KEESAAN
KEESAAN
Oleh
Ma'ruf Zahran
Mengutip tausyiah Gurunda Syekh Arif billah Maulana Usman Al-Muqaddas pada tanggal 1 Juli 2022 bahwa syahadah (kesaksian) ruh di alam ruh sedang mereka-ulang: pada hamba Tuhan di dunia sekarang. Sekarang penulis mereka-ulang : "Alastu birabbikum? Qalu, bala syahidna." Artinya: Bukankah Aku Tuhanmu? (Para ruh) menjawab: Benar, kami menyaksikan. Gurunda kembali merefleksikan syahadah (kesaksian) di hadapan penulis. Dalam rangka mengistbatkan keesaan Allah SWT Al-Ahad Al-Ikhlas, keesaan Tuhan yang murni (monotheisme). Dalam kaca mata hakikat bahwa yang itsbat hanya Dia yang haq, selain Dia adalah bathil. Pengakuan terhadap yang bathil adalah syirik bukan tauhid. Al-Wahid (the person) telah menghapus yang jamak (majemuk). Kecuali yang majemuk berasal dariNya dan kembali kepadaNya. Ucapan innalillahi wainnailaihi raji'un sebuah penghayatan yang setiap kali hadir diawal dan diakhir kegiatan, diawal dan diakhir nama, diawal dan diakhir sifat, diawal dan diakhir dzat (diri) alam. Barang siapa yang telah cemerlang terang benderang diawal demikian pula diakhirnya, dalam kaedah: "Asyraqat bidayatuhu - Asyraqat nihayatuhu." Bukankah Allah cahaya langit dan bumi.
Rasulullah SAW adalah kesayangan Allah SWT dan larangan memisahkan
keduanya. Banyak kalimat yang berangkai bila mengaji dan mengkaji Al-Quran
ditemukan kata Allah dan Rasul. Allah memerintah Rasul berucap, Rasul berucap.
Allah melarang Rasul berucap, Rasul diam. Rasul jujur, tidak dusta. Bila Rasul
pendusta, rusaklah kitab suci, bukan kitab suci lagi namanya. Memisahkan Allah
dan Rasulullah sama dengan memecahbelah atau merusak agama yang satu, sehingga
beragam cara untuk membuat dalil-dalil memisahkan, menceraikan Allah dan
Rasulullah. Dalam firman Tuhan disebutkan: "Sesungguhnya orang-orang yang
memecahbelah agamanya dan mereka menjadi terpecah belah dalam
golongan-golongan, sedikitpun bukan tanggungjawabmu (Muhammad) atas mereka.
Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan
memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat."
(Al-An'am:159).
Makna memecahbelah agama sehingga berkelompok-kelompok (farraqu
dinahum wakanu syiya'a) disini berarti memisahkan Allah dengan Nabi, memisahkan
Nabi dengan ummatnya, memisahkan ummat dengan ulama, memisahkan ummat dengan
Al-Quran. Dosa besar telah memecahbelah
agama menjadi halaqah-halaqah yang saling bermusuhan. Motif dari semua
perselisihan adalah hubbud-dun-ya, hubbul mal, hubbul jah. Ada tiga persona yang dilarang untuk dipisahkan. Allah, RasulNya dan kaum mukminin. Membenci salah satu dari mereka berarti membenci seluruhnya. Tiga rangkaian tersebut harus disayangi dan dihubungkan sesuai dengan zonasi mereka masing-masing. Relasi mukmin dengan Allah SWT bermedia shalat, relasi mukmin dengan Rasulullah SAW bermedia salam dan shalawat, sedang relasi dari hati mukmin kepada hati mukmin bermedia silaturahim. Memutuskan tiga mata rantai ini hanya akan membuat kebohongan dan dosa yang nyata, berakibat adzab yang menghinakan. Sebab hati mukmin berisi iman kepada Allah dan RasulNya, hati mukmin berisi cinta kepada Allah dan RasulNya, hati mukmin berisi cahaya Allah dan RasulNya. Hati mukmin tidak boleh disakiti, sebab akan menyakiti Allah dan RasulNya, hati mukmin adalah hati kekasih diantara kekasih-kekasih Allah (wali min auliya Allah SWT). Demikian juga meyakiti RasulNya sama dengan menyakiti Allah SWT dan orang-orang mukmin yang " ... mereka ridha kepada Allah dan Allah ridha kepada mereka (radhiyallahu 'anhum wa radhu 'anhu), ridha itu dianugerahkan kepada orang-orang yang takut kepada Tuhannya (dzalika liman khasyiya rabbah) (Al-Bayyinah:8). Mereka yang menyakitimu Muhammad sama dengan menyakiti Aku (Allah), firman Tuhan dalam kitab suci: "Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan RasulNya, pasti Allah laknat mereka di dunia dan di akhirat, serta (Allah) menyediakan adzab yang menghinakan. Dan orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat, tanpa kesalahan yang diperbuat, adalah sungguh orang-orang yang menyakiti telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata." (Al-Ahzab:57-58).
Hubbud-dun-ya yang berarti cinta dunia walaupun baik atau untuk
kebaikan. Hubbul mal artinya cinta harta. Sebab kaya dan miskin bukan simbol
dan inti taat. Taat tidak ada hubungan dengan status ekonomi, kaya-miskin. Taat
tidak ada hubungannya dengan status sosial, terhormat atau terhina. Begitu juga
durhaka dan kedurhakaan, bukan berarti orang-orang yang kaya itu mulia, dan
bukan berarti kemiskinan sama dengan kedurhakaan. Melainkan kedurhakaan adalah
sikap yang tidak memuliakan anak-anak yatim, tidak menganjurkan memberi makan
orang-orang miskin, memakan harta warisan dengan cara tipu daya, dan mencintai
harta dengan kecintaan yang berlebihan. Oleh sebab itu, mengerjakan ibadah
bukan untuk berhitung pahala kebaikan. Bila berhitung kepada Allah SWT dengan
amal (kerja) yang dipersembahkan. Kemudian hisab (berkalkulasi) kebaikan kepada
Allah akan Dia (Allah SWT) hisab atau hitung pula dengan pahala-dosa hamba
serta kalkulasi nikmat yang telah Allah SWT berikan berupa anugerah hidayah
menjalankan taat dan hidayah untuk dapat membenci kejahatan. Lalu, bisakah
sebuah hidayah satu kali taat dari Allah SWT
dikalkulasikan?
Hamba yang bisa kembali kepada Allah SWT adalah hamba yang tenang.
Hamba yang tenang tidak lain adalah Rasulullah SAW yang ada di dalam diri
masing-masing ummat yang mengimani adanya Rasulullah SAW berdasarkan surah
Al-Hujurat (49) ayat 7: "Dan ketahuilah olehmu, sesungguhnya di dalam
dirimu ada Rasulullah. Kalau sekiranya dia memenuhi kehendakmu, niscaya menjadi
kesulitan bagimu. Allah yang mencintakan kepadamu tentang iman dan Dia yang
menghiasinya di dalam hatimu. Dan Dia menjadikan benci di dalam hatimu kepada
kekafiran, kefasikan (kedurhakaan) dan dosa. Dan jadikanlah kami bagian dari
orang-orang yang mendapat petunjuk." Cahaya (Nur) Muhammad Rasulullah SAW
itulah yang sejati-sebenar ada dalam syahadat setiap ummat Muhammad. Nur
Muhammad Rasulullah SAW yang berasal dari Nur Allah SWT kemudian menjadi ruh
alam semesta. Bagian terbesar yang dapat menerima Nur Muhammad Rasulullah SAW
adalah ummat Muhammad sebab wadah jiwanya cukup luas untuk menampung Nur
Muhammad Rasulullah SAW. Sebagai yang telah difirmankan Tuhan Allah SWT: "Muhammad
utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengannya tegas terhadap kekafiran
dan kasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud, mencari
keutamaan dari Allah dan ridhaNya. Tanda-tanda mereka tampak dari bekas
(pengaruh) sujud. Demikian itulah tanda-tanda mereka di dalam Taurat dan
tanda-tanda mereka di dalam Injil ...
" (Al-Fath:29). Kemudian ummat Muhammad adalah ummat yang mengikuti
perintah dan menjauhi cegah, berdasarkan firman: "Dan apa-apa yang
diperintah Rasul kepadamu, ambillah. Dan apa-apa yang dicegah,
tinggalkanlah." (Al-Hasyr:7).
Cahaya itu dipandang bukan dibicarakan. Bila cahaya telah masuk ke dalam
diri, menjadilah dia baik. Kebaikan untuk diri, diri yang bersebab baik dan
berakibat baik pula. Untuk memahami sebenar (hakikat) perbuatan hendaklah
dengan ilmu. Dan ilmu hanya bisa diperoleh dengan ketenangan. Dengan ketenangan
(tumakninah) bisa mendengar apa yang diperdengarkan dengan sifat sama' menjadi
sami'un. Bisa melihat apa yang diperlihatkan dengan sifat bashar menjadi
bashirun. Bisa berbicara apa yang dibicarakan dengan sifat kalam menjadi
mutakallimun. Berdasarkan firman Tuhan Allah SWT: "Wahai jiwa yang
tenang" (Al-Fajar:27).
Tidak memisahkan Allah SWT dan Rasulullah SAW adalah bentuk pernyataan "ihdinash-shirathal mustaqim," bimbing kami ke jalan yang lurus. Jalan lurus itulah bentuk jalan keesaan. Esa yang memuji, Esa yang dipuji. Dua kalimah syahadat pun adalah esaNya restu, energi dan daya-upaya dariNya sang maha esa (Al-Ahad). Tetapi keesaan Tuhan tertutupi oleh 70.000 hijab dunia dan 70.000 hijab akhirat. 70.000 hijab cahaya dan 70.000 hijab kegelapan. Berlindung kepada Allah SWT dari seluruh godaan napsu (diri) dan godaan syaitan yang terkutuk. Hijab cahaya bisa berbentuk perbuatan baik yang terakui baik (ananiyah), seperti syahadatku, shalatku, shadaqahku. Atau hijab kegelapan seperti berzina, berjudi dan sebagainya.
Dapat menyampaikan kepada Allah Surah Yasin (36) ayat 21 menyatakan: "Ikutilah orang-orang yang tidak mengharapkan balasan darimu, dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk." Gambaran kecintaan Rasul kepada ummat, tandanya tidak memperkaya diri, sebab petunjuk (hidayah) bukan materi yang diperdagangkan. Hidayah iman lebih berharga daripada bumi seluruhnya walau berisi emas murni. "Alif. Lam. Mim. Ini Al-Quran yang tidak ada keraguan didalamnya, petunjuk bagi hamba yang bertaqwa." (Al-Baqarah:1-2). Alif. Lam. Ra. Dan huruf-huruf hijaiyah lainnya adalah petunjuk cahaya-cahaya.
Dalam surah Hud (11) banyak sekali disebutkan bahwa Rasul tidak
mengambil upah dari dakwah atau seruan yang mereka sampaikan, begitu juga ulama
akhirat. Sebab hidayah memang tidak bisa diperjualbelikan, melainkan atas dasar
kesadaran. Kesadaran iman yang tidak terbagi-bagi, iman yang tidak ada keraguan
sedikitpun. Bahwa setiap manusia dibangkitkan pada hari akhir dan dibalasi
sesuai dengan amalnya. Setinggi-tinggi iman yang tidak bisa ditimbang adalah
ilmu tentang iman ma'rifatullah. Ilmunya yang tinggi sehingga walaupun jauh
tetap dicari, walaupun sulit tetap ditempuh, walaupun terjal tetap didaki. Kecuali itu, ilmu pengetahuan tentang
ma'rifatullah bukan jauh, tetapi dekat. Dia (Allah SWT) berada dimana saja kamu
berada. Dia maha mendengar lagi maha melihat, Dia mengetahui apa yang masuk ke
dalam bumi dan apa-apa yang keluar dari bumi. Dan tidaklah ada yang tampak atau
yang tersembunyi, bahkan tidak ada sehelai daun yang jatuh ke bumi, daun yang basah
atau kering, kecuali dalam ilmu Allah dan telah tertulis dalam kitab induk
(lauh mahfudz). Dan Kami lebih dekat daripada urat leher manusia.
Mengerti proses datang dan mengerti proses pulang menjadi sangat
penting. Dalam kondisi dan situasi apapun, ketika datang nikmat dan ketika
pulangnya, ketika datang musibah dan ketika pulangnya. Datang dan pulang itulah
Diri, sebagai yang Dia kalamkan: "
... Sesungguhnya kami berasal dari Allah SWT (datang), dan sungguh kepadaNya
kami orang-orang yang kembali." (Al-Baqarah:156). Dalam segala hal
duniawiyah dan ukhrawiyah kembali kepada Diri yang tidak jauh, melainkan dekat.
Terasa jauh karena tidak berilmu, ketika telah mengilmu justru sangat dekat.
Surah Muhammad (47) ayat 19: "Wajib diketahui, bahwa tidak ada tuhan
kecuali Allah. Dan mohon ampunan atas dosamu, dan atas dosa mukminin dan
mukminat. Dan Allah maha mengetahui tempat perjalananmu dan tempat
tinggalmu." Disinilah kunci utama sebagai sumber mencintai Allah SWT dan
sekaligus mencintai Rasulullah SAW yang juga artinya mencintai dan menyayangi
diri (Adam). Adam dan bani Adam telah mendapat curahan rahmat agung berupa
mengenal Allah SWT dan Rasulullah SAW di medan-medan fuadi dan ruhi. Berakhlak
mulia kepada diri sendiri adalah berakhlak kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW,
niscaya efek kebaikan, kebenaran, kebahagiaan, ketenangan, kedamaian,
kasih-sayang (rahmaniyah) dan kecerahan (nuraniyah) kembali kepada diri (raji'
jamak raji'un).
Disini inti esa, esa yang tidak mendua (bukan dwi), esa yang tidak
mentiga (bukan tri), esa yang bukan meempat (bukan catur), bukan jamak (la
ta'addud). Berarti ikhlas sama dengan esa (surah Al-Ikhlas mempunyai nama lain
yaitu surah Al-Ahad). Rahasia pahala keutamaan (fadhilah) satu kali membaca
surah Al-Ikhlas ayat 1-4 yang berjumlah 4 ayat sama dengan membaca sepertiga
(1/3) Al-Quran atau membaca sepertiga dari alam semesta. Sebab alam semesta
adalah ayat-ayat Allah SWT (makro-kosmis). Diri manusiapun ayat-ayat Allah
(mikro-kosmis). "Apa yang disuruh ambil adalah kitab Taurat yang Kami
turunkan kepada Musa, kitab sebagai petunjuk berupa ayat-ayat perjanjian
kemudian pegang erat-erat olehmu Bani Israil. Dengan firman: Janganlah
mengambil penolong selain Aku (Allah), yaitu dzuriyat ummat beriman yang Kami
selamatkan bersama Nuh. Nuh adalah seorang hamba yang banyak bersyukur."
(Bani Israil:2-3). Diantara ayat-ayat perjanjian yaitu: "Jangan berbuat
kerusakan di muka bumi, niscaya kamu dikalahkan. Jika engkau berbuat baik,
kebaikan untuk dirimu (engkau yang memberi pasti engkau yang menerima). Jika
engkau berbuat jahat, kejahatan untuk dirimu (teori pantulan). Ikuti Al-Quran
sebagai petunjuk yang lebih lurus, suruhan kepada Bani Israil (ahli kitab
Taurat dan Injil) untuk mengimani Al-Quran dan beramal shaleh. Beriman kepada
Al-Quran serta beramal shaleh dengan petunjuk Al-Quran lurus akan mendapat
kabar gembira di akhirat (Arab: busyra, tsawab, Inggris: reward) yaitu pahala
yang agung (ridha dan surga). Sedangkan bagi yang tidak beriman kepada alam
akhirat, diancam dengan hukuman yang pedih yaitu murka Allah dan neraka (Arab:
'uqubat, Inggris: punishment). Dan manusia meminta disegerakan kejahatan
seperti mereka meminta disegerakan kebaikan, dan adalah manusia sangat
tergesa-gesa." (Bani Israil:4-11).
Trilogi, trientitas telah saling bertautan jangan pernah terpisah,
tercerai, terberai dalam tiga komunikasi shalat, shalawat, silaturrahim. Shalat
yang rahim, Dzuhur yang rahim, Ashar yang rahim, Maghrib yang rahim, 'Isya yang
rahim, Shubuh yang rahim. Bersambung berwasilah sebagai utusan, mediator
kehidupan (washilatul-hayah) adalah shalawat kepada utusan pembawa risalah
(rasul) dan pembawa berita (naba') yaitu
orangnya yang disebut nabi. Nabi yang rahim terjalin sesama ummat nabi yang
ummi (ruh alam semesta) dengan shilah (hubungan) rahim (kasih-sayang). Ketiga
ini, hakikatnya esa (Allah-Al-Ahad) saja yang maha kuasa (qudrat) lagi maha ada
(wujud). Jangan persekutukan Dia. Dia Esa tidak memiliki istri, tidak memiliki
anak.
Minimal bisa berkesadaran saat di alam rahim, kerahiman
(kekasih-sayangan) dan lahir ke muka bumi sebagai hari raya fitrah (yaumul 'id)
tanpa dosa. Bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya (waladathu ummuh). Hari raya
(yaumul 'id) adalah hari kesucian
(yaumul fithrah). Suci kuasa karena dikuasakan Tuhan (qudrat-qadirun). Suci
kehendak karena dikehendaki Tuhan (iradat-muridun). Dalam keesaan kuasa dan
kehendak Allah SWT Al-Ahad sungguh hanya ada Dia. Tidak ada Dia kecuali Dia (la
huw illa huw), Dia adalah Allah, tuhanku dan tuhanmu (Allahu rabbi wa
rabbukum), Dia Allah (huwallah). Tidak ada Engkau kecuali Engkau (la anta illa
anta), antallah. Allah SWT. SWT maha meliputi, maha memenuhi, maha memadati.
Sebenarnya hanya Dia (Allah) yang berkuasa (Huwal-huwa). Engkau (Allah) yang
berkuasa (Antal-anta). Aku (Allah) yang berkuasa (Anal-ana). Sebutan nama
jabatan, nama pangkat, nama gelar, nama sifat, nama diri telah menjadi hijab
(dinding) bagi Aku Allah (ana-Allah), Engkau Allah (anta-Allah), Dia Allah
(huwa-Allah). "Allah yang tidak ada
tuhan kecuali Dia ... "
(Al-Baqarah:255).
Kenyataan bahwa Allah SWT wujud nampak setiap hari pada kiriman
ayat-ayatNya. Seperti contoh akal yang berpikir? Hakikatnya bukan akal yang
berpikir, bisakah barang ciptaan berpikir? Logika mengajari, samakah tukang
kursi dengan kursi yang dibuatnya? Atau seorang pemahat patung manusia, samakah
tukang pahat dengan hasil pahatannya? Pasti berbeda, makna seperti ini adalah:
"Laisa kamislihi syai-un, wahuwassami'ul bashir." (Asy-Syura:11).
Telah banyak dibeberapa surah dan ayat-ayat Al-Quran bahwa Dia
Allah SWT memaparkan ayat-ayat yang tertulis (kitabiyah) dan ayat-ayat yang
tercipta (kauniyah). Al-Quran kecil dan Al-Quran besar, "sanurihim ayatina
fil-afaq (makro), wa fi anfusihim (mikro)." Dalam ayat: "Barang siapa berbuat kebaikan, maka
pahala kebaikan untuk dirinya sendiri, dan barang siapa berbuat kejahatan, maka
dosa kejahatan untuk dirinya sendiri. Dan Tuhanmu tidak pernah berbuat dzalim
kepada hamba-hambaNya." (Fushshilat:46). Sedang alam makro seluas
tingkatan alam adalah kuasa Tuhan. Dalam seluruh dan setiap tingkatan alam
nasut (alam manusia), alam malakut (alam malaikat), alam lahut (alam
ketuhanan). Tanda-tanda (ayat) Allah SWT terbentang dalam kalamullah kitabiyah
Al-Quran dan ayat-ayat yang terbentang dalam kalamullah kauniyah. "Akan
Kami perlihatkan pancaran cahaya ayat-ayat Kami pada seluruh penjuru
(makrokosmos) dan pada diri mereka sendiri (mikrokosmos), sehingga jelas bagi
mereka bahwa Al-Quran itu benar (metakosmos). Tidak cukupkah bagi kamu bahwa
Tuhanmu maha menyaksikan tiap-tiap sesuatu. Ketahuilah sesungguhnya mereka
dalam keraguan berjumpa dengan Tuhan mereka. Ketahuilah sesungguhnya Dia maha
meliputi tiap-tiap sesuatu." (Fushshilat:53-54).
Keesaan (ahadiyah) bukan ilmu dan bukan amal, sebab bila berstatus
ilmu atau amal pasti ditimbang di neraca (mizan). Keesaan tidak bisa ditimbang
sebab dia bukan materi, bukan benda. Keesaan bukan diucap bukan dibuat, apalagi
dibuat-buat. Keesaan bukan direkayasa, bukan ditulis, bukan dihapal, bukan
dibaca. Apa yang tidak bisa dihitung adalah ilmu keesaan Allah SWT Al-Ahad dan
amal keesaan Allah SWT Al-Ahad. Artinya ilmu ketika sudah tidak menjadi ilmu
dan amal ketika sudah tidak menjadi amal. Lalu menjadi apakah keduanya? Menjadi
keesaan, keesaan yang dirasa tidak mendunia dan tidak mengakhirat, ilmu adalah
esa, amal adalah esa. Ilmu gerak pikir adalah esa dan amal gerak tubuh adalah
esa. Bisakah esa dihitung? Esa sendiri bukan berwujud ilmu dan esa sendiri
bukan berwujud amal. Esa menyatakan: "Allah menyaksikan sungguh Dia tiada
tuhan kecuali Dia, malaikat dan orang-orang yang berilmu benar-lurus
(menyaksikan) tiada tuhan kecuali Dia, maha perkasa maha bijaksana." (Ali
Imran:18). Kenyataan alam dalam musyahadah (kesaksian, menyaksikan dan
disaksikan) adalah kenyataan Dia, tidak ada yang lain selain Dia. Dia bertajalli
pada sesuatu dengan namaNya Asy-Syahid (menyaksikan dan disaksikan) adalah esa.
Dia bertajalli pada sesuatu dengan namaNya Al-Muhidh (meliputi dan diliputi)
adalah esa. Dia bertajalli pada sesuatu dengan namaNya Al-Karim adalah esa.
Asy-Syahid, Al-Muhidh, Al-Karim adalah tajalli nama dari nama-nama Allah SWT
(tajalli isim min asmaillah SWT).
Tetapi esa bukan nama, bukan menyembah nama dan makna. Nama dan
makna masih berada pada kawasan pikir. Arif billah adalah orang yang tidak
menyembah nama dan makna, kedudukan mereka mukmin haqqa (beriman sejati).
Sampai (wushul) kepada Dia yang si-hamba sudah tidak mampu lagi bicara (mati),
hamba sudah tidak berkesadaran hamba (mati). Saat hamba telah mati nama dan
mati makna disini orang beriman yang semurni-sejaya-sempurna (mukmin haqqa).
Guru kami, Syekh Usman Al-Muqaddas telah menjelaskan dalam mudzakarah Jama'ah
Tauhidiyah Ahadiyah Pontianak.
Semua uraian berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits sebagai ciri tauhid
syar'i, tasawuf murni dan akhlak mulia-tinggi. Susunan kurikulum Al-Quran
tersebut adalah GPS, peta dunia dan akhirat.
Demikian isi Al-Quran sebagai bentuk kasih sayang Allah SWT kepada
utusanNya, Muhammad SAW. Masih banyak rahasia-rahasia Al-Quran yang belum
terungkap. Al-Quran sebuah hadiah hidayah terbesar dari Allah SWT untuk seluruh
alam semesta. "Ha Mim. Demi Al-Quran yang nyata." (Ad-Dukhan:1-2).
Al-Quran membicarakan tentang Rasulullah SAW dan untuk Rasulullah SAW.
Kemuliaan dan keagungan Al-Quran Al-Karim telah mengantar jalan lurus, jalan keesaan.
Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar