KAJIAN JTA 2 - MENYELAMI ARTI IDULFITRI
KAJIAN
JTA 2
MENYELAMI ARTI IDULFITRI
Oleh
Ma'ruf Zahran
TIDAK ada salahnya jika perayaan Idul Fitri diartikan sebagai hari
kemenangan. Walaupun sebenarnya kemenangan umat telah dipastikan Tuhan sejak
awal, bahkan sebelum alam raya ini tercipta dengan bismillah. Bukankah di dalam
sebutan syariat bismillah merupakan ketiadaan sebutan hakikat bismillah.
Hakikat di dalam bismillah adalah terdapat
Nur Muhammad SAW yang terpandang adalah Dia Allah yang Adz-Dzahir, Al-Bathin, Al-Awwal, Al-Akhir,
Al-'Alim pada tiap-tiap sesuatu. Bismillah yang dapat dirapat dengan bi (dengan
atas kecintaanKu kepada hambaKu, rasulKu, kekasihKu) kemudian tertulis namaKu.
Bi (dengan kemuliaan kekasihKu), lalu terjadi semua yang ada di langit dan bumi
yang bersalam-bersalamat dengan Rasulullah (birasulillah), selanjutnya
terbukalah rahasia ismullah (sir nama
Allah). Dengan dan atas ridha kekasihKu, Aku (Allah) akan ridha, demikian pula
sebaliknya.
RAHASIA (sir jamak asrar) bacaan basmalah adalah
bismillahirrahmanirrahim. Membaca basmalah di atas terdapat dua pengertian,
pengertian secara lahir dan pengertian secara batin. Dengan mengikutkan
pengertian syariat bacaan dan hakikat bacaan, atau dengan kata membaca dengan
iman. Membaca dengan iman artinya lisan mengikrarkan, hati membenarkan, anggota
tubuh mengamalkan, ma'rifat mengenalkan. Tetapi, menjadi rahasia bagi umat yang belum tahu,
atau umat yang tidak mau mencari tahu, akan menjadi jahil. Selubung yang tertutup itulah ghaib
(tidak tampak). Sementara beriman kepada perkara-perkara, soal-soal yang ghaib
itulah penciri iman, keimanan dan orang-orang yang beriman (mukminin). Iman
tidak bisa dibayar dan tidak bisa disogok, sebab iman harus berangkat dari
kesadaran dan bukan keterpaksaan. Namun dengan iman, amal ibadah diterima,
dengan iman ilmu menjadi manfaat. Sebaliknya, tanpa iman, amal ibadah ditolak.
Tanpa iman ilmu menjadi mudharat. Kunci iman ada dua, dua yang tak terpisahkan,
dua yang tak terceraikan, dua yang tak terberaikan. Allah dan Rasulullah adalah
beriringan, bersamaan, berdekatan. Jangan satukan keduaNya sehingga menyatu,
sebab eksistensi (keberadaan) dan entitas (kedirian) wujud keduaNya sangat
berbeda. Dan jangan pisahkan keduaNya sehingga terpisah, sebab keduaNya tidak
bisa dipisahkan. Perpautan yang sangat erat bagi keduaNya terhimpun dalam
syahadataini. Syahadataini (dua kalimah syahadah) adalah dua kesaksian yaitu
syahadat tauhid dan syahadat rasul. Lalu, bagaimana kedua kesaksian tersebut
terdapat dalam tulisan basmalah. Tulisan basmalah yang mengantar kepada
kepahaman dan kelulusan hajat-hajat umat Muhammad Rasulullah SAW.
Kembali kepada tema pokok persoalan untuk menggali dan menyelami arti Idulfitri yang seiring dalam proses perjalanan datang (tanazzuliyah) dari Ahad, Muhammad, Adam, perlu kajian yang lebih rinci pada martabat tujuh dari Ibnu Arabi. Demikian pula persoalan jalan pulang (tarqiyah) dari Adam, Muhammad, Ahad. Artinya telah mengikuti caranya, cara Rasulullah SAW dalam memandang, cara Rasulullah SAW dalam mendengar, cara Rasulullah SAW dalam merayakan Idulfitri. Sedang upaya untuk menyelami arti hari raya, tulisan di bawah ini akan merilisnya:
Dengan
demikian, memaknai Idulfitri adalah:
1. Hari
kemenangan Allah SWT dan Rasulullah SAW.
Kapan hari kemenangan (Idulfitri) ditetapkan Allah SWT? Penetapan
hari kemenangan telah ditetapkan oleh Allah sebelum adanya alam semesta, sebelum
ada sebutan (masa azali) dan masa saat Allah SWT dalam kesendirianNya (martabat
Ahadiyah). Masa sang Ahad sendiri sejak dahulu kala, masa sekarangpun Dia
sendiri dan masa yang akan datangpun Dia sendiri dan di dalam kesendirianNya.
Dia tetapkan dalam firman Tuhan yang tertulis: "Bahwa Dia akan mengutus
utusanNya dengan petunjuk (hidayah) dan dengan agama yang benar (dinul-haq).
Untuk memenangkan daripada semua agama. Dan cukuplah untuk Allah sebagai
saksi." (Al-Fath:28).
Percuma sajalah pekerjaan dan makar jahat dari orang jahat, makar
buruk dari orang buruk yang ingin menghancurkan agama Allah. Sebab bagi
musuh-musuh Allah dan musuh para nabi dan para wali mereka pasti dihancurkan
Allah, sebelum kepastian kehancuran akan mereka terima. Allah akan menghancurkan
Fir'aun sebagai ketetapan yang pasti terlaksana waktu dan tempatnya, tempatnya
saat dia berada di dasar laut merah, waktunya ketika Fir'aun dan tentaranya
mengejar Musa beserta kaumnya. Kehancuran dan kehinaan para penentang agama
Allah dan Rasulullah telah disetting dan sia-sia apa yang mereka usahakan.
Hari kemenangan adalah untuk orang-orang yang berpuasa. Perluasan
makna dari berpuasa adalah mereka yang takut kepada Allah selama hidup di
dunia, dia berpuasa dari apa-apa yang dilarang Allah dan menahan hawa nafsu,
hawa nafsu mereka tunduk kepada Tuhan, jannah sebagai "ma,wa" (surga
tempat kediaman mereka). Berpuasa adalah kemenangan yang nyata (fauzul-mubin),
sedangkan orang-orang yang menang disebut fa-iz, jamaknya fa-izin. Semoga kita
termasuk ke dalam golongan orang-orang yang menang (minal fa-izin).
Jika ada orang-orang yang menang, maka ada orang-orang yang kalah.
Dua corak yang selalu dibahas dalam syariat, sah vs batal, untung vs rugi,
terminal akhir perjalanan adalah surga vs neraka. Lalu siapa orang-orang yang merugi?
Orang-orang yang merugi adalah mereka yang menentang Allah SWT dan Rasulullah
SAW dan umatnya atau para wali-waliNya. Dalam firman: "Dan adapun
orang-orang yang sombong, dan memperturutkan kesenangan hidup di alam dunia,
maka sungguh neraka Jahim tempat kediaman mereka." (An-Naziat:37-39). Demikian pula dalam surah
Al-Mursalat telah banyak menceritakan keadaan orang-orang yang ingkar dan
orang-orang yang mendustakan. Sebagaimana dalam firmanNya: "Sungguh neraka
itu menyemburkan bunga api neraka
sebesar istana, seakan iringan unta-unta yang kuning. Pada hari ini celakalah
orang-orang yang mendustakan." (Al-Mursalat:32-34).
Celakalah si penentang lagi keras kepala, apapun yang mereka
lakukan pasti direkam Tuhan melewati malaikatNya. Apapun yang mereka ucapkan
ada malaikat di sisi kanan (kiram) dan ada malaikat di sisi kiri (katib) yang
selalu mencatat dan mereka dimuliakan Allah SWT sehingga tidak pernah lupa.
"Pada hari penghisaban celakalah mereka yang mendustakan (ayat-ayatNya).
Pada hari ini, mereka tidak bisa berbicara, bagi mereka tidak diberi kesempatan
untuk menyampaikan uzur (alasan) untuk meminta maaf." (Al-Mursalat:34-36).
Hari kemenangan adalah hari berbuka dari puasa kehidupan dunia,
puasa dari kesenangan hidup di dunia. Hakikatnya puasa adalah menahan hawa
nafsu diri yang berkeinginan kaya dengan 3 H, halal-haram-hantam. Mereka yang
berpuasa seumur hidup dengan jasmani dan rohaninya. Keduanya harus dipuasakan,
sekarang banyak orang-orang yang berpuasa, namun hanya puasa jasmani. Sementara rohaninya belum mau berpuasa. Berpuasa
dari tamak dan rakus, berpuasa dari bicara, berpuasa dari mengumpat, berpuasa
dari memfitnah, berpuasa dari riba', berpuasa dari judi online dan offline,
berpuasa dari prostitusi online dan offline. Ringkasnya, berpuasa dari dosa dan
kedurhakaan. Pada hari saat manusia diwafatkan dengan wajah berseri, itu
hakikatnya hari berbuka, sebab sudah meraih ampunan Allah SWT sehingga menang,
dan makna menang adalah berhasil kembali menemui Tuhan.
Puncak hari kemenangan adalah Idulfitri atau hari kembali fitri
(ruh kesucian) yaitu Adam yang saleh, Muhammad yang saleh akan menemui Tuhan
pengatur semesta alam. Artinya beridulfitri bersama Allah SWT dan Rasulullah
SAW.
Bila kepastian hukum Allah SWT bahwa seorang hamba bisa beridulfitri
dalam arti kembali kepada (ruh) kesucian seperti saat ditiupkan pertama
kalinya. Artinya, seorang hamba yang dikembalikan kepadaNya, datang dariNya dan
pulang kepadaNya. Kemudian idulfitri yang semakna dengan bahwa Tuhan telah
"memfitrahkan" dan menjadi sucilah hamba tersebut sehingga membuat
Allah SWT ridha (senang) kepadanya. Kesenangan Tuhan adalah saat memenangkan
hamba yang berjalan menuju kepadaNya dengan cara berjalan dan cara bekerja
Rasulullah (fi sabili Rasulullah yang semakna dengan fi sabilillah), sungguh hari raya yang sangat
mulia tatkala si Adam dan Adamiyah telah bersama keduaNya. Bila demikian
sungguh telah Allah SWT idulfitrikan si hamba di dunia, sebelum idulfitri di
akhirat kelak sebagai tiap-tiap hari adalah hari raya di surgaNya. Bila menilik
slogan dulfitri secara adat sangat identik dengan makanan dan minuman sebagai
hari untuk merayakan kemenangan. Sebaik-baik idulfitri adalah bersamaNya di
akhirat kelak sebagai sesempurna sempurna balasan kebaikan berupa kebaikan dari
Allah SWT yang maha baik (al-Bar). Siapa gerangan mereka yang sangat berbahagia
di hari kemenangan tersebut?
Ciri-ciri penghuni surga yang meraih nobel kemenangan tersebut,
terdapat dalam surah Al-Mursalat (77) ayat 41-44: "Sungguh orang-orang
yang bertakwa berada dalam naungan (pepohonan di dalam surga) dan disekitarnya
terdapat mata air, dan buah-buahan yang mereka sukai. Makan dan minumlah dengan
rasa nikmat sebagai balasan bagi (puasa) mu sebagai balasan perbuatan. Sungguh
yang demikian itu, Kami memberi ganjaran bagi orang-orang yang berbuat
baik."
Adapun ciri-ciri orang yang kalah di akhirat nanti adalah
orang-orang yang tidak berpuasa di dunia, mereka lapar dan haus di akhirat.
Lalu makanan mereka adalah bangkai, minuman mereka adalah nanah, darah,
kotoran-kotoran, dan cairan dari timah dan besi panas yang mendidih.
Berdasarkan surah Ad-Dukhan (44) ayat 43-46: "Sungguh pohon zaqqum itu,
makanan bagi orang-orang yang banyak dosa, seperti cairan tembaga yang mendidih
di dalam perut, seperti mendidihnya air yang sangat panas."
2.
Hari kesucian kembali. Atau hari perayaan pulang setelah dahulu pernah datang
dengan perayaan.
Kembali datang dan pulang berulang-ulang (daur) setiap tahunnya
selalu terdapat ramadhan sebagai bulan kesembilan dalam almanak Hijriah.
Ramadhan yang berasal dari kata ramdhan artinya adalah pembakaran atau
pembakaran dosa. Maksudnya bahwa Allah SWT ingin membakar dosa-dosa kita dengan
cara diperintahkan olehNya puasa ramadhan. Dalam hari-hari puasa ramadhan
itulah arena Dia menghapus dosa hambaNya seperti tubuh yang mengeluarkan toksin
atau racun-racun tubuh. Dan dengan puasa ramadhan telah keluar
penyakit-penyakit rohani seperti dengki karena kurang syukur, putus asa dan
putus harapan kepada Allah SWT karena kurang sabar, tidak mau beribadah karena
kurang ridha. Tahapan-tahapan penyucian jiwa (tazkiyyatun-nufus) terdapat pada
hari dan malam sepanjang bulan ramadhan. Nabi Muhammad SAW membagi bulan
ramadhan dengan tiga fase, awwaluhu
rahmah (awalnya kasih sayang, 1-10 ramadhan), wa ausatuhu maghfirah (pertengahannya ampunan, 11-20
ramadhan), wa akhiruhu itqun minan-nar (akhir, penutup ramadhan, 21-29/30).
Tahapan-tahapan ini hanya Dia peruntukkan kepada umat Muhammad SAW. Proses
penerapan puasa merupakan pembersihan langsung menuju kesucian diri yang makna
terdalamnya (takwil sarirah) adalah diri manusia Adamiyah lebur, lenyap,
tenggelam ke dalam jiwa Nur Muhammad SAW,
Nur Muhammad SAW kembali kepada pemilikNya, Allah SWT rabbul 'arsyil
karim, rabbul 'arsyil 'adzim. Jangan seperti Azazil yang dahulu taat sekarang
maksiat, sebab tidak mau sujud kepada Adam. Padahal dalam diri Adam terdapat
cahaya Muhammad SAW. Jangan seperti Bal 'am bin Bahura, Qarun, Barsisah,
Samiri, keempat mereka telah hidup semasa dengan sayyidi Musa kalamullah,
awalnya taat, namun berakhir dengan maksiat. Artinya mereka menjadi
berketetapan sebagai penghuni neraka selamanya.
Idulfitri sebagai hari yang fitri atau kembali ('id) adalah hari
kesucian yang datang lagi (yaum 'idilfitri) untuk para nabi, orang-orang shalih
(jamak shalihin), shiddiq (jamak shiddiqin), mujahid (jamak mujahidin), 'arif
(jamak 'arifin), syahid (jamak syuhada'), muslim (jamak muslimin), mukmin
(jamak mukminin), adalah mereka yang sudah berada dalam jaminan hidayah yang
benar (ula-ika humush-shadiqun) dan mereka telah berada dalam keberuntungan
selamanya (wa ula-ika humul muflihun). Dan keberuntungan mereka, kemenangan
mereka, sebab ampunan Allah SWT semata.
Akhirnya mereka menjadi penduduk tetap negeri abadi surgawi nan indah. Bukan
penduduk neraka, sebab keduanya sangat jauh berbeda.
Kegagalan meraih hari yang fitri dan yaumul idil fitri adalah gagal
berjumpa dengan Allah SWT. Untuk dapat "berjumpa, bercakap-cakap"
denganNya, melebihi percakapan sayyidi Musa dengan Tuhan, spesial (khusus) bagi
umat Muhammad SAW adalah ma'rifat dengan Allah SWT di dunia yang sekarang ini.
Ma'rifatullah adalah capaian tertinggi ilmu dan amal ruhi. Ilmu dan amal ruhi
ini wajib menggunakan tangga-tangga cara Rasulullah SAW mengenal Rab (bi
manhaji Rasulullah SAW), melalui (wasilah) titian-titian yang ditapaki oleh
insan kamil-mukammal sayyidi Muhammadi SAW (bi sabili Muhammadi SAW), melalui
(wasilah) petunjuk Allah SWT yang telah Dia delegasi (utusan) sang nabi (bi
sabili Muhammadi SAW), melalu cahaya
wasilah Nuri Muhammadi SAW, dengan kebenaran dari Allah SWT kepada nabi yang
benar bi Muhammadi Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar