KAJIAN JTA 1 - MENYELAMI RAHASIA SIFAT KERASULAN MUHAMMAD SAW
MENYELAMI RAHASIA SIFAT KERASULAN MUHAMMAD SAW
Oleh
Ma'ruf Zahran
TERIMA kasih penulis haturkan dalam untaian permata kata yang
bermula basmalah, hamdalah, shalawatullah kepada Maha Pencipta, dan teriring
kepada hasil karya ciptaNya yang termulia, Nur Muhammad SAW. Terima kasih
terhaturkan pula pada guru-guru mulia Syekh Amri bin Ja'far sebagai guru besar
Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah (JTA), Syekh
Ja'far bin Ibrahim sebagai penasehat dan guru JTA, Syekh Usman bin Melek
sebagai guru langsung bagi penulis dan guru seluruh JTA umumnya, dan JTA
khususnya wilayah Pontianak dan Kubu Raya. Penulis memohon kepada Allah dan
Rasulullah bahwa sungguh untuk seluruh tulisan ini dihadiahkan kepada
gurunda-gurunda yang telah mendirikan, mengarahkan, mengasuh, membina JTA,
semoga menjadi amal jariyah yang berkesinambungan. Semoga selalu dicucuri,
diguyur hujan rahmat dariNya.
Rasulullah SAW adalah pembawa ajaran yang sah dan resmi dari Allah SWT, dengan demikian seluruh perangkat apapun yang membicarakan dan membahasakan agama wajib mengikut sertakan Muhammad SAW. Tanpanya beragama akan hampa, seperti ruh yang terkatung-katung antara langit dan bumi. Iman tidak tersampaikan kepada Tuhan (terputus), jika abai kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW. Akan musnah seluruh iman dan akan lenyap segala ilmu tanpa beriman dan bersalawat kepadanya terlebih dahulu. Sebab iman kepada Rasulullah SAW akan mengantarkan secara cepat kepada Allah al-Mujib. Dia mengenal kekasihNya, siapa yang bersama dengan kekasihNya (ma'an nabi Muhammad SAW) tersampailah dia kepada Allah SWT al- Qarib. Demikian pula ilmu, bila tidak dengannya, niscaya lenyap dan musnah ilmu. Untuk selalu bersama kekasihNya, aktifkan sinyal (hubungan) dengan bersalawat di hati, tuntun dengan lisan yang senantiasa bersalawat dan hidupkan sunnah (tradisi kehidupan) beliau yang mulia dan mengamalkan wasiat beliau keseharian, niscaya bercucuran rahmat Allah SWT. Bercucuran rahmat, restu dan ridha dariNya sehingga umat bisa bermusyahadah (menyaksikan) Rasulullah Muhammad SAW.
Dengan cahaya yang diturunkan Allah SWT kepada kekasihNya, cahaya
Muhammad SAW kemudian terbit kebaikan dan kebijaksanaan. Muhammad adalah sebuah nama yang diberikan oleh kakek
beliau, Abdul Muthalib, sedang Ahmad adalah sebuah nama yang diberikan oleh
Allah SWT.
Dua pemberian nama ini sangat terpuji, Muhammad dan Ahmad. Muhammad
nama yang terpuji di langit dan di bumi, sungguh terpuji. Ahmad nama yang telah
ditertulis sebelum Muhammad bin Abdullah lahir (Mekah, 571 M).
Memberikan porsi yang berimbang antara alam kenyataan (syahadah) dan alam ketidak-nyataan (ghaibah) adalah penting. Pada kawasan masing-masing yang bekerja secara aktif, jasmani dan rohani, lahir dan batin. Diakui atau tidak, pemerhatian terhadap unsur jasmani lebih banyak porsinya daripada unsur rohani, Ironis sekiranya sampai pun di usia setengah abad (50 tahun) bahwa kesadaran rohani belum juga tumbuh. Padahal waktu sangat singkat, artinya sisa umur yang sebentar lagi untuk menghadapNya. Kelalaian diri sendiri menjadi alasan untuk "dikambing-hitamkan." Lalu, sesampainya di hadapan Allah SWT pada yaumun nusyur (hari kebangkitan), yaumul mahsyar (hari pengumpulan), yaumul hisab (hari perhitungan), terminal akhirnya adalah surga atau neraka. Diawal perjalanannya telah menunjukkan tanda-tanda menuju diantara kepastian dua tempat tersebut. Penandaannya telah tampak terpisah dengan jelas di dunia sampai ke akhirat. Perbedaan yang paling menonjol adalah tauhid vs syirik, iman vs kufur, baik adab (husnul adab) vs buruk adab (su-ul adab), adil vs dzalim, nur vs nar, husnudz-dzan vs su-udz-dzan, shiddiq vs kidzib, amanah vs khianat, ilmu vs jahil, tawadhu' vs takabbur, husnul khatimah vs su-ul khatimah. Di akhirat perbedaan pun sangat jelas, terbagi dua sejak di alam kubur. Nikmat kubur vs adzab kubur, bangkit dengan keamanan vs bangkit dengan kesengsaraan, naungan padang mahsyar vs kepanasan padang mahsyar, banyak timbangan pahala vs banyak timbangan dosa, diberikan kitab (catatan amal baik) oleh malaikat rahmat dengan tangan sebelah kanan vs diberikan kitab (catatan amal buruk) oleh malaikat adzab dengan tangan sebelah kiri atau dilemparkan dari belakang, meniti shirathal mustaqim sampai ke surga vs meniti shirathal jahim sampai ke neraka.
Sayang sekiranya diusia setengah abad masih belum bisa mengenali
Rasulullah SAW secara batin dan Muhammad bin Abdullah secara lahir dan batin
secara lebih dekat. Padahal SAW adalah utusan Allah SWT yang membawa ajaran,
maha guru besar yang tetap mengajar sejak dari dahulu, sekarang dan yang akan
datang. Surah al-Jumu'ah ayat 2 berbicara tentang topik fungsi dan tugas
sebagai Rasul SAW.
Tugas
Rasulullah Nabi Muhammad SAW adalah:
Yatlu 'alaihim ayatihi yaitu Rasul SAW yang membacakan kepada
mereka ayat-ayat Tuhan. Rasul SAW selalu dalam keadaan membacakan ayat-ayatNya
kepada umat. Secara dzahir atau melalui jalur ahlu thariqah artinya adalah
keadaan silsilah keilmuan yang berantai (sanad). Guru yang mengajarkan daripada
gurunya, dan daripada guru bertingkat sampai ke Rasulullah SAW. Atau secara
hakikat mengamalkan sunnah (tradisi kebiasaan hidup Nabi) dalam pengenalan
terhadap Rasulullah SAW (ma'rifatu Rasulullah SAW) dalam dzat, sifat, nama dan
perbuatan (af'al) Rasulullah SAW.
Pelaksanaan tugas pembacaan ayat-ayat Tuhan, telah Dia legasikan
kepada kekasihNya yaitu Muhammad Rasulullah SAW. Kemudian, legasi dari Muhammad
Rasulullah SAW beliau berikan kepada ulama yang mewarisi ilmunya. Ulama tidak
mewarisi harta, pangkat dan jabatan, kecuali mewarisi ilmu dan adab. Berjenjang
hirarkis pembacaan dan membacakan ayat-ayatNya secara teratur dalam silsilah
sanad ahlul 'ilmi, dari Allah, Jibril, Rasulullah, umat. Secara batin-hakikat
sebenarnya pembacaan tersebut (tilawah) tidak pernah putus. Sebab telah
bersanad dan berijazah secara umum bagi kaum muslimin dan muslimat dari
generasi ke generasi. Tugas kedua dari Rasulullah Muhammad SAW adalah: ... wayuzakkihim
(menyucikan mereka). Rasulullah SAW selalu bertugas menyucikan orang-orang yang
beriman dari syirik, fasik, munafik. Tugas yang melekat pada pelaksanaan tugas
dan perannya menyucikan lahir dan batin umat melalui perintah syahadat yang berulang-ulang, salat yang berulang-ulang, demikian pula puasa dan zakat. Bahkan, tugas Rasulullah SAW sudah terinternalisasi (proses penanaman) pada setiap
individu umat melalui perintah syahadat, salat, zakat, puasa dan haji.
Internalisasi "yuzakkihim" atau Rasulullah SAW yang
menyucikan diri seluruh umatnya, bukankah yang membersihkan diri itu tidak
jauh, bahkan sangat dekat. Sangat dekat adalah dalam diri sendiri dan bukan
luar diri, berdasarkan firman Tuhan: "Wa'lamu anna fikum Rasulallah ..." (ketahuilah olehmu, bahwa di dalam
dirimu ada Rasulullah). Cahaya ilmu dan adab yang diajarkannya berupa syariat
dan hakikat iman, islam dan ihsan telah inherensial dalam diri umat, sebuah
keterhubungan (koneksitas) dari tiga unsur utama yaitu Ahad, Muhammad, umat.
Bahkan potensi dalam diri juga menyimpan rahasia (sir jamak asrar) tentang
kalimat, ayat-ayat Tuhan yang terbentang terang di alam semesta dan setiap
penjuru ufuknya (makrokosmos), serta rahasia tentang kalimat dan ayat-ayatNya
pada diri manusia (mikrokosmos). Berlandaskan firman Tuhan dalam surah
Fushshilat (41) ayat 53-54: "Akan Kami beri cahaya (tampak) ayat-ayat Kami
di seluruh penjuru dan di dalam diri mereka, sehingga benar Kami jelaskan
(buktikan) kepada mereka bahwa dia (Muhammad) adalah benar. Apakah belum cukup
bagimu bersama dengan Tuhanmu, sesungguhnya dia (Muhammad) sebagai saksi atas tiap-tiap sesuatu. Ketahuilah,
sesungguhnya mereka berada dalam keraguan untuk berjumpa dengan Tuhan mereka.
Ketahuilah, sesungguhnya Dia (Allah) terhadap sesuatu adalah maha
meliputi."
Tugas Rasulullah SAW yang ketiga adalah: "wa yu'allimuhumul
kitaba wal hikmah." Dalam tugas ini, Rasulullah SAW sebagai maha guru,
sebagai pengajar, tentu beliau setelah melewati pangkat 'alim (pemangku ilmu) dan 'amil (pemangku
amal), baru pangkat mu'allim (pengajar). Ketiga sumber tersebut berada pada
diri Rasulullah SAW. Beliau adalah waliyullah, nabiyullah, rasulullah, sayyid min waliyyul 'ilmi (tuan dari segala
pemegang kuasa wali ilmu), sayyid min
waliyyul 'amal dan sayyid min waliyyul mu'allim pada setiap ruang dan waktu (fi
kulli makan wa zaman). Kehadiran musyahadah nabawiyyah (kesyuhudan) beliau
sangat tampak (yaqadzah) di mata arif billah. Sebab musyahadah nabawiyyah bukan
sekedar dengan membaca bacaan salawat, namun umat sudah menjadi pengamal sunnah
(tradisi kehidupan) Rasulullah SAW dalam dzat (diri), nama, sifat dan af'al
Rasulullah SAW. Internalisasi umat dengan RasulNya sehingga mahabbah kepada
Rasulullah SAW dapat mengantar pada tingkat ma'rifat Rasulullah SAW di tingkat
nama (asma Rasulullah SAW) yang berjumlah 200 nama dan pengamalan sunnah dalam
200 nama tersebut menjadi nama-nama umat yang penuh keindahan, kebenaran dan
kemudahan.
Internalisasi pengamalan sunnah Rasulullah SAW di bidang sifat
utamanya yang disyariatkan (masyru') adalah shiddiq (jujur). Lalu tampaklah
shiddiq (kejujuran) Rasulullah SAW pada setiap waktu dan setiap tempat
(mashdar). Mashdar sifat Rasulullah SAW di dalam diri dan di luar diri. Dalam
diri memancarkan cahaya (nur) Rasulullah SAW dari sifat shiddiq (jujur), dan
dari luar diri terlihat pancaran cahaya (nur) Rasulullah SAW pada tiap-tiap
diri umat. Kejujuran pandangan (musyahadah) antara yang dipandang adalah cahaya
Muhammad dan yang memandang adalah cahaya Muhammad. Ketika umat sudah duduk
pada derajat dan kedudukan ma'rifat ini, artinya sudah berkejujuran pada sifat
utama shiddiq dan shiddiqah. Sudah berketetapan dalam musyahadah nabawiyyah
artinya selalu memandang Rasulullah SAW dalam pandangan kejujuran. Ash-Shiddiq
yang telah aktif berarti sesifat dengan
sifat Rasulullah SAW dalam syariat dan hakikat.
Untuk menghidupkan dan selalu mengaktifkan nur (cahaya) Muhammad
SAW di dalam sifat diri, sangat dilarang (mamnu') untuk berdusta (kidzib).
Kedustaan (bohong) merupakan lawan dari
kejujuran, shiddiq versus kidzib. Bila kejujuran adalah hakikat Muhammadiyah,
sedang kedustaan adalah hakikat Iblisiyah.
Pada masa sekarang (abad 21) bahwa kejujuran adalah barang (materi) yang langka. Oleh sebab itu, jangan merasa betah hidup di dunia ini yang penuh dengan tipu-tipu. Rasulullah bersabda: "Kun fid dun-ya ghariban" yang artinya: Jadilah kamu di dunia seperti orang asing. Dua, internalisasi sifat Rasulullah SAW pada diri umatnya adalah pengamalan sunnah yang bersifat amanah.
Muhammad Rasulullah SAW al-amanah perbuatan beliau, Muhammad al-Amin gelar nama beliau. Al-Amin yang diundang oleh Allah SWT ke Baitul Makmur di langit ke tujuh. Thaha nama rahasia Muhammad SAW yang tidak bisa dijabar, asbab namanya terdiri atas huruf hijaiyah tunggal yaitu huruf tha dan huruf ha, sehingga dibaca dan diterjemahkan sebagaimana tulisan huruf. Kecuali itu, bahwa bagi "yang mengerti" setelah membunyikan tha-ha, lalu membaca salawat "shallallahu 'alaihi wasallam thaha." Demikian pula bacaan yang sama setelah Ya - Sin "shallallahu 'alaihi wasallam yasin." Ha -Mim ... "shallallahu 'alaihi wasallam hamim."
Al-Musthafa (terpilih) adalah sang utusan mulia (malakun-karim)
yang membawa perintah Allah kepada umat (amar), dan membawa permintaan umat
kepada Allah (do'a) adalah al-musthafa yang artinya terpilih diantara para nabi
dan al-mukhtar yang artinya terpilih diantara para makhluk, termasuk al-mukhtar
yang terpilih diantara malaikat, jin dan manusia. Al-Amanah telah
terang-benderang dalam setiap diri umat yang "kenal" dengan beliau. Dalam keadaan selalu menatap
dan ditatap tanpa hijab walau oleh sehelai benang, tidak tertutup walau oleh
sehelai rambut. Sebab Dia (Allah) adalah kekayaan yang tersembunyi
(kanzun-makhfiyyan) yang tidak bisa dikenali. Untuk dikenali, Dia tiupkan
sebagian dari ruh Tuhan. Surah Shad ayat 72 menyatakan Adz-Dzahir pada diri
Muhammad yang dzahir (tubuh) dan Al-Bathin pada diri Muhammad yang batin
(badan). Pada hakikatnya, menurut gurunda Syekh
Usman bin Melek bin Beddu al-Muqaddas yang berguru langsung kepada
guru besar Syekh Amri bin Ja'far
al-Maulana bahwa hakikat Muhammad dzahir dan Muhammad batin adalah satu. Satu
yang dimaksud adalah Nur Muhammad SAW. Menjaga cahaya jujur dan kejujuran
pikiran, perasaan dan perhatian (hati) adalah sangat penting. Malah diharapkan
menjadi menyatu dalam amaliyah sehari-hari. Telah berada dalam ketetapan
orang-orang yang jujur sehingga akhir hayat (ash-Shiddiq, jamak ash-Shadiqun).
Demikian juga amanah yang sudah "mendarah-daging" akan menjadi sifat
Rasulullah SAW al-Amin. Al-Amin Rasulullah SAW dan al-Amin umat beliau, tidak
berselisih dan tidak bercerai-berai, itulah sebuah makna hakikat yang oleh
gurunda kita, Syekh Usman bin Melek al-Muqaddas sebagai "sesifat."
Tiga, internalisasi sifat tabligh atau penyampai. Potensi tabligh
telah Allah SWT titipkan kepada diri baginda yang paling mulia diantara manusia
(asyraful anam), mutiara para nabi (zainul anbiya'), permata para wali
(jauharul auliya'). Nabiyullah Khidir bersanad kepada Rasulullah Muhammad SAW
sang imamul muttaqin (pemimpin orang-orang yang bertakwa), imamul 'alimin
(pemimpin orang-orang yang berilmu), imamul 'amilin (pemimpin orang-orang yang
beramal), imamul mu'allimin (pemimpin para guru), imamul mursyidin (pemimpin
para pembimbing rohani) sayyidi wa habibi Muhammad SAW.
Dari potensi tabligh cahaya Muhammad SAW pada diri tiap-tiap umat
sehingga umat bisa menjadi guru penyampai (muballigh), guru pengajar
(mudarris), guru pembimbing (mursyid), guru pendidik (murabbi). Sungguh
guru-guru kita, beliau adalah perpanjangan lisan dari sang maha guru, tuan para
tuan (sayyidus-sadat) binuri nabiyyil
a'dzham, nabiyyil karim al-musthafa Muhammad SAW wa 'ala alihil ath-har, wa
ashabihil akhyar, minal muhajirina wal anshar ila babil yasar bi ghairil-hisabi
fi yaumil mahsyar (dengan cahaya utusan dari yang Agung, utusan dari yang
Mulia. Tersampaikan pula salam-salawat kepada keluarga baginda yang suci,
sahabat baginda yang terpilih dari golongan Muhajirin dan Anshar sampai menuju
kepada pintu kemudahan. Kemudahan berupa masuk ke dalam surgaNya tanpa hisab pada
hari pengumpulan). Amin ya Rab.
Terakhir, internalisasi sifat fathanah (cerdas). Walaupun sifat
fathanah ini letaknya terakhir, tetapi dia menggerakkan semua sifat Rasulullah
SAW. Maksudnya sifat shiddiq berbasis fathanah, sifat amanah berbasis fathanah,
sifat tabligh berbasis fathanah. Fathanah (kecerdasan) yang dimaksud dalam
tulisan ini adalah kecerdasan jasmani dan rohani. Kecerdasan umat yang
bersumber dari shallallahu 'alaihi wasallam wujudullah, shifatullah, nurullah,
sebagai yang telah dibimbing oleh guru kita, Syekh Usman bin Melek al-Muqaddas.
Demikian tulisan sederhana dalam goresan hati di malam keempat hari bulan suci tahun 1444 Hijriyah atau 25 Maret 2023 Miladiyah, Kubu Raya. Mudahan rahmani dan rahimi rabbi menyertai ramadani tahun ini, berirama doa untuk seluruh Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah dimana pun berada, Allah dan RasulNya mengabulkan cita-cita perjumpaan dan pertemuan dengan malam al-Qadar dengan pandangan sayang dan cinta dari keduaNya. Tuhan yang maha kasih dengan kekasihNya, Tuhan yang maha sayang dengan kesayanganNya, Tuhan yang maha cinta dengan kecintaanNya (Rasulullah SAW) tersampaikan semua Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah kepada mendapati satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar