DIGITALISASI PEMBELAJARAN PAI UNSUR AL-QURAN
BUKU REFERNSI
DIGITALISASI PEMBELAJARAN PAI UNSUR AL-QURAN
Oleh
Ma’ruf Zahran
Kompetensi guru PAI secara profesional harus mampu menguasai dan
mengembangkan materi baik secara tekstual (teks book) dan kontekstual
(mengaitkan dengan kenyataan dan mencari pertautan materi). Penguasaan, pengembangan
dan mencari bahan pengait dalam pembelajaran dan berkemampuan dalam mengajarkan
adalah kompetensi paedagogik yang diharapkan.
Guru adalah profesi pintar dan bisa memintarkan orang lain berkat
ilmullah SWT (ilmu Allah SWT), guru adalah amaliyah guna menghidupkan hati
siswa-siswanya untuk taat kepada Allah SWT dengan kehidupan dari Allah SWT
(hayatullah SWT), bukan dengan Iblis, Iblis yang menjadi musuh Rasulullah SAW.
Guru yang menguat-nguasakan siswa menjadi berenergi, bersinergi dengan berkat
rahmat qudrat Allah SWT saja (qudratullah SWT). Guru menyuruh siswa optimis,
menggantungkan cita-cita setinggi bintang di langit dengan berkat, rahmat,
hidayat iradat Allah SWT (iradatullah SWT).
Di alam era digital pembelajaran Al-Quran saat ini sangat mudah mendapatkan
materi ajar guru dan materi belajar siswa yang sudah sangat open (terbuka).
Al-Fattah sang maha membuka ilmu-ilmu Al-Quran yang dirangkai dengan media
pembelajaran berbasis digital menjadikan belajar dan mengajar Al-Quran sangat
mudah. Bukan persoalan ketidaksediaan materi, tetapi maukah diri secara rajin
mengupload dan belajar dari rangkaian sanad bermediasi kitab digital sebagai
rahmat abad-21.
Mushaf Al-Quran telah tersimpan di dalam google internet (antar
jaringan), daring (dalam jaringan). Internet ibarat rumah jaringan produksi
(home production) yang lengkap. Memproduksi, produksi, siap dipasarkan dan ada
ruang penyimpanan (arsiparis). Bahkan ada standar alat pengukuran (measurement)
dan alat penilaian (assesment) untuk pengambilan keputusan (decision making)
yang disebut evaluasi.
Aplikasinya telah tersedia (ready) dalam ruas link internet tinggal
dipilih sebagai pengguna (user) yang bersifat konsumtif. Tetapi hari ini
netizen pembelajar sudah bisa membuat sendiri rumah produksi. Bisa membuat link-link
pembelajaran Al-Quran, edukasi Al-Quran untuk pembelajaran anak-anak atau
edukasi Al-Quran untuk pembelajaran orang-orang dewasa (androgogi).
Guru dan siswa diajak oleh media saling membelajarkan, membesarkan,
mempertinggi, menjulangkan sehingga guru dan siswa berada dalam satu ruang
kelompok pembelajar (learning community). Abad-21 mengamanatkan bahwa sumber
belajar dapat diperoleh dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja, melalui
cara apa saja, dengan sebab apa saja. Artinya pembelajaran yang berorientasi hasil
dan bukan berorientasi cara. Cara (metode) bisa dicari dalam pencarian tempuh
apa saja (searching). Akses pendidikan dan pembelajaran bisa diupload oleh
seluruh insan pembelajar.
Mengusung satu pokok bahasan mata pelajaran PAI perlu dirancang secara
digital, sebab sekarang hampir setiap orang tidak bisa lepas dengan handphone.
Content dan fitur PAI perlu dirancang artinya ketika materi dalam bentuk
informasi harus dikaitkan dengan situasi dan kondisi emergency dalam analisa
materi. Realita bulan November-Desember tahun 2022, Cianjur dibantai gempa bumi
daratan yang sumber gempa berasal dari dasar laut berkekuatan 5,7 skala richter bisa
menjadi analisa pembelajaran PAI. Penghadiran materi PAI yang bisa dipelajari
lewat media digital-global serta dapat berguru secara virtual dengan guru-guru
dunia. Bisa mengambil pola pengembangan materi dengan emergency, trendy
misalnya bahan kajian tentang musibah LGBT.
Menghadirkan pembelajaran dengan menampilkan medan kehidupan nyata
menjadi pengalaman siswa akan membuang verbalisme istilah atau kata dalam pembelajaran. Artinya ada minimal empat pertautan yang muncul dalam
satu pokok bahasan atau bahan kajian yaitu materi konsep, materi prinsip, materi fakta, materi prosedur. Oleh sebab itu, pembelajaran PAI dianjurkan berbasis
inquiry, discovery, contructivisme agar dapat mengantarkan materi PAI menjadi
membumi.
Berkehendak ingin mendekatkan materi PAI dengan pendekatan CTL
(contekstual teaching and learning) supaya dijadikan contoh terbaik (pilot project).
Pilot project yang mengamanatkan inspirasi pembelajaran di dalam kelas dan
pembelajaran di luar kelas. Metode contructivisme lebih menekankan pada
pengembangan materi secara contekstual dalam arti perumusan definisi, konsep,
fakta, prosedur, prinsip dan nilai dipresentasikan karena sebab penelitian.
Sekolah yang berbasis penelitian akan menjadi sekolah unggulan (based school of research). Misalnya dalam
materi pembelajaran penyelenggaraan jenazah (fardu kifayah) adalah siswa, guru
dan masyarakat yang harus terlihat. Praktik langsung (active student) dengan
cara belajar mengalami (learning by doing) akan dapat menyerap materi pelajaran
dalam rangers 80%-100%. Setelah siswa beserta guru dan masyarakat terlibat
langsung dalam proses penyelenggaraan tersebut dengan pembelajaran yang
direncanakan (by design). Kemudian siswa mengumpulkan data penyelenggaraan dari
memandikan, mengafankan, menyalatkan, menguburkan jenazah, mengkondensasi data
tersebut, mendisplay data tersebut serta penarikan kesimpulan (konklusi) dan
penetapan data tetap (verifikasi). Setelah data dianggap cukup dan terhenti
pada kejenuhan data (snowball sampling) barulah dipresentasikan di depan FGD
(focus group discussion). Membahasakan observasi dalam literasi (bahasa
tulis) penting supaya hasil observasi
bisa dikomunikasikan, bisa dibandingkan, bisa dikonfirmasi, bisa diupload.
Dalam presentasi yang terselenggara lancar ditemukan pula
hasil-hasil baru dalam modifikasi dan penemuan pola baru atau tradisi setempat.
Pembelajaran PAI yang terakumulasi baik akan menjadikan materi PAI berlaku
fungsional di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Apa yang dimaksud dengan makna
fungsional adalah terjabar dalam aplikasi bukan teori semata, atau materi PAI
yang sekarang dipelajari secara tekstual akan menjabar dalam kontekstual atau
dapat disebut alumni yang dapat berkiprah di masyarakat (learning outcomes).
Alumni dengan ilmu ke-PAI-an mampu memberikan sumbangan bagi kemajuan negeri.
Inti karakter (akhlak) yang dibangun yaitu kesediaan memberi dan kesediaan
menerima, kesediaan menunggu dan ditunggu, kesediaan mendengar dan didengar,
kesediaan memerintah dan diperintah, kesediaan mengajar dan diajar. Intinya
sekolah tiada henti, walau di dalam alam berzakh.
Kemanfaatan materi ke-PAI-an sangat terasa saat dibutuhkan
orang-orang yang perfect dibidangnya. Misal materi PAI unsur Al-Quran sangat
diperlukan bacaan yang fasih, bukan sekedar bisa membaca. Setelah fasih
membaca, masih dituntut mampu mengartikan perkata (mufradat), mampu mengartikan
perkalimat, mampu mengartikan per-ayat. Kemudian dituntut kemampuan menulis
ayat per ayat. Sampai bisa menjelaskan isi kandungan ayat. Empat kompetensi ini
yang dikehendaki oleh materi PAI unsur Al-Quran. Empat kompetensi (maharah)
adalah berupa kemampuan membaca (maharah qiraah), kemampuan menulis (maharah
kitabah), kemampuan mengartikan (maharah tarjamah), kemampuan menjelaskan
(maharah syarah).
Penguasaan keempat kemampuan ini nanti alumni (outcomes) akan terus
menggunakannya sebagai ilmu alat dalam mengamalkan Al-Quran. Sesungguhnya
adalah kemampuan membaca yang benar (qira'ah) berdampak langsung terhadap
kebenaran tulisan (kitabiyah) yang mengikut kepada kebenaran arti (ma'nawiyah)
dan menuju penjelasan kandungan (tafsiriyah). Upaya pembelajaran PAI unsur Al-Quran harus terus digelorakan
dalam rangka mencetak ahli-ahli Al-Quran yang wajib mempersyaratkan keempat
kemampuan pola tadi. Maharah qira'ah berawal dari kebenaran saat membunyikan
satu huruf hijaiyah yang betul-betul keluar dari tempat keluarnya huruf
(makharijul huruf). Artinya 28 huruf adalah 28 bunyi dari 28 makharijul huruf.
Digitalisasi pembelajaran PAI unsur Al-Quran bisa secara langsung
(direct) dan secara tidak langsung (indirect). Media audiovisual dihadirkan untuk
menopang praktik yang langsung dibimbing guru. Selain gambar-gambar makharijul
huruf dan praktik guru (modelling) juga bisa berbantuan dengan metode latihan
berulang kali dan dipraktikkan (drill and practise).
Dibaca berulang dan dipraktikkan berulang pun dengan contoh posisi
mulut yang berubah tidak lain kecuali ingin memberi ketetapan dalam mengucapkan
huruf-huruf hijaiyah yang terdapat pada posisinya masing-masing. Selain huruf
yang keluar sesuai dengan posisinya juga terdapat hukum bacaan. Hukum bacaan
idzhar, hukum bacaan idham bighunnah, hukum bacaan idham bilaghunnah, hukum
bacaan ikhfa', hukum bacaan iqlab. Hukum bacaan lam tipis (tarqiq) dan hukum
bacaan lam tebal (tafkhim).
Begitu pula cara (teknik) membunyikan huruf ra tebal (tafkhim) dan
huruf ra tipis (tarqiq). Atau membunyikan huruf qalqalah (pantulan atau suara
memantul), hukum waqaf dan ibtida', hukum
bacaan idgham mutamatsilain, idgham mutajanisain, idgham mutaqaribain. Selanjutnya, kemampuan menulis mengikuti bunyi yang bersumber dari posisi
makharij (tempat keluar) huruf. Saat menulis ayat-ayat Al-Quran sudah terbayang
masing-masing posisi huruf. Posisi huruf
tunggal dalam kalimat, posisi huruf diawal kalimat, ditengah, diakhir.
Kemudian berangkai huruf dalam ayat yang juga mengikuti kaedah bahasa Arab.
Bukan huruf yang terpisah-pisah.
Secara berjenjang dan bertahap, setelah penguasaan siswa terhadap
tata baca dan bersesuaian dengan tata tulis (maharah qira'ah wal kitabah) akan
sangat berpeluang besar bagi siswa dapat menerjemahkan ayat-ayat Al-Quran
(maharah tarjamah). Bila penguasaan menerjemah sudah dimiliki siswa pasti akan
memantik kepada penguasaan menjelaskan (maharah bayan wat-tafsir). Untuk
menjadi kaum terpelajar tentang Al-Quran sebuah proses capaian yang berjenjang,
bertahap dan diperlukan kesabaran, ketenangan, kearifan, supaya ilmu yang
mengandung cahaya iman kepada Allah SWT dan cahaya iman kepada Nabi SAW masuk kedalam jiwa ummat Muhammad SAW. Sebab
iman dan ilmu adalah senyawa dan sehayat, hayatullah SWT.
Komentar
Posting Komentar