telah merasa mampu mendengar dan didengar, inilah tipe manusia jahil, jahil murakkab (berganda).

Pemisalan sebagai pengantar kajian keesaan sangat penting diketengahkan guna memberi makna terhadap teks yang dibaca. Pemisalan Tuhan dan insan adalah Tuhan wujud (ada), insan menyandang sifat 'adam (tiada) dalam contoh pemain film yang dikuasai oleh sutradara melalui naskah skenario. Bila telah berhaluan seperti demikian, demikianlah kehidupan di dunia, bak sandiwara-intertaint. Kehidupan di dunia ini laksana pentas-panggung sandiwara yang sedang bermain peran, mengikuti arahan sutradara dalam naskah rancangan, sehingga dapat disaksikan produksi film dalam sinetron atau sinema sesuai selera produsen. Kalau hari ini yang diputar filmnya "Kancil dan Buaya" sungguh pemirsa sedang menonton perbuatan kancil dan buaya, karena tema itu yang sedang diputar, tidak mungkin hari ini menonton film kucing dan tikus. Pemirsa akan bisa menonton film kucing dan tikus ketika produsen rela memutarnya.

Berikut contoh lain adalah pertunjukan wayang. Dunia wayang bertumpu pada bayang, tetapi wayang tidak dapat berbuat apa-apa, wayang tidak bisa bergerak, wayang tidak bisa bercakap, apalagi berkomunikasi. Wayang beragam perbuatan, nama, sifat, diri, sedangkan dalang hanya satu. Dalang yang memainkan peran Bagong, dalang yang memainkan peran Semar, dalang yang memainkan peran Petruk, dalang yang memainkan peran Gatot Koco.

Kesadaran manusia untuk menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya Esa, dan melenyapkan, menihilkan eksistensi dan verifikasi diri yang 'adam adalah hamba yang muwahhid. Muwahhid artinya hamba yang diajarkan Allah SWT untuk menihilkan peran diri, lalu mengesakan Allah SWT sebenar-benarNya dan sejati-jatiNya. Sebenarnya berarti bahwa Allah SWT sang Esa yang maha benar, selain Allah SWT hakikatnya   tidak benar. SejatiNya bermaksud hanya Allah SWT sang Esa dalam memutuskan putusan yang benar. Jati janji Allah SWT adalah pasti berupa surga, dan jati ancaman juga pasti berupa neraka. Jangan pernah ada sedikit ruang keraguan di hati untuk meragukan Allah SWT dalam  perbuatanNya, asmaNya, sifatNya. Tetapi haqqul yaqin bahwa hanya Allah SWT yang maha benar dan maha sejati.

Para pelajar dan pengamal Tasawuf harus melewati tiga tangga hati mengisi qalbu dengan tiga capaian berikut guna mencapai kebahagiaan (hasanah dunia dan hasanah akhirat) melalui hikmah syariat, hakikat, ma'rifat yaitu jalan:

1.    Jalan akhlak takhalli.

2.    Jalan akhlak tahalli.

3.    Jalan akhlak tajalli.

Ketiga jalan akhlak ini wajib dilewati hingga akhir batasnya. Khalli yang artinya kosong adalah meniadakan sifat-sifat buruk bagi Allah SWT dan dilarang berburuk sangka kepadaNya walau dalam lintasan hati atau batin perasaan. Jangan hawa napsu menunggangi diri sendiri, dan jangan hawa napsu menjadi amir dalam kerajaan hati. Hancurkan kesombongan sebagai proses pengosongan sifat-sifat buruk atau proses takhalli. Setelah jiwa kosong dari kekotorannya dan kemudian hati menjadi nihil tiada isi, segerakan isi hati dengan asma Allah SWT. Sebab, istana hati telah bermahram kepada Allah SWT, tuhan hati (Rabbul-qulub). Asma Allah SWT dengan hati adalah sejiwa, senapas, senada, seiring, sejalan, serasa, serasi seisi, semateri. Selain asma Allah SWT telah menjadi musuh bagi qalbun salim. Maksudnya, setelah hati mengusir sombong (takabbur) masukkan hati rendah dan mudah menerima kebaikan (tawadhu'). Setelah hati kosong dan nihil dari angka kufur nikmat, secepatnya isi nutrisi hati dengan syukur nikmat, sebab asma Allah SWT, Asy-Syakur.  Usir penyakit hati marah, isi dengan hati orang-orang yang sabar, sebab asma Allah SWT, Ash-Shabur. Musnahkan dendam datang lah sifat dan nama pemaaf, Allah SWT pemilik nama maha pemaaf, Al-'Afuwwu. Muslim-muwahhid wajib mencontoh sifat dari nama tawadhu, sabar, syukur, pemaaf.

Sifat-sifat mulia yang telah terisi tersebut ibarat mutiara di antara cahaya-cahaya, misykat cahaya-cahaya, nurun 'ala nurin, cahaya yang cahaya Nya sampai menembus tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Bahkan dari dunia sampai akhirat, kemudian sampai kepada Allah SWT Al-Ahad (wushul ilallah) dalam tempat yang tiada bernama tempat, dalam waktu yang tiada berhitung waktu, dalam zaman yang tiada terhalang dan tersekat zaman, dalam nama yang tiada nama, dalam sifat yang tiada sifat, dalam dzat yang tak terjangkau, Al-Ahad. Dalam format yang sedapatnya dituliskan:

1. Ma'rifat af'al Allah SWT.

Pengenalan (ma'rifat) perbuatan Allah SWT ini ada dua dalam proses capaian salik yang menjadi 'arif, yaitu:

1.1. Tahalli sifat qudrat menjadi tajalli sifat qudrat, menjadi ahadiyah sifat qudrat Allah SWT dalam perbuatan alam.

1.2. Tahalli sifat iradat menjadi tajalli sifat iradat, menjadi ahadiyah sifat iradat Allah SWT dalam perbuatan alam.

2. Ma'rifat asma Allah SWT.

Pengenalan (ma'rifat) nama-nama Allah SWT terdapat 99 asmaullah SWT Al-Husna yang berproses menuju capaian salik menjadi 'arif. Sebagai misal, tahalli nama Ar-Rahman menjadi tajalli nama Ar-Rahman, kemudian menjadi ahadiyah nama Ar-Rahman, seterusnya kepada alam semesta. Alam semesta sebagai penerima pancaran dari nama Ar-Rahman atau dalam istilah; Al-atsru min atsaril sifatir Rahman, begitu seterusnya kerja pancaran bin-Nuri Muhammad SAW dari Nurullah SWT sampai ke 99 asmaullah Al-Husna.

3. Ma'rifat sifat Allah SWT.

Ma'rifat (pengenalan sejati) esa dan keesaan sifat Allah SWT (ma'rifat tauhid sifat) bagian proses memasukkan kebesaran Allah SWT ke dalam ruh. Ruh (batin-rohani) yang berma'rifat adalah dzikir sirri (rahasia) dalam nyawa, nyawa dalam rahasia berupa keluar-masuknya napas yang didzikirkan, masuk dengan benar dalam tarikan napas, huw. Dan keluar dengan benar dalam hembusan napas, Allah. Nyata, jelas, tegas bahwa dzahirat Adz-Dzahir yang menghidupkan napas. Napas yang didzikirkan akan menjadi pengantar bagi rahmat Allah SWT dalam sifatNya, Al-Hayat.

Dia yang maha hidup, menghidupkan, hanya tajalli nyata dalam kenyataan Allah maha hidup, alam semesta mati. At-Tajalliyat (kenyataan sebenarnya, the real, the facto) bahwa kuasa Allah SWT yang maha hidup dan bisa menghidupkan. Tinjauan (perspektif) Qur'aniyah adalah masuk dengan benar (mudkhala shidiq) dan keluar dengan benar (mukhraja shidiq). Dua istilah yang digunakan surah Al-Isra' ayat 80. Dalam segala hal, masuk yang benar, keluar yang benar, husnul muqaddimah, husnul khatimah. Imam Ahmad Athaillah As-Sakandari rahimahullah (wafat, Mesir, 709 H) mengatakan: "Asyraqat bidayatuhu, asyraqat nihayatuhu" Siapa yang bercahaya diawalnya, bercahaya pula diakhirnya. Prosesi (tahapan) dari tingkat ke tingkat, setapak demi setapak yang didaki merupakan perjalanan kepastian menuju Tuhan, "latarkabunna thabaqan 'an thabaq".

Pendakian yang dimaksud adalah berawal dari pengosongan diri dari diri yang fujur(dosa), mengundang adzab, lalu diisi dengan diri yang taqwa, mengundang rahmat serta menyatu dalam memandang keesaan Tuhan di seluruh lapisan alam semesta. Dalam skema kerja (amaliyah) sebagai berikut:

Proses takhalli (pengosongan diri, bahkan diri tiada) menuju tahalli (pengisian sifat-sifat baik dari Allah SWT), mensublimasi ke dalam batin tajalli Allah SWT di setiap penjuru, lalu ahadiyah denganNya, saling  memiliki. Tahapan sederhana bisa diamati berikut:

3.1. Sifat wujud, takhalli menuju tahalli, menuju tajalli, menuju ahadiyah wujud.

3.2. Sifat qidam, takhalli menuju tahalli qidam, menuju tajalli qidam, sampai kepada ahadiyah qidam.

3.3. Sifat baqa', takhalli menuju tahalli baqa', menuju tajalli baqa', kemudian sampai kepada ahadiyah baqa'.

3.4. Dan seterusnya.

4. Ma'rifat dzat Allah SWT.

Dzat (diri) Allah SWT selamanya tidak bisa diketahui, kecuali percikan dari sifat Nya yang diperlihatkan oleh Nya. Sifat Allah SWT tidak bisa terpisah dengan Dzat Nya, tetapi Dzat bisa terpisah dengan sifat Nya. Sifat Nya ternyata dan bernyata pada tajalli wujud Muhammad SAW sehingga sifat Muhammad SAW disuruh oleh Allah SWT menjadi teladan yang baik (uswah hasanah). Atau dengan kata lain, perbuatan, nama dan sifat adalah diri Nabi Muhammad Rasulullah SAW secara dzahir dan batin. Dzat keesaan dan ketunggalan adalah diriNya saja, niscaya Dia bahwa hanya ada Dia (la huw illa huw), sesungguhnya Aku bahwa hanya ada Aku (la ana illa ana), bahwa Engkau adalah Engkau dengan Engkau (anta wa anta).

Esa yang dilambangkan alifullah merupakan asal dari Kitabullah yang qadim. Keesaan tersebut tidak terbagi atas bagian-bagian. Keesaan tersebut tidak terjenjang atas keberjenjangan. Keesaan tersebut tidak terhitung dalam bilangan-bilangan. Keesaan itu bukan bacaan-bacaan. Keesaan itu bukan tulisan-tulisan. Keesaan itu bukan titik-titik. Keesaan itu bukan subjek bukan objek. Keesaan itu bukan positif bukan negatif. Keesaan itu bukan mayor bukan minor. Keesaan itu bukan atas bukan bawah. Keesaan itu adalah:

1.    Alif. Musyahadah ahadiyah

2.    Alif. Muraqabah ahadiyah.

3.    Alif. Mahabbah ahadiyah.

Dapat pengenalan dan pengertian dari alif di atas berupaya diurai dalam kata sederhana tetapi tidak dapat mewakili Wujud Agung Nya:

1.    La raqib wala marqub illallah.

2.    La syahid wala masyhud illallah.

3.    La habib wala mahbub illallah.

Pengertian ketiga item di atas adalah; tidak ada yang mengawasi dan diawasi kecuali Allah, tidak ada yang menyaksikan dan disaksikan kecuali Allah, tidak ada yang mencintai dan dicintai kecuali Allah. Ternyata tidak ada perbuatan alam, tidak ada nama alam, tidak ada sifat alam, tidak ada diri alam. Sesungguhnya yang ada adalah Allah. Allah SWT. Alam semesta hanya dalam posisi sebagai ciptaan Allah (made in Allah). Tetapi, dapat dikenalkah Dia Allah SWT yang sangat tinggi tidak terjangkau, yang sangat suci tidak terkotori, yang sangat mulia tidak terhina, yang sangat terbit tidak terbenam. Kecuali Dia sendiri yang mengenalkan DiriNya saat DiriNya telah siap mengenal DiriNya, bisa memerlukan waktu 9 tahun, 15 tahun, 20 tahun atau seumur hidup. Pengenalan kepada DiriNya sangat bergantung kepada perkenan, ijin, restu, rahmat anugerah rahasia dari DiriNya.

Sungguh berbahagia orang-orang yang diberi rahasia rahmat berupa telah mengenal Dia sejatinya Dia, anugerah tajalli dzat keesaan yang tiada tara, tiada terhingga dalam sigma ketakterhinggaan, sigma S. Opini tentangNya sekedar uraian sederhana, tulisan tentangNya malah menunjukkan ketidakmampuan manusia mengurai tentangNya. Tamsil bukan Dia, daratan bukan Dia, lautan bukan Dia.  Dia adalah apa yang Dia jelaskan sendiri. Dia adalah apa yang Dia urai sendiri. Dia adalah apa yang Dia baca sendiri sewaktu Dia menyuruh Muhammad, bacalah!

Demikian uraian kuliah Akhlak Tasawuf yang berupaya menyempurna titik yang berserakan dari hati hamba yang masih banyak menyimpan dan menyembah nama-nama Tuhan, nama ilmu, nama pangkat, nama jabatan, nama harta, dan nama-nama selain Dia, menghapus kekuatan dan kekuasaan nama-nama duniawi menjadi tugas pokok insan pembelajar Tasawuf, insan pengamal dan pencinta Tasawuf. Tasawuf yang menjelma dalam kehalusan budi pekerti, kemuliaan akhlak, serta ketinggian adab. (Wallahu a'lam).

Tingkat ma'rifat merupakan level tertinggi dalam seluruh tanga-tangga tingkatan beragama Islam. Tingkatan ma'rifat dari awal (bidayah), pertengahan (wasathiyah) dan akhir (nihayah), kesemuanya adalah mulia. Mulai dari tangga-tangga tingkat awam, syariat, thariqat, hakikat, ma'rifat dinamakan upaya riyadhah jasadiyah dan upaya mujahadah ruhiyah mendaki sebagai suluk menaik atau diistilah tarqi. Tarqiyyah dari satu tangga ke tangga berikutnya bisa memerlukan waktu puluhan tahun dan bisa juga dalam waktu lima sampai sepuluh tahun, tergantung kepada rahmat Allah SWT dan sungguh-sungguh rajin, tekun, taat kepada kajian dan khidmat (mengabdi) kepada sang guru mursyid sebagai titipan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Artinya beradab kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan merebut rasa sayang, kasih dan cinta guru kepada murid (salik). Berkhidmat kepada ilmu dan kepada guru mursyid sebagai gudang ilmu. Keduanya penting untuk dihormati, bahkan murid  (salik) yang berkorban untuk guru lebih cepat meraih ilmu dan rahasia ma'rifat.

Ada dua sumber untuk meraih ma'rifat: Allah SWT campakkan cahaya ma'rifat kepada hamba yang Dia kehendaki diantara hamba-hamba Nya yang disebut kelompok yang ditarik Nya ke dalam hadhrah kebesaran Nya. Kelompok ini disebut majzubin yang telah Dia rangkul, pungut,  angkut, jemput langsung ke hadhrah Nya atau terkenal dengan istilah ma'rifat di kalangan sufi (ma'rifah 'indash shufiyah).

Orang yang seperti ini tidak lagi belajar, tetapi langsung Allah SWT lantik menjadi waliNya. Pelantikan waliNya yang tidak diketahui oleh siapapun. Artinya, terdapat perubahan-perubahan (awareness) individu baik aspek jasadiyah, ruhiyah, rabbaniyah. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari jahil menjadi 'alim, dari durhaka menjadi bakti jiwa-raga, dari malas ibadah menjadi rajin ibadah, dari buta menjadi melihat, dari syirik kepada tauhid.

Ditarik langsung oleh Nya ke tangga ma'rifat Allah SWT, terkadang yang bersangkutan tidak lagi turun ke lantai syariat, tetapi berdiam, berbaring atau berdiri selamanya di lantai ma'rifat. Bila ini dialami oleh wali majzub diantara hamba-hamba Nya, isyarat adalah orang lain yang harus mengenali, memahami dan mengerti wali majzub, sebab wali majzub tidak berkesadaran penuh untuk memahami orang lain, karena dia hanya sibuk billah, ma'allah, fillah, dia memandang tiada diri, tiada alam. Itsbat hanya ada Allah SWT yang dia sendiri tidak bisa lagi memberi arti, definisi, cakupan, syarat dan rukun, dia tidak lagi mengenal syariat dan hakikat, sebab yang ada hanya Dia yang tidak terbaca dan tidak tertulis. Wali ini mengambil sifat bayi atau sifat orang mati.

Adapun pelantikan wali yang kedua bernama wali arif. Wali arif ini menjalani sulukiyah, thariqah,    riyadhah, mujahadah, tazkiyah, muhasabah dalam riwayat dan sanad. Berjalan waktu di dalam kajian ilmiyah dan amaliyah kaum sufi-kaum wali, dia mendapat ilmu wali, tetapi belum tentu bisa menjadi wali Allah SWT, belum tentu bisa menjadi kekasih-kekasih Allah SWT, banyak syarat lagi yang harus dipenuhi, syarat syariat dan syarat hakikat, diantaranya 'alim ilmu dzahir sebab mustahil wali Allah SWT itu bodoh (jahil), secara dzahir mengetahui ilmu bahasa Arab sebagai studi bahasa mencakup uslub, nahu, sharaf, balaghah, mantiq, bayan, irfan dalam bahasa, mengetahui ilmu fiqih, tafsir, hadits, dan sebagainya. 'Alim ilmu batin mengetahui makna yang tersembunyi (sir) pada tiap-tiap ilmu dzahir yang mencakup kajian ilmu batin dalam ayat Tuhan SWT dan sabda Nabi Muhammad SAW. Mengetahui ilmu tasawuf  pada seluruh tingkatan syariat dan hakikat. Kemudian, pada tataran amaliyah, tataran amaliyah wali yang mencakup amaliyah syariat dan amaliyah hakikat, serta tuntutan ikhlas dalam beramal dan tuntutan ridha dalam menjalani qada' dan qadarNya.

Setelah ilmu syariat dan ilmu hakikat dipelajari, 'alim seorang wali. Tetapi, belum tentu bisa menyampaikan ilmu hakikat. Kecuali mendapat ijin dari Allah SWT, Rasulullah SAW dan waliyullah al-arif billah. Jika tidak mendapat ijin cukup lah menjadi ilmu dan amal munfarid saja. Artinya tidak ada mandat atau amanat untuk mensyiarkan ilmu-ilmu kewalian. Bersyukurlah jika diberi kesempatan untuk belajar, walaupun belum bisa mengajar. Sebab untuk bisa menjadi guru mengajar masih diperlukan syarat-syarat yang banyak. Berbeda dengan murid, murid hanya dituntut mau duduk mendengarkan, menyimak, mencatat, membaca dan taat kepada guru.

Wali yang awalnya awam, masuk ke dalam alam syariat dan hakikat sebagai jalan latihan jasmani dan rohani (suluk) sampai wali salik menjadi wali arif di alam ma'rifat adalah dia yang harus turun ke tangga-tangga secara pelan menelusuri tangga-tangga (tanazzul)  sehingga sampai pada lantai dasar (syariat). Atau dalam rumus; naik (tarqi) dari - kepada, turun (tanazzul) kepada - dari. Perjalanan yang membutuhkan kesabaran, ketabahan, dan jangan banyak komentar. Wali yang banyak berkomentar akan Dia cabut pangkat kewalian menjadi lah dia orang kebanyakan atau orang umum yang diselimuti oleh kebodohan.

Di bawah ini akan diurai tingkatan ma'rifat:

1. At-Tafriqah.

Kelompok ini mereka yang sangat dekat dengan Allah, kemanapun dia berada selalu dalam status hamba dengan Tuhannya, selalu mengakui kebesaran Nya, kekasih-sayanganNya, kerinduan Nya. Hanya dengan Allah SWT sajalah (billah) dia berpegang teguh.

Tafriqah ini sudah sangat dekat dengan Allah SWT, Al-Qarib Al-Mujib. Ahlul ma'rifat ini telah duduk pada hakikat keesaan perbuatan Allah SWT (tauhidul af'al). Sebab sudah dekat dengan Allah SWT dia memandang perbuatan makhluk, sungguh mulia tingkatan ma'rifat yang pertama ini. Dzikir nya adalah la ilaha illallah (tiada tuhan kecuali Allah) mengandung makna:

1.    La fa'ila illallah (tiada perbuatan kecuali perbuatan Allah).

2.    La nafi'a wala dharra illallah (tidak ada yang memberi manfaat dan mudharat kecuali Allah).

3.    La mu'thiya wala mani'a illallah (tidak ada yang memberi anugerah dan yang menahan anugerah kecuali Allah).

4.    La mu'izzu wala mudzillu illallah (tidak ada yang memuliakan dan yang menghinakan kecuali Allah).

Kedudukan ma'rifat pada level tafriqah merupakan level pertama (bidayah ma'rifat) yang sudah bercahaya dengan cahaya Rasulullah SAW (bin-nurin nabi Muhammad SAW) dengan nurul bidayah pada sifat shiddiq, amanah, tabligh, fathanah dalam keesaan perbuatan Allah SWT sebuah capaian berkat bimbingan maha guru, maha mursyid Rasulullah SAW. Lalu, tidak lah dia melihat sebuah perbuatan, kecuali Allah SWT yang menghendaki perbuatan tersebut, kemudian si Adam (tubuh jasmani dan badan rohani) pun bergerak, berbuat melakukan satu perbuatan yang diizinkan oleh Nya, Al-Iradah.

Tidak lah dia memandang kuasa seseorang, kecuali Allah SWT sedang memberi kuasa kepadanya, Al-Qadir dengan perbuatan kuasaNya telah melimpahkan kuasa kepada ruh (nur Muhammad SAW), dari nur Muhammad SAW turun kepada badan (rohani), kemudian ke jasad (jasmani), bentuknya darah, jantung dan otot sebagai titipan kuasa, tenaga, upaya, daya. Mulia Al-Qadir yang telah memuliakan kekasihNya (Muhammad SAW insan, muslim, mukmin kamil).

Imamul mukminin Rasulullah SAW selalu memberi arahan dalam peran beliau sebagai sayyidil awwalin, sayyidil akhirin, sayyidil muslimin, sayyidil mukminin, sayyidil muttaqin, sayyidil mujahidin, sayyidil muthahhirin, sayyidil anbiya' wal auliya Allah SWT.

Arif billah dalam tingkatan ma'rifat pertama ini (tafriqah-bidayah) terpandang bahwa manusia hidup adalah dihidupkan Allah SWT dalam perbuatan Nya, Al-Hayat, melihat orang-orang yang berilmu menunjukkan qarinah bahwa Allah SWT sedang memberinya ilmu dari pancaran Nur Muhammad SAW Alim dari sumber segala sumber ilmu pengetahuan Al-'Alim, sumber dari segala sumber kebijaksanaan dan kesantunan, esa dalam ilmuNya.

Dalam surah Ash-Shaffat ayat 96 disebut: "Wallahu khalaqakum wama ta'malun." Artinya: Dan Allah yang menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu kerjakan. Kemudian di dalam surah Al-Anfal ayat 17 disebutkan: "Bukan engkau yang melempar (Muhammad) ketika engkau (Muhammad) melempar, melainkan Allah yang melempar." Lalu dalam surah Az-Zumar ayat 42 disebutkan: "Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur, maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (mukjizat) Allah bagi kaum yang berpikir."

Demikian cahaya (nur) yang diberikan Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dalam kelapangan shudur orang-orang dengan berislam secara syarah (luas dan toleran) sebagaimana firman Tuhan yang suci dalam Kitabullah surah Az-Zumar ayat 22: "Siapakah orang-orang yang telah Allah bukakan keluasan dadanya menerima Islam, maka dia telah mendapat cahaya Tuhannya. Celakalah orang yang hatinya keras membantu dari dzikrullah, mereka itu telah berada di dalam kesesatan yang nyata."

Pada tingkat awal ma'rifatullah mulia semuanya berangkat dari cara pandang hati dalam memandang sesuatu dalam kaidah: "syuhudul kasrah fil wahdah," artinya: pandanglah yang banyak untuk yang satu. Maksudnya adalah alam semesta yang beraneka ragam jamak  (kasrah) menjadi dalil yang menunjuk adanya keesaan yang tunggal (wahdah). Inilah yang bernama "awwaluddin ma'rifatullah" (awal agama adalah mengenal Allah); ma'rifatullah pada tingkat keesaan perbuatanNya (tauhidul af'al Allah SWT).

2. Al-Jam'u.

Al-Jam'u pengertian secara rohani adalah seorang arif billah yang tidak terlepas lagi dari Allah SWT. Artinya telah duduk pada maqam ma'iyyatullah atau kebersamaan dengan Allah SWT dalam segala hal, dia (arif billah) dengan Dia (Allah SWT) selalu bersama. Hal ini didasarkan pada dalil: "innallaha ma'ash shabirin," artinya: sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar, atau dalam dalil: "innallaha ma'al muttaqin," artinya: sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang taqwa, dan dalil: "innallaha ma'al muhsinin," artinya: sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berbuat baik. Kebersamaan wali dengan Allah SWT inilah letak pada kedudukan level tauhidul asmaullah al-husna.

Ma'iyyatullah dalam bashirah (pandangan batin-hakikat) berada pada kaidah: "syuhudul wahdah fil kasrah," artinya: pandanglah yang satu (esa) untuk yang banyak. Maksudnya, sungguh hanya Esa yang dapat mendalilkan yang jamak. Wahdah yang memancar kepada Nur Muhammad SAW, lalu memancar lagi ke dalam yang banyak (kasrah), kemudian tampak segala yang jamak. Berurutan (hirarki) maha cahaya Allah SWT An-Nur kepada Nur Muhammad SAW dan Nur Muhammad SAW memancar kepada seluruh alam malakut, alam nasut, alam banu jan, alam hewani, alam nabati dan seluruh dimensi langit dan dimensi bumi serta seluruh jagad yang nampak (syahadah) dan seluruh jagad yang tidak nampak (ghaibah) adalah tidak terlepas dari kuasa Allah, Al-Qadir kepada alam semesta. Kedudukan arif billah di tingkat midle (pertengahan) sungguh karamah agung dari Nya, saat memandang bahwa objek yang dilihat sudah tidak terlepas dari Allah SWT, Al-Qudratullah, Al-Iradatullah.

Al-Jam'u, pengertian ini dikalangan ahlu hakikat adalah bahwa Allah SWT yang memberi nama, arti, dan bentuk dari alam semesta yang sangat bergantung kepada Nya, Allah Ash-Shamad. Telah ma'iyyatullah atau kebersamaan dengan Allah SWT, bahwa batu hadir karena dihadirkan oleh sang hadir nan sempurna, Al-Hadir Al-Kamil. Bahwa langit tinggi karena ditinggikan oleh Allah SWT, Ar-Rafi'. Bahwa bumi dihamparkan oleh Tuhan yang maha adil, Al-Adlu. Sebagai yang telah Dia Al-Muqsith kalamkan dalam kitab agungNya surah Al-Furqan ayat 61-62: "Al-Barkah yang telah menjadikan di langit gugusan bintang dan Dia menjadikan padanya matahari bercahaya dan bulan (memantulkan) sinar. Dan Al-Barkah (Dia) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran dan ingin mengambil pensyukuran (terima kasih)."

Al-Jam'u memberi petunjuk bahwa arif billah yang telah berma'rifat duduk pada maqam keesaan nama dan sifat Allah SWT (tauhidul asmaullah al-husna wa shifatullah al-'ulya bi hurufi kalimatullah wabi kalamillah SWT). Dzikir sir Nya adalah dzikir hakikat :

1.    La hayatan illallah.

2.    La 'aliman illallah.

3.    La qadiran illallah.

4.    La muridan illallah.

5.    La sami'an illallah.

6.    La bashiran illallah.

7.    La kalam illallah.

7 dzikir sifat, dan 99 dzikir asmaullah al-husna. Mulai dari (1) La Rahman illallah sampai (99) La Shabur illallah. La ilaha illallah. Dzikir utama orang yang duduk pada level keesaan nama dan sifat adalah dzikir Allah, Allah, Allah. Allah, Allah, Allah tanpa bayangan hurup, aksara, hitungan, tulisan atau bacaan. Membaca rasa (iqra' bismi rabbikal ladzi khalaq) artinya: bacalah (dengan rasa) nama Tuhanmu, Tuhan yang maha menciptakan (tanpa teks).

Bacalah nama Tuhan yang ada di pohon yang Dia ciptakan, Al-Khaliq. Nama Tuhan yang bernama laut kepunyaan (walahul jawaril munsya-atu fil bahri kal-a'lam). Kepunyaan Nya, Tuhan Allah SWT pemilik dua tempat matahari terbit (masyriqaini) dan Tuhan Allah SWT pemilik dua tempat matahari terbenam (maghribaini). Tuhan pemilik dua surga, surga dunia (ma'rifatullah ma'allah al-husna) dan surga akhirat nanti (jannah syahwat dan jannah rukyat). Tidaklah wali Allah SWT memandang sesuatu kecuali Allah SWT tertajalli pada sesuatu, dengan rumus:

1.    La ra-aitu qablasy syai'  illallah (tidak ada yang aku pandang sebelum sesuatu kecuali Allah).

2.    La ra-aitu ba'dasy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang setelah sesuatu kecuali Allah).

3.    La ra-aitu ma'asy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang bersama sesuatu kecuali Allah).

4.    La ra-aitu fisy syai' illallah (tidak ada yang aku pandang di dalam sesuatu kecuali Allah).

Keempat itulah tanda ma'rifat ma'iyyatullah sebagai cara telah merasa batin memandang hakikat asma Allah (musyahadatul asmaullah) dan telah merasa batin di pandang Allah SWT (muraqabatul asmaullah) dengan kalimat amaliyah para wali-wali Allah SWT: Allahu nadziriy (Allah memandangku), Allahu ma'iy (Allah bersamaku).

3. Al-Jam'ul jamak.

Sebutan untuk mereka yang sudah sampai ma'rifatullah fillah yang berlevel tertinggi (nurun nihayah). Pada kedudukan yang tidak ada kedukaan, pada tingkatan yang tidak ada lagi kecemasan. Untuk apa dicemaskan seseorang yang sudah berada di dalam hadhrah Tuhan (fillah SWT). Karena tidak lagi memandang kepada sesuatu baik sesudah maupun sebelum, terpandang hanya Allah. Jika terpandang hanya Esa Allah SWT Al-Wahdah, maka masih maukah ada kedukaan?. Bila hidup telah memandang Allah SWT yang selalu memberi karunia segala, sungguh bersandar kepada Nya sebuah sandaran yang total dan final. Begitu pula ketika sakit atau mati, adakah istilah keduanya pada kekasih yang hanya untuknya Esa. Esa yang tiada terbelah dengan sebab-akibat, Esa yang tidak lagi terberai antara hamba dan Tuhan. Esa tingkat paripurna penyerahan diri total, malah tiada diri, pengakuan terhadap eksistensi ketunggalan Esa menyebabkan hancur diri dan alam semesta. Alam semesta tidak lagi diharap memberi manfaat dan menampik mudharat, kepada Esa, Esa di dalam Esa, dari Esa untuk Esa, Esa saat semua Esa, sungguh telah binasa diri.

Tiada kehidupan di sini (duniawi) dan tiada kehidupan di sana (ukhrawi), ada dan hanya ada adalah keesaan. Esa yang memandang, Esa yang terpandang, lalu masih adakah cela dalam pandangan? Esa yang dilihat, Esa yang melihat, lalu masih adakah ruang penglihatan yang terhijab ketika Esa yang telah meliputi? Esa yang mendengar, Esa yang didengar, lantas masih adakah buruk pendengaran, saat Esa mendengarkan? Esa yang bicara, Esa yang dibicarakan, niscaya baik pembicaraan sebab dengar dan bicara adalah dua hal tetapi Esa sumber? Esa dalam hidup di dunia, lantas untuk apa disesalkan? Esa dalam kematian untuk apa disedihkan, bukankah Esa kembali ke Esa?

Ma'rifatullah tingkat ini adalah rumus pada pandang yang tertuju hanya dari keesaan (wahdah) kepada keesaan (wahdah) pula, tanpa bergeser dari pandangan Nya, tahu dari mana datang, tahu dengan siapa sekarang, dan tahu kemana pulang. "Syuhudul wahdah fil wahdah," artinya: Pandang yang Esa untuk yang Esa. Jadi, tidak ada pandangan lain lagi, kecuali Esa. Pada tingkat ma'rifat ini, berlaku pada kaidah: Tidak ada yang mencintai kecuali Allah, dicintai dan mencintai adalah Dia, dikenal dan mengenal adalah Dia, diketahui dan mengetahui adalah Dia, dimaksud dan memaksud adalah Dia. (Wallahu a'lam).

 

Kajian ma'rifat ini telah merintis jalan bagi pengenalan sejati kepadaNya yang tidak akan buta, tuli dan bisu denganNya. Saat melihat tidak lagi dengan mata pengenalan luar, tetapi sudah dengan pengenalan dalam mata ma'rifat. Sekali mengenalNya tidak akan asing selamanya, sekali memandangNya lalu memandanglah selamanya, sebab Dia bukan bintang yang terbit dan tenggelam.

Efek cahaya-cahaya (misykatul-anwar) ma'rifat menyinari sampai ke relung terdalam dari waliNya yaitu fuad. Fuad sebagai inti hati (qalbu) memancar pada ucapan-ucapan wali (jamak: auliya) naskah Al-Wirdul-Lathif dalam dzikir pagi dan sore yang disusun oleh Al-Habib Al-Imam Abdullah bin 'Alawi Al-Haddad. Wirid yang beliau susun dari ayat-ayat Al-Quran, doa-doa dari Nabi Muhammad SAW dan doa-doa orang shaleh. Wirid keramahan-kelembutan (Al-Wirdul-Lathif) ini menunjukkan kecintaan (mahabbah) dan ma'rifah sang Imam kepada kekasihnya, Allah SWT Al-Lathif. Demikian pula Wirdul-Imam yang disusun oleh Al-Habib Al-Imam Abu Bakar bin Salim Al-'Alawi merupakan lambang cinta yang mereka lukiskan dan pahatkan dalam relief-relief cinta:

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.

Bismillahirrahmanirrahim.

Allahumma ya  ...  'adzimash-shulthan, ya ... qadimal ihsan, ya  ... da-iman-ni'am, ya  ... katsiral jud, ya  ...wasi'al - atha', ya  ... khafiyyal luthfi,  ya  ... jamilash-shun'i, ya  ... haliman la ya'jal. Shalli ya rabbi 'ala sayyidina Muhammadin wa alihi wa sallim, wardha 'anish-shahabati ajma'in.

Sebagian saja dari versi Arab. Versi Indonesia secara utuh adalah sebagai terjemah berikut:

WIRID AL-HABIB AL-IMAM ABU BAKAR BIN SALIM AL-ALAWI

Dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang

Allahumma  ...

Wahai sang sultan yang maha sultan, maha besar kerajaanMu  ...

Wahai  ... sungguh lama dan terdahulu kebaikan   ...

Wahai Tuhan  ... berkekalan kenikmatanNya  ...

Sungguh luas tiada terbatas karuniaMu Tuhan  ...

Tuhan   ... Sungguh tersembunyi keramahanMu   ... sangat begitu lembut  ...

Maha indah dalam melayani     ...

Maha penyantun berbalut kesabaranMu yang tiada pernah tergesa-gesa dalam menuntut kami   ...

Shalawat dan salam mudahan selalu tercurah pada pemimpin kami, sayyidi Muhammad SAW dan keluarganya serta berilah ridha kepada seluruh sahabat.

Tuhan, bagiMu segala puji kesyukuran, bagiMu keutamaan dan milikMu jasa karunia. Engkau Tuhan yang sebenarnya, dan kami  adalah hambaMu, budakMu. Dan Engkau tak pernah lenyap dari keberadaan.

Wahai Tuhan yang mampu memudahkan yang sukar,  ... memperbaiki yang rusak, ... sebagai teman dalam kesendirian  ...

Oo  ... Tuhan  ... Engkau bisa   membuat kaya orang-orang yang miskin  ... Wahai Tuhan yang menjadikan kekuatan bagi si hamba yang lemah  ... Pemberi rasa aman dari segala ketakutan   ... Mudahkan bagi kami segala yang sukar   ... , karena memudahkan yang sukar bagimu adalah mudah  ...

Wahai Tuhan yang tidak membutuhkan penjelasan dan penafsiran  ... Hajat kami kepadaMu sungguh banyak  ... Dan tentang problematika kami adalah Engkau yang maha mengetahui lagi maha  melihat.

Allahumma  ... aku merasakan takut kepadaMu    ...,  dan aku merasakan takut kepada orang-orang yang takut kepadaMu  ..., dan aku merasakan takut kepada orang-orang yang tidak takut kepadaMu. Allahumma  ... Dengan kebenaran (bihaqqi) orang-orang yang takut kepadaMu, selamatkan kami dari orang-orang yang tidak takut kepadaMu.

Allahumma  ... Wahai Allah, dengan kebenaran Nabi Muhammad SAW (bihaqqi Muhammadin SAW), jagalah kami ya Allah dengan mataMu, mataMu yang tidak pernah terpejam. Lindungi kami dengan bentengMu yang tidak pernah runtuh. Kasihanilah kami dengan qudratMu atas kami, sehingga kami tidak binasa karena Engkau andalan dan harapan kami.

Mudahan Allah mengguyur shalawat dan salam atas tuan baginda kami, pemimpin kami, Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabat baginda.

Puji segalanya untuk Allah-Tuhan alam semesta, pujian sejumlah makhlukNya, pujian setulus ridhaNya, pujian seluas arasy-Nya, dan pujian sebanyak hamparan tulisan dawat kalimat-kalimatNya.

Demikian pula ungkapan ma'rifah dan mahabbah dari para pengenal dan pencinta Tuhan. Al-Imam Al-Husein bin Syekh Abi Bakar bin Salim dalam akumulasi dan esensi do'a (du'a jami'):

"Allahumma inni as-aluka ziyadatan fid-din, wabarakatan fil 'umri, washihhatan fil jasadi, wa sa'atan fir-rizqi, wataubatan qablal maut, wasyahadatan 'indal maut, wamaghfiratan ba'dal maut, wa 'afwan 'indal hisab, wa amanan minal 'adzab, wa nashiban minal jannah. Allahummarzuqnan-nadzara ila wajhikal karim. Washallallahu 'ala nabiyyi Muhammad SAW wa 'ala alihi washahbibi wa barik wa sallam. Walhamdulillahi rabbil 'alamin."

Wahai Allah, aku bermohon kepadaMu, tambahan dalam agama, berkah dalam umur, kesehatan dalam tubuh, kelapangan dalam rezeki, taubat sebelum kematian,  syahadat saat detik menjelang kematian.

Berilah kami keampunan dariMu setelah kematian kami, kemaafan saat perhitungan amal, keamanan dari adzab dan jatah pembagian untuk surga.

Allahumma  .... ya Tuhan kami   ... Berilah kami rezeki agung untuk dapat  memandang wajahmu yang maha mulia. Mudahan shalawat dan salam sejahtera senantiasa tercurah kepada baginda penghulu nabi, nabi Muhammad SAW dan tercurah pula kepada keluarganya, sahabatnya, keberkahan, dan keselamatan tetap untuk baginda SAW. Dan segala puji-puja bagi Tuhan semesta alam. Wallahu a'lam wa arham.

 

Komentar

  1. Nama: sawitri
    Nim: 12201202
    Kelas: 1f pai

    BalasHapus
  2. Nama : Diky Amanda
    Nim : 12201214
    Kelas : 1F

    BalasHapus
  3. Nama :Siti mashita
    Kelas:1f
    Nim:12201189

    BalasHapus
  4. Nama : qonitha Amanda Fitriyani
    NIM : 12201186
    Kelas : 1F PAI
    Semester : 1

    BalasHapus
  5. Nama:Tahmid
    Kelas1:F
    Nim:12201208
    Semester:1

    BalasHapus
  6. Nama: Zainal
    Nim: 12201138
    Kelas: 1D
    Semester:1

    BalasHapus
  7. Nama:sutia suri
    Nim:12201134
    Kelas:1 D
    Semester 1

    BalasHapus
  8. Nama: Nela Nardianti
    Nim:12201130
    Kelas:1d
    Semester:1

    BalasHapus
  9. Nama : Hardianti
    Nim : 12201119
    Kelas : 1D PAI
    Semester 1

    BalasHapus
  10. Nama:Anggi Rahmi putri
    Nim:12201148
    Kelas:1E PAI

    BalasHapus
  11. Nama: Wulan tari syahwana
    Kelas; 1d
    Nim: 12201132

    BalasHapus
  12. Nama : Salwa salsabila
    Nim : 12201124
    Semester/kelas : 1/1D
    Prodi : Pendidikan Agama Islam

    BalasHapus
  13. NAMA:IPAFAT IRMAWATI
    NIM:12201212
    Kelas:1 F PAI

    BalasHapus
  14. Nama : ALFIRMANSAH
    KLS : 1D Pai
    Nim : 12201112
    Smester: 1

    BalasHapus
  15. Nama: Jumilah
    Nim :12201204
    Kelas:1F PAI
    semester:1

    BalasHapus
  16. Nama:Devi Rochmah Anggraini
    Nim:12201207
    Kelas:1F/PAI

    BalasHapus
  17. Nama : Septiyah Wahyuni
    NIM : 12201213
    Kelas : 1F

    BalasHapus
  18. Nama : Riandika
    Nim : 12201113
    Kelas: 1 D

    BalasHapus
  19. Nama : Hatami
    Nim : 12201216
    Kelas : 1F
    Semester : 1

    BalasHapus
  20. Nama : ire Annisa
    Nim : 12201156
    Kls :1E

    BalasHapus
  21. Nama: Sucy Ramadani
    Nim: 12201161
    Kelas: 1E/PAI

    BalasHapus
  22. Nama : Gusti Rendra Agung Kusuma
    NIM : 12201188
    Kelas : 1F(PAI)
    Semester : 1

    BalasHapus
  23. Nama: Asissa Islamidina
    Nim: 12201183
    Kelas: 1F
    Semester:1

    BalasHapus
  24. Nama : Rizal wahyudi
    Kelas : 1e
    Nim : 12201146
    Semester : 1

    BalasHapus
  25. NAMA : Muhammad Wildan
    NIM : 12201158
    KELAS : 1 E (PAI)

    BalasHapus
  26. Nama : Rizka Amanda
    Nim : 12201157
    Kelas : 1e

    BalasHapus
  27. Nama : Feby Lany Yuniar
    NIM : 12201194
    Kelas : 1 f ( semester 1 )
    PAI

    BalasHapus
  28. Nama: Muhammad Nabil
    Kelas: 1F
    Nim: 12201182
    Prodi: PAI
    Semester 1

    BalasHapus
  29. Nama : Yudi Maulana
    Kelas : 1E
    Nim : 12201159

    BalasHapus
  30. Nama : KURNIATI
    Nim : 12201128
    Kelas : 1D PAI
    SEMESTER : 1

    BalasHapus
  31. Nama: Nawalia Jasmine Putri Bandhyta
    Kelas:PAI 1E
    Nim:12201151
    Semester 1

    BalasHapus
  32. Nama: wagini
    Kelas:1E
    Nim: 12201167
    Semester 1

    BalasHapus
  33. nama: rifa fadila salsabila
    nim: 12201185
    kelas: 1F
    semester: 1

    BalasHapus
  34. nama: Dewi Safitri
    Kelas:1f/Pai
    Nim:12201190
    Semester:1

    BalasHapus
  35. Nama : nur sinta
    Nim: 12201111
    Kelas : 1d

    BalasHapus
  36. Nama: M.abdullah
    Kelas: 1F
    Nim: 12201199
    Semester: 1

    BalasHapus
  37. Nama : LELY HERLINA
    Nim :12201120
    Kelas : 1D ( PAI )

    BalasHapus
  38. Nama: Anisa Fitriani
    Nim: 12201140
    Kelas: 1D PAI

    BalasHapus
  39. Nama: Ikhsan Kadri
    Nim:12201115
    Kelas:1d Pai

    BalasHapus
  40. Nama: Siti Aminah
    NIM: 12201125
    Kelas: 1D PAI

    BalasHapus
  41. Nama: Elva Nadila
    Nim:12201121
    Kelas:1D Pai

    BalasHapus
  42. Nama Desi Ratna Sari
    Nim12201198
    Kelas 1 f

    BalasHapus
  43. Nama: utiya mutiah
    Nim:12201195
    Kelas: 1f

    BalasHapus
  44. Nama:sohid maualana
    Nim:12201136
    Kelas:1D

    BalasHapus
  45. Nama : Anisatul Hasanah
    Nim : 12201211
    Kelas : 1F

    BalasHapus
  46. Nama:iqsan fiqih
    Kelas:1d Pai
    Nim:12201109
    Semester:1

    BalasHapus
  47. Nama: Nafsiah
    NIM: 12201123
    Kelas: 1D PAI

    BalasHapus
  48. Nama: Abdul Hadi
    Nim:12201135
    Kelas:1D

    BalasHapus
  49. Nama : Kholisin
    Nim : 12201129
    Kelas : 1D
    Semester : 1

    BalasHapus
  50. NAMA : KHAIRUNNISA
    NIM : 12201110
    KELAS : 1D PAI

    BalasHapus
  51. Nama : pebi herliana
    Nim : 12201206
    Kelas : 1 f

    BalasHapus
  52. Nama : Aditiya prayoga
    Kelas : 1e
    Nim : 1201145
    Semester : 1

    BalasHapus
  53. Nama: M.Ridho Nasyirudin
    NIM: 12201177
    Kelas: 1E PAI

    BalasHapus
  54. Nama : Syarifah Alya Nurlail
    NIM : 12201143
    Kelas : 1D PAI

    BalasHapus
  55. Nama : Murni Hasti Ningrum
    Kelas. :1E
    Prodi :PAI

    BalasHapus
  56. nama:zaim rifqi abrar
    nim:12201142
    kelas:1D

    BalasHapus
  57. Nama : Gin Gin Hardiman
    Nim: 12201127
    Kelas: 1D pai

    BalasHapus
  58. Nama : Muhammad Taufik Al-Farizi
    Nim : 12201174
    Kelas : 1E (PAI)
    Semester : 1

    BalasHapus
  59. Nama: Febryan Raditya
    Nim: 12201179
    Kelas: 1E

    BalasHapus
  60. Nama : Dinda Wulandari
    Nim : 12201184
    Kelas : 1F PAI

    BalasHapus
  61. Nama: Aulia Safitri
    Kelas: 1F
    NIM: 12201191

    BalasHapus
  62. Nama: Wulan Meilani Putri
    Kelas:1E
    Nim:12201147

    BalasHapus
  63. Nama :M.Handyka Permana
    Nim:12201192
    kelas :1F PAI

    BalasHapus
  64. Nama : arumi samsudin
    Nim : 12201196
    Kelas : 1 f

    BalasHapus
  65. Nama : Amalia Alza Sholeha
    NIM : 12201160
    Kelas : PAI 1E

    BalasHapus
  66. Nama : POMITA
    kelas : 1E PAI
    Nim : 12201178

    BalasHapus
  67. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  68. Nama :Vivi Widyastuti
    NIM: 12201200
    Kelas : 1F PAI

    BalasHapus
  69. Nama : Normadan
    Nim : 12201210
    Kelas : 1f

    BalasHapus
  70. Nama : Syahdi
    Nim : 12201181
    Kelas : 1F PAI
    Semester 1

    BalasHapus
  71. Nama: maghfirah
    Nim:12201215
    Kelas: 1 F
    Semester: 1

    BalasHapus
  72. Nama: Husna yayni
    NIM : 12201150
    Klas 1E
    Prodi PAI

    BalasHapus
  73. Nama : Wahyu Kurniawan
    Kelas : 1E
    NIM : 12201152

    BalasHapus
  74. Nama : Reza Kurniawan
    Nim :12201137
    Kelas: 1D

    BalasHapus
  75. Nama : Laili
    NIM: 12201153
    Kelas :1E PAI

    BalasHapus
  76. Nama : Alya maisyarah
    Kelas : 1E
    Nim : 12201170

    BalasHapus
  77. Nama : Zaki Ferdiansyah
    Kelas : 1 E
    Nim : 12201164

    BalasHapus
  78. Nama: Muhammad Luthfi Hairussani
    Nim: 12201197
    Kelas: 1F

    BalasHapus
  79. Nama: Hairol pahmi
    Kelas: 1E PAI
    Nim: 12201172

    BalasHapus
  80. Nama : Depi Sapitri
    Nim : 12201149
    Kelas : 1E
    Semester : 1

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

AN NURIYAH

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN