TAFAKKUR MALAM - HADIAH LANGSUNG DARI ALLAH
TAFAKKUR MALAM
HADIAH
LANGSUNG DARI ALLAH
Oleh
Ma’ruf
Zahran
SALAT adalah satu-satunya hadiah langsung dari Allah SWT tanpa
perantara. Istilahnya, anugerah salat yang tanpa berperantara malaikat Jibril,
sebab betapa agungnya salat sebagai capaian terbesar dalam dzikir (dzikir
akbar). Memikirkan salat pun dalam bentuk bagaimana supaya kualitas salat
semakin meningkat? Dengan cara berguru yang selalu memberi arah kepada jalan
Tuhan (mursyid rabbani) sebagai pelajaran bagi para murid atau para salik. Memikirkan
salat termasuk bagian dari pembahasan dan pemikiran sebagai capaian terbesar
dalam pikir (fikir akbar).
Berbeda dengan perintah-perintah lain dari Allah SWT yang selalu
berperantara malaikat Jibril. Salat yang
langsung datang dari Allah SWT, telah Dia jelaskan dengan sifatNya di penggalan
akhir surah Al-Isra' ayat 1: " ... Sesungguhnya Dia maha mendengar maha
melihat."
MendengarNya seluruh apa yang didengar, didengar karena ada yang
berkalam dan yang berkalampun adalah Dia. MelihatNya seluruh yang dilihat dan
dalam restuNya seseorang dalam melihat dan dilihat dalam perjalanan setiap hari
yang agung (isra' dan mi'raj) adalah hamba yang telah tiada merasa kaya tetapi
hamba yang hampa ('abdihi). Keyakinan inilah hamba menjadikan hati nurani yang
hidup dengan "diperjalankan" (asra bi 'abdihi), kejadian pada
sebagian malam (laila) dari suci menuju suci. Nanti Dia perlihatkan
kebesaranNya (musyahadah dan mukasyafah kubra). Demikian hakikat sami' dan
bashir yang melembaga dari Rab kepada Muhammad, kemudian dari Muhammad kepada
ummat sebagai jalan datang
(tanazzuliyah) dan dari ummat, Muhammad kepada Rab adalah jenjang-jenjang jalan
pulang (tarqiyyah).
Dalam perjalanan itulah terjadi pemandangan rahasia
(bashirah-sarirah), pendengaran rahasia (sam'iyyah-sarirah) dan pembicaraan
rahasia (kalamiyyah-sarirah). Dan ketiganya terjadi berjalan seiring dengan
melipat waktu dan melipat tempat (la zaman wa la makan), tiada waktu tiada
tempat, tetapi ada. Kehebatan Tuhan, kekuatan Tuhan, keagungan Tuhan, kesucian
Tuhan (subhanallah) terbuka tujuh petala langit, terbuka rahasia alam barzakh,
rahasia alam surga dan rahasia alam neraka, alam nasut, alam malakut, alam
jabarut, alam lahut. Totalitas pandangan, pendengaran dan pembicaraan
dianugerahkan dengan sempurna secara rahasia kepada sayyidil awwallin dan
sayyidil akhirin. Kesempurnaan (kamilah) ketiganya yaitu sam'iyyah kamilah,
bashirah kamilah, kalamiyyah kamilah tidak bisa dijelaskan, tidak bisa diukur,
bahkan tidak bisa ditempuh karena bukan keterangan, bukan kejelasan, dan bukan
perenungan (la bayanah, la burhanah, la 'irfanah).
Masih di bulan Rajab tentang perintah salat, maka salat menjadi
penciri utama umat Muhammad SAW. Seharusnya umat dengan nabiNya selalu
beriringan tidak berselisih dalam hal apapun. Terutama dalam sifat-sifat utama
yang terdapat pada surah Al-Fath (48) ayat 29: "Muhammad Rasulullah
(Muhammad utusan Allah), dan orang-orang yang bersama dengannya adalah tegas
terhadap kekafiran (keingkaran), tetapi kasih sayang sesama mereka. Kamu lihat
mereka ruku' dan sujud (salat) untuk mencari karunia dari Allah dan keridhaan
Nya ... "
"Tanda-tanda mereka tampak dari bekas sujud ... " (Al-Fath:29). Mushalli dari umat
Muhammad SAW yang berarti adalah mereka yang mendirikan salat dengan benar.
Tanda diterimanya salat tampak dari perkataan dan perbuatan. Dampak sujud
(atsaris-sujud) dari sudut perkataan yang diucapkan adalah perkataan Nur Muhammad SAW yang mengandung hikmah,
semakin hari semakin sopan dan santun. Dampak dari perbuatan adalah perbuatan
yang mengandung hikmah (kumpulan kebaikan). Tanda-tanda umat Muhammad SAW telah
tertulis di dalam kitab-kitab terdahulu.
Cahaya sujud berdasarkan iman kepada Allah SWT dan beriman kepada
Nur Muhammad SAW. Azazil sejak dahulu sampai ke neraka Jahannam tidak mau sujud
kepada Adam, karena di dalam ruh Adam terdapat
Nur Muhammad SAW Rasulullah SAW.
Salat merupakan arti wasilah yang dapat menyambungkan pada seluruh
kabel-kabel kehidupan dunia dan akhirat secara keseluruhan berdasarkan firman
Allah SWT: "Dan berpeganglah kamu kepada tali agama Allah dan jangan kamu
bercerai-berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu. Ketika kamu dahulu
bermusuhan, kemudian Allah melembutkan hatimu, didamaikannya kamu, dengan
nikmatNya kamu menjadi bersaudara. Dan ketika kamu dahulu berada di tepi jurang
neraka, maka Allah menyelamatkanmu. Demikian itulah Allah menjelaskan ayat-ayatNya
untukmu, semoga kamu mendapat petunjuk." (Ali Imran:103).
Penyambung, penajam, pengasah, dan penerang hati menuju Allah SWT
adalah salat. Salat yang benar di dunia hakikatNya sudah mengenalNya, dariNya,
untukNya dan kepadaNya, berdasarkan suruhan dariNya, untukNya dan kembali
kepada Nya. Berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 45-46:
"Dan mohonlah pertolongannya (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan
(salat) sungguh berat, kecuali bagi
orang-orang yang khusyu', yaitu mereka yang yakin akan menemui Tuhannya, dan
yakin akan kembali kepadaNya."
Orang yang benar salatnya di dunia berarti telah
"melihat" dengan Allah, bi 'ainillah (dengan mata Allah). Apabila
umat Muhammad SAW meyakini bahwa penting mengimani memandang dengan pandangan
Allah (bashirah minallah) kenapa harus ditakuti atau minimal dicurigai? Inilah
kesalahan yang merasa diri telah kuasa melihat, diri yang telah kuasa
memandang. Kemudian diri telah merasa memiliki penglihatan dan memiliki
pendengaran, lalu mengaku merasa bersyahadat, bersalat, berzakat, berpuasa,
berhaji dan berinfak. Hakikatnya hanya Allah SWT Al-Qadir Al-Muqtadir yang
mampu berinfak dengan sempurna (infaq kamaliyah), syariat kenyataan telah Dia
kuasakan harta kepada manusia sebagai pemiliknya (amanah) untuk diinfaqkan ke
jalan Allah SWT, sebagai yang telah Allah SWT Al-Fattah sebutkan dalam surah Al-Hadid
(57) ayat 7: "Berimanlah kamu kepada Allah dan RasulNya, berinfaklah dari
sebagian harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai pemiliknya (amanah). Maka mereka yang beriman berinfak dan mereka
mendapat pahala yang besar (ridha Allah dan dan surga Firdausi a'la)."
Salat sebagai shilah antara hamba dengan Allah berkat maha guru
besar Rasulullah SAW dengan cahayanya adalah berasal dari cahaya Allah SWT, sesungguhnya
pandangan yang nyata tiada tertutupi oleh mendung atau awan gelap. Melalui
pengkajian tepatnya 114 surah dan 6.666 ayat telah terjabar dalam rangka supaya
Dia tidak terhijab oleh kitab dan oleh para pembaca kitab. Melainkan umat
Muhammad disuruh memahaminya sebagai engkau sang khalifah (mustakhlafina fihi),
the captain, the owner.
Dalam pandangan (basirah) yang dianugerahkanNya terdapat beberapa
pandangan (basirah) yaitu:
1. 'Ainul
basirah.
Pandangan mata dzahir ('ain) merupakan pandangan orang kebanyakan
(pandangan awam) atau basrul 'awwam. Pandangan orang-orang yang ingkar kepada
Nur Muhammad SAW duduk pada lensa mata telanjang ini. Mereka membangun logika menyesatkan
dengan pernyataan tidak mungkin Muhammad bin Abdullah menjadi utusan Tuhan yang
membawa berita wahyu, kemudian apa bedanya dengan manusia-manusia lain. Tidak
mungkin utusan Tuhan pernah mengembalakan ternak seperti kita-kita? Laki-laki
itu (Muhammad) sungguh pendusta,
penyihir, berpenyakit ayan. Muhammad bila dia mengaku utusan Allah (Rasulullah)
tetapi masih berjalan di pasar-pasar (yamsyuna fil aswaq), mengaku utusan
tetapi masih makan seperti kita (yuth'imunath-tha'am). Nabi seperti itu? Rasul
seperti itu? Tidak beda dengan orang lain! Jelas bukan utusan Tuhan!
Dalam surah Hud banyak diceritakan penolakan terhadap para utusan
dan para penyampai, bahwa Hud adalah seorang laki-laki yang paling miskin
diantara kami, tidak mungkin mengangkatnya sebagai utusan! Sementara kami lebih
hebat dari segi kepintaran dan kejasmanian (basthatan fil 'ilmi wal jismi).
Logika yang ditegakkan oleh para penentang Rasul telah menyamakan bahkan Hud
dipandang lebih rendah kapasitas intelektual dan kapasitas tubuhnya.
Salat yang masih berada pada tingkat 'ainul basirah wajib
ditingkatkan pada maqam (kewibawaan) 'ainul yaqin. 'Ainul yaqin inilah derajat
terang versus derajat gelap di akhirat. Kegelapan akhirat seluruhnya telah
Allah SWT An-Nur bongkar dalam totalitas ayat pada surah Thaha (20).
2.
Ilmul basirah.
Dalam konteks ini juga para penentang Nur Muhammad SAW terhenti
pada ilmu. Bahwa ilmu yang selalu berlandaskan data dari sumber wawancara,
pengamatan dan dokumen tidak ditemukan Nur Muhammad SAW. Sehingga wafat mereka
tanpa sempat mengimani Nur Muhammad SAW. Padahal dibutuhkan kesediaan waktu
untuk sedikit terbuka memahami hidayah Nur Muhammad SAW yang termaktub dalam
Al-Quran dan Al-Hadits sebagai dua sumber yang bercahaya. Dibutuhkan sedikit
waktu untuk percaya pada ayat-ayat tercipta di alam semesta segala bukti cahaya
Nur Muhammad SAW yang telah Tuhan bangkitkan dan utuskan untuk alam semesta
sebagai rahmat. Nur Muhammad SAW itulah rahmat (baca: Al-Anbiya' ayat 107). Dan
baca fungsi utusan sebagai pengajar dan pendidik serta penyuci jiwa ummat
(baca: Al-Jumu'ah ayat 2).
Salat pada tingkat ilmul-bashirah dapat ditingkatkan levelnya
menjadi salat dengan karamah ilmul-yaqin. Berdasarkan firman Tuhan yang maha
suci: "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau diantara
orang yang bersujud. Dan sembahlah Tuhanmu sampai yaqin itu datang
kepadamu." (Al-Hijir:98-99).
3.
Haqqul basirah.
Haqqul basirah belum bisa mengantarkan kepada keyakinan tulus
mengimani Nur Muhammad SAW. Sebab Nur tidak bisa dimengerti kecuali dengan Nur.
Selain Nur adalah dzulumat (kegelapan-kegelapan). Dalam surah Al-Baqarah (2)
ayat 257 menggambarkan Nur yang diyakini bahwa Allah adalah Al-Wali (maha
pelindung) orang-orang yang beriman. Allah Al-Wali mengeluarkan mereka dari
kegelapan menuju Nur.
Duduk pada maqam haqqul basirah artinya masih bisa ditipu-dayakan
oleh Iblis yang menyamar malaikat atau jin. Jin kafir tidak segan-segan mengaku
Allah SWT, mengaku Rasulullah SAW, mengaku Waliyullah. Karamah-karamah
dihadirkan dalam rangka mengelabui kaum muslimin dan muslimat, lancar bicaranya
seperti pengkhotbah.
Sungguh sangat tipis beda antara haqiqatul-muhammadiyah dengan
haqiqatul-iblisiyah. Ranah hakikat yang jika keduanya dikaji sama-sama menggunakan dalil. Artinya dapat dipahami
derajat hakikat belum menyampaikan kepada Nur Muhammad SAW. Sebab inti hakikat
muhammadiyah dan inti hakikat azaziliyah/iblisiyah juga berhubungan dengan
versi alam ghaib.
Tetapi kajian hakikat muhammadiyah bisa mengantar kepada Nur
Muhammad SAW sementara kajian hakikat iblisiyah tidak bisa mengantar kepada Nur
Muhammad SAW. Orang-orang yang terhenti pada kajian hakikat muhammadiyah pun
belum sampai kecuali Allah SWT jalla wa akbar yang menyampaikan kepada Nur
Muhammad SAW.
Berpindah seseorang secara bertahap mendaki menuju tuhan, Allah SWT
yang bukan aksara, bukan nama, bukan sifat, bukan dzat (diri). Nur Muhammad SAW
yang berhadapan di hadhrat Rabbun-Karim-Qudus saat Mi'raj Nur Muhammad
SAW. Pandangan yang maha sempurna tetapi
tidak bisa dijelaskan, pandangan yang maha agung tetapi tidak bisa diterangkan.
Itulah iman Abu Bakar Ash-Shiddiq kepada Nur Muhammad SAW, iman yang tanpa
tanya, iman yang tanpa bersoal-jawab.
Haqqul basirah masih mau mendalil, masih mau bertanya, masih mau
menjawab. Sebab martabat derajat haqqul basirah masih menuntut dalil hakikat.
Artinya masih ada minimal tiga unsur dunia hakikat, hakikat yang bertanya,
hakikat yang menjawab dan hakikat dalil sebagai materi yang boleh didebatkan
atau dipahamkan. Salat pada tingkat (maqam) ini selayaknya mengantarkan kepada
haqqul yaqin.
4.
Nurul basirah.
Nurul basirah itulah Rasulullah SAW yang setinggi capaian beragama
khalish-mukhlis. Waktu memang singkat di alam dunia, sehingga banyak
saudara-saudara kaum muslimin dan muslimat yang wafat tanpa sempat mengetahui Nur
Muhammad Rasulullah SAW.Sang pembawa amal ibadah yang telah Allah SWT suruh
cari selama raga dan rasa masih hidup. Suruhan tersebut adalah: "Wabtaghu
ilaihil wasilah." Artinya: Carilah jalan-jalan yang dapat mengantarkanmu
mengenalNya (Allah). Jalan itu adalah Nur Sabilul Muhammad SAW.Salat yang telah
duduk pada maqam nurul bashirah dapat ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi
lagi yaitu nurul yaqin.Allah-Muhammad kemesraan dalam Al-Quran, Allah-Muhammad
keindahan di alam surga, Allah-Muhammad menyinari dunia-akhirat, Allah-Muhammad
jaya-sempurna. Semoga Allah-Muhammad merahmati ummat sayyidina Muhammad SAW.
Allahummaghfir ummata sayyidina Muhammad, Allahummarham ummata sayyidina Muhammad,
Allahummanshur ummata sayyidina Muhammad, Allahummajbur ummata sayyidina Muhammad. Allahummastur ummata sayyidina Muhammad. Allahummaftah ummata sayyidina Muhammad. Allahumma-ashlih ummata sayyidina Muhammad. Bi haqqi
sayyidina Muhammad SAW, bi jahi sayyidina Muhammad SAW, bi hadi sayyidina
Muhammad SAW, bi nuri sayyidina Muhammad SAW.
Kajian terakhir secara khusus ini memuat keempat dimensi tersebut
akan bercahaya sempurna (nuriyah kamaliyah) artinya memaksimalkan keridhaan
Allah SWT pada tahap 'ainul yaqin dengan 'ainullah (mata Allah) bibarkati
Rasulillah SAW. Ilmul yaqin dengan 'ilmullah bibarkati Rasulillah SAW. Haqqul
yaqin dengan haqqullah bibarkati Rasulillah SAW. Nurul yaqin dengan nurullah
SWT bibarkati Rasulillah SAW. Demikian hakikat yang -insya Allah- dapat
menembus tipu-muslihat Dajjal. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar