KAJIAN JTA 3 - MENOLONG ALLAH

 

KAJIAN JTA 3
MENOLONG ALLAH

Oleh
Ma'ruf Zahran


"MENOLONG ALLAH" merupakan kalimat yang ironi (tidak biasa), kalimat tersebut termasuk dalam kalimat yang "tidak beradab" atau telah keluar dari adat (kharijul 'adah). Tetapi benarkah? Uraian dibawah ini ingin mengulasnya. Asy-Syakur adalah nama Tuhan yang maha berterimakasih, berterimakasih kepada nabiNya, waliNya, abdiNya. Jadilah wali Allah (jamak auliya Allah), jadilah 'abdun (jamak 'ibad) Allah SWT, dua sebutan nama yang sangat mulia di sisiNya, dua kesayanganNya, sebagai "rumah hati" untuk Dia menurunkan lapangan-lapangan hidayah.  Dua insani inilah wali dan status kewalian, 'ibadi dan status kehambaan, dua status yang mendapat amanah guna meneruskan "ilham-ilham qudsiyah dan irsyadah karamiyah sampai panggung sandiwara dunia berakhir (the end). Ketika wahyu kenabian telah terputus, Tuhan sambungkan dan hubungkan ajaran-ajaranNya diantara manusia melalui wali-waliNya. Sebab, pengertian secara harfiah (bahasa) bahwa kata wali artinya adalah penolong, sedangkan kata 'abd (jamak 'ibad) artinya adalah hamba, atau pembantu. Maksudnya bertujuan "menolong Allah" dan "membantu Allah."

Allah SWT maha menghitung (al-Hasib) lagi maha mencatat (ar-Raqim). Sebab maha menghitung dan maha mencatat, adalah dengan demikian Dia maha dekat (al-Qarib). Dalam banyak ayat Dia sebutkan sungguh Dia maha dekat kepada orang-orang yang berbuat baik, orang-orang yang berbuat sesifat dengan sifat Allah yaitu Allah SWT al-Wali (maha menolong) dan nama Rasulullah SAW  diantaranya adalah amirul-wali min auliya Allah SWT yaitu sayyidi wa habibi maulana Muhammad SAW. Tiga serangkai tak terpisahkan dari satu menjadi dua, dari dua menjadi tiga yang disebut "jalan datang." Jalan datang (tanazzul) artinya datangnya si "adam-adam", dari nur Muhammad sebagai "nasab rohani." Nasab rohani datang dari Allah SWT al-Ahad, ash-Shamad, "lamyalid walam yulad, walam yakullahu kufuwan ahad." Kedatangan si "adam" (manusia) disambut dengan ucapan perayaan "marhaban bikum" (selamat datang untukmu). Mengapa gerangan diselamati kedatangannya dengan rasa kesyukuran, aplikasinya dengan akikah dan doa? Sebab si "adam" yang baru datang ke muka bumi di alam dunia, sungguh di dalam dirinya mengandung Nur Muhammad SAW yang masih baru serta "sebagai pendatang baru."

Begitu si "adam" menjalani kehidupan di dunia yang fana, terdapat dua tugas yang ada pada pundaknya sebagai pesanan dan titipan Allah SWT al-Khaliq. Titip pesan itu adalah jadilah engkau khalifatullah (khalif secara bahasa artinya pengganti atau mandataris). Manusia adalah khalifatullah (pengganti Allah SWT) di muka bumi untuk melestarikan ayat dan kalimat muliaNya yang tinggi (kalimatul 'ulya).

Serta sebagai khalifatullah fil ardhi (pemimpin yang ditugaskan Allah di bumi), sebuah penugasan dariNya kepada manusia yang bertujuan untuk menyalakan Nur Muhammad SAW di hati para umat. Sekarang sudah akhir zaman, artinya tiba waktunya untuk mensyiarkan Nur Muhammad SAW. Nur Muhammad SAW yang sangat dibenci oleh Dajjal dan perkongsiannya, Nur Muhammad SAW yang dilarang disampaikan kepada umat, sebab akan membakar tubuh dan badan Iblis dan persekutuannya dari bangsa jin dan bangsa manusia (minal jinnati wan-nas). Tugas pesan dan titipan wasiat Nur Muhammad telah menjadi "nazar" bagi setiap muslim-muslimah yang baru lahir. Betapa berat wasiat Nur Muhammad yang akan disampaikan, sebab Nur Muhammad akan dimusuhi oleh lawan dan kawan. Oleh sebab itu, untuk bisa menjadi pengamal, pensyiar, pensyarah, pengawal jalanNya, nurullah di dalam diri yang ber-nuri-muhammadi, selalulah memohon bimbingan, arahan, dan pertolongan dari Allah SWT.

Makna "menolong Allah" semakna dengan menolong diri sendiri. Berdasarkan surah Muhammad ayat 7, Tuhan telah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah. Allah akan menolongmu dan meneguhkan tapak pendirianmu." Pada hakikatnya Dia tidak butuh kepada pertolongan makhluk, namun makhluklah yang butuh kepada pertolongan Allah SWT. Hal ini menunjukkan sungguh Allah SWT pemilik sifat rendah hati dan sangat  dikenali kerendahan-hatiNya (Allah SWT at-Tawadhu'). Sebelum Dia menyuruh untuk rendah hati (tawadhu') sungguh Dia sudah terkenal dengan kerendahan-hatiNya (at-Tawadhu'). Masih tersisakah sifat takabbur (sombong) saat mendengar atau membaca takbir "Allahuakbar." Masih bisakah untuk memuji diri sendiri saat membaca "Alhamdulillah" (segala puji hanya untuk Allah). Masih bisakah mengata diri yang agung, hebat, kuat saat terhunjam di dalam hati, "Subhanallah" (sungguh yang maha hebat tiada terbatas hanya Allah saja).

Bila ucapan-ucapan karamah, kalimah-kalimah thayyibah di atas belum menggetarkan hati, mungkin ucapan tersebut hanya sebatas pada kedua bibir tempat keluarnya huruf, belum sampai masuk ke dalam hati apalagi dapat menggetarkannya (vibration), belum bisa dinamakan mukmin haqqa. Mukmin haqqa adalah orang yang yakin dengan Allah SWT dalam asmaNya, sifatNya, diriNya (dzat), dan perbuatanNya, tanpa keraguan setitikpun. Mukmin haqqa adalah saat tidak lagi membutuhkan dalil, bukti dan argumentasi (hujjah) untuk wajib mengimani Allah. Sebab Dia sendiri al-Haq (maha benar) adalah nama Dzat yang tidak dapat dijelaskan oleh semua makhluk di langit dan di bumi, dan Dia sudah sangat jelas (al-Mubin) di hati hamba-hamba beriman. Panngillah Dia dengan nama kebenaranNya, "ya  ... man huwal haq" (wahai dzat, Dia yang maha benar). Berserulah dengan nama dzatNya yang maha jelas, "ya  ...  man huwal mubin" (wahai dzat, Dia yang maha jelas). Berteriaklah di dalam hati dengan namaNya yang maha dekat, "ya man, huwal qarib." Ternyata, Dia lebih maha nyata (adz-Dzahir) daripada yang tampak nyata, baik di langit, di bumi, maupun apa-apa yang ada diantara keduanya (wama bainahuma). Ajaklah Dia membersamai Jama'ah Tauhidiyah Ahadiyah dengan seruan, "ya  ... man, huwadz-dzahir, ya  ... man, huwal bathin, ya  ...  man huwal awwal, ya  ... man huwal akhir, ya  ... man huwal 'alim. Kelima nama luhurNya ini, Dia sebutkan tentang diriNya dalam kitabNya, surah al-Hadid ayat 3: "Dia (dzat) yang maha awal, maha akhir, maha nyata, maha tersembunyi, dan keadaan  Dia pada setiap sesuatu adalah selalu maha mengetahui." Teruslah memanggilNya dengan makna asmaNya sesuai dengan hajat-hajat umat sayyidi wa habibi Muhammad Rasulullah SAW sebagai haqqullah (kebenaran Allah), mukhtarullah (pilihan Allah).  Seperti memanggil "ya 'alim" (wahai yang maha berilmu pengetahuan) atau "ya  ... man, huwal 'alim." Berhajatlah kepada Allah SWT dengan nama tadi, al 'Alim, limpahkan kepadaku ilmu pengetahuan, kecerahan, kecerdasan, penerang hati, bukakan sumbatan-sumbatan kebodohan diriku untuk mengenalMu, mudahkan urusan-urusan kajianku, belajarku. Terakhir jangan lupa untuk berwasilah kepada Rasulullah SAW, bi nuri abati  Muhammad (dengan cahaya dari bapak kandung rohaniku, Muhammad), bi hadi abati Muhammad (dengan petunjuk dari bapak kandung rohaniku, Muhammad) terangi pikiran, perasaan dan hatiku dengan Nur Muhammad SAW. Sayyidi Adam, sayyidi Syisy, sayyidi Nuh, sayyidi Ibrahim, sayyidi Ismail, sayyidi Ishak, sayyidi Ya'kub, sayyidi Yusuf, sayyidi Musa, sayyidi Harun, sayyidi Khidir, sayyidi Isa berwasilah kepada zainal (mutiara) para nabiyyin, sang agung ayah rohani kami Muhammad Rasulullah SAW. Begitu pula sayyidah Hawa, sayyidah Asiyah, sayyidah ummi Musa, sayyidah Masyitah, sayyidah Maryam, sayyidah Khadijah al-Kubra, sayyidah Aisyah ar-Ridha, sayyidah Fatimah binti Rasulullah az- Zahra'. Sayyidi Hasan, sayyidi Husin bin Ali min ahlil baitin-nabi SAW dan seluruh sahabat, umat sampai akhir masa selalu bersalawat-salam kepada baginda mulia Rasulullah sang kekasih-sayangan Tuhan. Wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN