SELAMAT MEMPERINGATI ISRA' MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

SELAMAT MEMPERINGATI ISRA' MI'RAJ NABI MUHAMMAD SAW

Oleh
Ma’ruf Zahran

SEKARANG umat berada di bulan Rajab 1444 H/2023 M, tiada terasa akan menyusul Sya'ban dan Ramadan. Tiga bulan ini sangat mulia dalam Islam, selain Rajab dan Sya'ban merupakan bulan-bulan persiapan menghadapi Ramadan (tarhib Ramadhan). Kecuali itu, Rajab bulan ampunan sebagai diibaratkan bulan Allah SWT yang maha pengampun (Rajab syahrullah). Sya'ban merupakan bulan Rasulullah SAW, sya'ban bulanku ( Sya'ban syahri), Ramadan bulan ummatku (Ramadhan syahru ummati).

Tepatnya 27 Rajab tahun ke 11 kenabian di usia beliau 52 tahun, Muhammad Rasulullah SAW di isra' mi'rajkan. Dalam perjalanan isra'  mi'raj sebenarnya ada tiga dimensi yang melingkupinya. Pertama lingkup syariat yaitu isra'. Isra' bisa dimaknai dengan perjalanan sebagian malam dari masjidil haram di Mekah ke masjidil aqsha (aqsha artinya sangat jauh)  di Palestina. Kemudian ada tempat perhentian (halte) dalam perjalanan isra'. Adapun kota-kota perhentian tersebut adalah Madinah Thayyibah (kota terbaik negeri hijrah), kota Madiyan tempat Nabi Syu'aib, bukit Tursina tempat Nabi Musa berkalam-kalam dengan Tuhannya secara langsung (wakallamallahu musa taklima). Transportasi kendaraan yang digunakan adalah buraq, buraq yang artinya kilat (barqun). Perjalanan bumi ini  ditempuh hanya sekitar satu sampai dua jam, bahkan lebih cepat daripada itu.

Kedua lingkup hakikat yaitu mi'raj. Mi'raj sudah berdimensi dari bumi (aqsa) ke langit sampai ke sidrah al-muntaha (pohon terakhir-pucuk). Kawasan langit hakikat inilah sebuah kajian yang memasuki wilayah hikmah. Sehingga tidak bisa diceritakan kecuali dirasakan saat ruh menanjak dan memasuki langit pertama sampai tujuh. Setiap langit memberikan pengalaman spiritual (ruhiyah) yang berbeda-beda kepada Nur Muhammad Rasulullah SAW. Bahan kajian pada wilayah ini sudah berbicara tentang hikmah salat. Ketiga lingkup ma'rifat, lingkup tertinggi dalam seluruh kajian isra' dan mi'raj dengan sigma tidak terbatas, tidak terjangkau dan tidak terulas. Martabat ma'rifat berbasis rasa dan rahasia sehingga tidak bisa lagi dikisahkan karena bukan kisah, tidak bisa dikuliahkan karena bukan silabus kuliah.

'Ajib empat surah bertajuk kebesaranNya secara berturut-turut yaitu Al-Isra (17), Al-Kahfi (18), Maryam (19)  dan Thaha (20). Keempat surah tersebut berbicara ketiga lingkup martabat (maqamat) syariat, hakikat dan ma'rifat. Ketiga lingkup di atas telah dilewati Nabi Muhammad Rasulullah SAW dalam isra' yang isra'kan, dalam mi'raj yang dimi'rajkan. Spiritualitas inilah hadiah terbesar Rasulullah Nur Muhammad SAW kepada umat berupa tiga kategori salat. Pertama "shalatihim hafidzun." Mereka yang menjaga salatnya merupakan golongan yang dimuliakan sebagaimana firman Tuhan Allah SWT Al-Karim: "Dan mereka yang menjaga (memelihara) salatnya, mereka dimuliakan di dalam surga." (Al-Ma'arij:34-35).

Kedua "shalatihim khasyi'un." Salat khusyu' adalah visual dan audio kepasrahan kepada Allah SWT Al-Jalil yang berdimensi hati (fuadi). Hati yang tenang (tumakninah), bahagia (sa'adah), gembira (farhanah) adalah penciri orang-orang salat khusyu' yang tampak dalam keseharian selain sabar, syukur dan keberuntungan hidup  yang selalu melingkarinya dalam kalamullah disebutkan: "Sungguh sangat beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam salatnya." (Al-Mukminun:1-2).

Keberuntungan orang-orang yang khusyu' karena mereka telah duduk pada maqam (jamak: maqamat) sabar yang melahirkan keadaan (hal, jamak: ahwal) al-qurbu billah. Al-qurbu billah artinya dekat dengan Allah SWT. Dan maqam syukur yang melahirkan al-haya'. Al-Haya' artinya malu kepada Allah SWT. Syukur dan sabar merupakan dua akhlak mulia kepada Allah SWT Ash-Shabur dan Asy-Syakur akan melahirkan akhlak ridha kepada Allah SWT. Syukur, sabar dan ridha adalah tempat kedudukan hambaNya yang menjadi kekasihNya di dunia dan di akhirat.

Ketiga "shalatihim da-imun." Salat da-im sama kandungan maknanya dengan dzikir da-im. Da-im artinya yang berketerusan, tiada henti. Pengertian dan batasan sederhana bisa diupayakan untuk mendekati arti "daim." Daim secara bahasa bisa diterjemahkan dengan kekal, stabil, tetap tayang. Tetap tayang dapat pula tidak berkeadaaan lupa atau lalai saat dimuliakan karena berlimpah rezeki daripada orang lain (akraman). Tidak berkeadaaan kesah dan gelisah saat dihinakan ketika terkurang rezeki dari pada orang lain (ahanan), tetap stabil imannya, inilah iman yang kekal (imanan daima). Permisalan yang lain dapat ditarik dari unsur penciptaan manusia, sifat asal manusia diciptakan tergesa-gesa ('ajula). 'Ajula disini bermakna jiwa yang labil, jiwa yang tidak berintegritas atau hamba keadaan, hamba dari keadaan senang atau hamba dari keadaan sulit,  dan bukan hamba Allah SWT, sebagai yang telah Dia firmankan: "Sungguh Kami telah menciptakan manusia bersifat suka mengeluh. Bila diberi kesulitan dia berkeluh-kesah. Bila diberi kebaikan dia kikir, kecuali orang-orang yang salat daim." (Al-Ma'arij).

Kembali kepada topik isra' mi'raj, Nabi Muhammad SAW  berjalan di bumi dalam rangka bahwa Dia memperlihatkan tanda-tanda kekuasaanNya yang jangan dibantah. The reality sejarah ummat terdahulu seperti ummat Nabi Musa 'alaihissalam dengan artefak sejarah Mesir kuno (5000 tahun sebelum masehi), situs laut merah tempat tenggelamnya Fir'aun dan bala tentaranya ketika Musa  membelah laut. Simbol membelah laut menjadi bahan ajar Muhammad dan menjadi bahan belajar ummat. Membelah laut merah artinya jalan tengah yang lurus di dalam dasar laut menunjukkan bahwa jalan tengah itu adalah hati. Shirathalmustaqim itulah ummat pertengahan yang menggambarkan ummat Muhammad SAW yang akan Allah SWT hadirkan di ujung masa, tetapi masa tersebut adalah hari ini. Hari ini bahkan minimal 17 x dalam sehari-semalam surah Al-Fatihah dibaca, dihayati arti yang dikandungnya. Pertama bahwa Dia telah membongkar kedok putih yaitu orang-orang yang dimurkai (maghdhub). Berlindung kepadaMu ya Allah dari perilaku orang-orang yang Engkau murkai karena telah menyesatkan orang lain. Maghdhub dalam sejarah adalah ummat Yahudi dan orang-orang yang sewatak dengannya. Kedua, dhal (sesat) dalam arti mau disesatkan oleh rasul palsu, rasul culas, kitab palsu, ajaran palsu. Dalam firmanNya: Ghairil maghdhubi 'alaihim (bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai), waladh-dhallin (dan bukan jalan orang-orang yang sesat).

Tujuan isra' adalah "linuriyahu min ayatina," untuk memperlihatkan sebagian dari ayat-ayat Kami. Jika engkau (Muhammad) ingin mendengar kalam-kalam ayat Kami, mendengarlah dengan tajalli Allah SWT yang maha mendengar. Jika engkau (Muhammad) ingin melihat kalam-kalam ayat Kami, melihatlah dengan tajalli Allah SWT yang maha melihat. Sebab hanya Dia yang maha mendengar maha melihat, tidak ada yang selain Dia. "Maha suci (Allah) yang memperjalankan hambaNya dari masjidil haram ke masjidil aqsha yang telah Kami berkahi di sekelilingnya. Untuk Kami perlihatkan kepadanya (Muhammad) tentang sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia maha mendengar maha melihat." (Al-Isra':1). Selain Dia adalah tuli (summun) dan buta ('umyun). Kecuali memohon kepadaNya untuk bisa mendengar dengan restuNya, memohon kepadaNya untuk bisa melihat dengan restuNya.

Sedang mi'raj secara bahasa adalah naik. Naik melalui tangga-tangga langit secara rohani, sulit digambarkan. Visual mi'raj sekedar untuk memudahkan pemahaman ummat. Langit yang tujuh, Arasy yang agung adalah kata yang belum mampu mewakili keluasan ilmu Allah SWT. Dengan perintah salat wajib lima waktu sehari semalam akan terjalin hubungan harmonis yang aktif dengan Allah SWT. Salat wajib berwaktu subuh adalah salat Nabi Adam as, salat wajib berwaktu Dzuhur adalah salat Nabi Musa as, salat wajib berwaktu Asar adalah salat Nabi Zakaria as, salat wajib berwaktu Maghrib adalah salat Nabi Ibrahim as, salat wajib berwaktu Isya' adalah salat Nabi Isa putera Maryam binti Imran. Salat menjadi tiang agama, sungguh barangsiapa yang mendirikannya berarti telah mendirikan agamanya. Dan barangsiapa meninggalkannya berarti telah merobohkan agamanya. Salat menjadi satu indikator dari indikator muslim, mukmin, muttaqin.

Tiga dimensi perjalanan dan pengembaraan menembus tiga waktu, ruang dan kondisi yang berbeda yaitu: Pertama, bentangan alam isra' yang dapat diartikan menembus bumi. Menembus bumi ini sulit diimani kecuali hanya oleh mukmin mukhlis yaitu  beriman kepada yang ghaib. Dua, bentangan alam mi'raj yang bisa diartikan dengan meminjam istilah menembus langit (ghaib). Tiga, bentangan alam Al-Ahad adalah alam Esa yang tidak terbaca. Mutlak kemutlakan sang Ahad (ghaibul-muthlaq). Ketiga dimensi alam ini wajib diimani dengan Nur Muhammad SAW.

Salat bukan beban, namun hadiah yang termahal dari Rabb (Tuhan). Ketenangan hidup dan mati hanya ditemukan saat telah mengenalNya. MengenaliNya akan mengarah kepada menyembahNya secara tulus. Bukan karena berpengharapan masuk surga dan bukan pula takut dengan neraka. Namun salat yang berangkat dari rasa syukur kepada Allah SWT Asy-Syakur akan menjadikan salat bernilai mulia.

Mengingat salat merupakan ibadah yang paling utama diantara ibadah-ibadah lain. Allah SWT jelaskan dalam firmanNya: "Bacalah kitab (Al-Quran) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sungguh mengingat Allah (salat) lebih besar (keutamaannya daripada ibadah yang lain). Dan Allah (Dia) mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan." (Al- Ankabut:45). Terdapat dua gangguan terbesar untuk mendirikan shalat lima waktu. Pertama, hawa napsu. Keinginan diri (hawa napsu) yang mengajak kepada  mengababaikan dan meninggalkan salat, mulai dari malas dan berat  mendirikan salat sampai tidak salat sama sekali serta keadaan mereka yang memperturutkan hawa napsu. Perlu ruqiyah dan pengobatan khusus terhadap prilaku menyimpang yang tidak mau salat yang berarti di dalam dirinya diri (napsu) durhaka dan jin (qarin) yang durhaka, sebagaimana firman Tuhan yang agung: "Kemudian datang generasi pengganti mereka (setelah orang-orang saleh), generasi yang mengabaikan salat dan memperturutkan keinginan diri, nanti mereka akan tersesat, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka akan masuk surga serta tidak didzalimi sedikitpun." (Maryam:59-60). Kedua, permainan dunia. Mengenai permainan dunia yang dapat melalaikan dari salat telah Dia peringatkan di dalam surah Al-Jumu'ah (62) ayat 11: "Dan apabila mereka melihat perdagangan dan permainan, mereka segera menuju kepada keduanya (dagang dan main), dan mereka meninggalkan engkau (Muhammad) yang sedang berdiri (khutbah). Katakan (Muhammad): Apa yang ada di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perdagangan, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki."

Salat adalah satu-satunya hadiah langsung dari Allah SWT tanpa perantara. Istilahnya, anugerah salat yang tanpa berperantara malaikat Jibril, sebab betapa agungnya salat sebagai capaian terbesar dalam dzikir (dzikir akbar). Memikirkan salat pun dalam bentuk bagaimana supaya kualitas salat semakin meningkat? Dengan cara berguru yang selalu memberi arah kepada jalan Tuhan (mursyid rabbani) sebagai pelajaran bagi para murid atau para salik. Memikirkan salat termasuk bagian dari pembahasan dan pemikiran sebagai capaian terbesar dalam pikir (fikir akbar).

Berbeda dengan perintah-perintah lain dari Allah SWT yang selalu berperantara malaikat Jibril.  Salat yang langsung datang dari Allah SWT, telah Dia jelaskan dengan sifatNya di penggalan akhir surah Al-Isra' ayat 1:  "  ... Sesungguhnya Dia maha mendengar maha melihat." MendengarNya seluruh apa yang didengar, didengar karena ada yang berkalam dan yang berkalampun adalah Dia. MelihatNya seluruh yang dilihat dan dalam restuNya seseorang dalam melihat dan dilihat dalam perjalanan setiap hari yang agung (isra' dan mi'raj) adalah hamba yang telah tiada merasa kaya tetapi hamba yang hampa ('abdihi). Keyakinan inilah hamba menjadikan hati nurani yang hidup dengan "diperjalankan" (asra bi 'abdihi), kejadian pada sebagian malam (laila) dari suci menuju suci. Nanti Dia perlihatkan kebesaranNya (musyahadah dan mukasyafah kubra). Demikian hakikat sami' dan bashir yang melembaga dari Rab kepada Muhammad, kemudian dari Muhammad kepada ummat  sebagai jalan datang (tanazzuliyah) dan dari ummat, Muhammad kepada Rab adalah jenjang-jenjang jalan pulang (tarqiyyah).

Dalam perjalanan itulah terjadi pemandangan rahasia (bashirah-sarirah), pendengaran rahasia (sam'iyyah-sarirah) dan pembicaraan rahasia (kalamiyyah-sarirah). Dan ketiganya terjadi berjalan seiring dengan melipat waktu dan melipat tempat (la zaman wa la makan), tiada waktu tiada tempat, tetapi ada. Kehebatan Tuhan, kekuatan Tuhan, keagungan Tuhan, kesucian Tuhan (subhanallah) terbuka tujuh petala langit, terbuka rahasia alam barzakh, rahasia alam surga dan rahasia alam neraka, alam nasut, alam malakut, alam jabarut, alam lahut. Totalitas pandangan, pendengaran dan pembicaraan dianugerahkan dengan sempurna secara rahasia kepada sayyidil awwallin dan sayyidil akhirin. Kesempurnaan (kamilah) ketiganya yaitu sam'iyyah kamilah, bashirah kamilah, kalamiyyah kamilah tidak bisa dijelaskan, tidak bisa diukur, bahkan tidak bisa ditempuh karena bukan keterangan, bukan kejelasan, dan bukan perenungan (la bayanah, la burhanah, la 'irfanah).

Masih di bulan Rajab tentang perintah salat, maka salat menjadi penciri utama umat Muhammad SAW. Seharusnya umat dengan nabiNya selalu beriringan tidak berselisih dalam hal apapun. Terutama dalam sifat-sifat utama yang terdapat pada surah Al-Fath (48) ayat 29: "Muhammad Rasulullah (Muhammad utusan Allah), dan orang-orang yang bersama dengannya adalah tegas terhadap kekafiran (keingkaran), tetapi kasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku' dan sujud (salat) untuk mencari karunia dari Allah dan keridhaan Nya  ...  "Tanda-tanda mereka tampak dari bekas sujud  ... " (Al-Fath:29). Mushalli dari umat Muhammad SAW yang berarti adalah mereka yang mendirikan salat dengan benar. Tanda diterimanya salat tampak dari perkataan dan perbuatan. Dampak sujud (atsaris-sujud) dari sudut perkataan yang diucapkan adalah perkataan  Nur Muhammad SAW yang mengandung hikmah, semakin hari semakin sopan dan santun. Dampak dari perbuatan adalah perbuatan yang mengandung hikmah (kumpulan kebaikan). Tanda-tanda umat Muhammad SAW telah tertulis di dalam kitab-kitab terdahulu.

Cahaya sujud berdasarkan iman kepada Allah SWT dan beriman kepada Nur Muhammad SAW. Azazil sejak dahulu sampai ke neraka Jahannam tidak mau sujud kepada Adam, karena di dalam ruh Adam terdapat  Nur Muhammad SAW Rasulullah SAW.

Salat merupakan arti wasilah yang dapat menyambungkan pada seluruh kabel-kabel kehidupan dunia dan akhirat secara keseluruhan berdasarkan firman Allah SWT: "Dan berpeganglah kamu kepada tali agama Allah dan jangan kamu bercerai-berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu. Ketika kamu dahulu bermusuhan, kemudian Allah melembutkan hatimu, didamaikannya kamu, dengan nikmatNya kamu menjadi bersaudara. Dan ketika kamu dahulu berada di tepi jurang neraka, maka Allah menyelamatkanmu. Demikian itulah Allah menjelaskan ayat-ayatNya untukmu, semoga kamu mendapat petunjuk." (Ali' Imran:102).

Penyambung, penajam, pengasah, dan penerang hati menuju Allah SWT adalah salat. Salat yang benar di dunia hakikatNya sudah mengenalNya, dariNya, untukNya dan kepadaNya, berdasarkan suruhan dariNya, untukNya dan kembali kepada Nya. Berdasarkan firman Allah SWT dalam surah Al-Baqarah (2) ayat 45-46: "Dan mohonlah pertolongannya (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) sungguh  berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', yaitu mereka yang yakin akan menemui Tuhannya, dan yakin akan kembali kepadaNya."

Demikian paparan peristiwa agung dan perintah cinta yang besar yaitu salat. Umat Muhammad SAW mulia karena kemuliaan Nur Muhammad SAW. Nur Muhammad SAW kekasih Allah SWT Al-Ahad,  lalu dari dasar kasihNya kepada kekasihNya dan untuk kekasihNya, syahadat, salat, puasa, zakat, haji telah Allah SWT syariatkan kepada umat. Wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN