AR-RAZZAQ

 


AR-RAZZAQ

Oleh
Ma’ruf Zahran

Ar-Razzaq, ar-Razzaq adalah nama Allah SWT, bila diringkas yang berarti maha memberi rezeki. Dalam kitab suci al-Quran disebutkan: "Innallaha huwar-razzaq," artinya bahwa Allah SWT, Dialah yang maha memberi rezeki. Sedang secara rinci yaitu:

  1. Dialah Tuhan yang maha menciptakan rezeki-rezeki makhluk.
  2. Menunjuk orang-orang yang menerima rezeki tanpa pernah meleset.
  3. Menunjuk orang, barang atau benda-benda alam semesta sebagai pengantar rezeki pada sasaran yang telah ditentukan.
  4. Membuat jalan sebab atau tanpa sebab rezeki itu tersampaikan dan akibat-akibatnya.

Dalam ilmu tauhid rezeki yang datang dari Allah SWT terbagi dua:

1. Rezeki dzahir.

Rezeki dzahir dalam hal ini menyangkut sandang, pangan, papan. Ketiganya masih di ruang lingkup kebutuhan primer, sekunder, tersier. Pembagian rezeki pada ruang dzahir sangat bertingkat-tingkat, baik kuantitas maupun kualitasnya, telah sejak masa azali Tuhan tetapkan, Tuhan putuskan sekehendakNya, dalam menghapus (yamhullah), meneguhkan (yutsbitullah), meluaskan (yabsuth), menyempitkan (yaqdir) rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki. Rezeki lahir ini sudah nyata diturunkan Allahu jalla wa akram melalui Nur Muhammad SAW, lalu terpancar dari Nur Muhammad kedalam diri Adam yang dzahir dan batin beserta seluruh keturunannya termasuk ayahnda dan ibunda kita. Tahapan atau tingkat kedirian tubuh yang dzahir telah diberikan olehNya sebagai nikmat ijad (nikmat penciptaan) sebagai hadiah agung dariNya. Dan Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu dan tidak pula mendapat petunjuk. Artinya,  nanti Tuhan akan memberikan ilmu supaya kamu bisa tahu, bisa membedakan melalui belajar membaca (bil iqra') dan melalui pena menulis (bil qalam). Keadaan ini sangat nyata dalam ayat pertama yang turun: "Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan." (Al-'Alaq:1).

2. Rezeki batin.

Rezeki batin dapat dimaknai  dengan nikmat imdad. Nikmat imdad merupakan nikmat penyempurnaan tubuh jasmani yang bersifat rezeki batin rohani, seperti rezeki ilmu, iman, islam, ihsan, ma'rifat. Nikmatul imdad yang bersifat ruhaniyyat inipun bermancam-macam seperti surga bertingkat-tingkat (jannatul mabniyyah). Ada rezeki batin di tingkat ma'rifat af'al, ma'rifat asma',  ma'rifat shifat, ma'rifat dzat, ma'rifat ahad (ahadiyah). Sehingga kekuasaan kewalian (wilayatul-waliyah) juga bertingkat seperti wali af'al, wali asma' dan wali shifat, wali dzat, wali ahad. Dalam tema kajian namaNya ar-Razzaq wajib dipahami dan mengimani makna-maknaNya, supaya dapat menerapkan akhlak dari nama sang pemberi rezeki dalam praktik kehidupan sehari-hari untuk memantapkan iman tawakkal tentang rezeki dan yakin tawakkal rezeki datang dari ar-Razzaq.

Meyakini ar-Razzaq harus meminta kepadaNya dan bersabar terhadap giliran rezeki yang dipergilirkanNya di depan tangan kuasaNya, ya basithal yadaini bil athiyyah (wahai yang maha melapangkan rezeki dalam pemberian dengan kedua tanganNya). Ada doa dari Nabi Muhammad SAW yang sangat dianjurkan untuk sering dibaca malam dan siang: "Allahumma inna nas-alukal huda, wat tuqa wal 'afafa wal ghina," artinya: Ya Allah Tuhan kami, sesungguhnya kami memohon kepadaMu petunjuk, takwa, kemaafan dan kekayaan (supaya kami tidak meminta-minta lagi kepada makhlukMu, kecuali hanya kepadaMu saja, ar-Razzaq). Dan doa yang Nabi SAW ajarkan: "Wanas-alukal ghina-aninnas" (Dan kami bermohon kepadaMu ya Allah, berilah kami kekayaan dan dipandang kaya dari sekalian manusia-supaya mereka tidak mampu menghina kami).

Dalam kitab Asmaul Husna tulisan KH.Muhammad Bakhit bin KH. Ahmad Mughni disebutkan tugas bagi orang-orang yang beriman kepada ar-Razzaq:

1. Tugas pertama.

Bertawakal atau berserah-diri sepenuhnya kepadaNya dengan aturan-aturan rezeki dariNya. Tawakkal seperti semut yang berada di dalam batu telah Allahu jalla wa 'ala jamin rezekinya, semut tersebut di dalam mulutnya ada makanan. Kisah ini diangkat pada peristiwa Nabi Musa yang membelah batu. Semut tersebut selalu berbicara kepada Tuhan dan bicara semut kecil tersebut didengar oleh Nabi Musa. Semut kecil itu memuji Tuhannya ar-Razzaq: "Subhanaman yarani, wa yasma'u kalami, wa ya'rifu makani, wayadzkuruni wala yansani." Artinya: Maha suci dzat yang telah melihatku, dan mendengar perkataanku, mengetahui tempatku, serta yang ingat denganku dan tiada pernah lupa kepadaku.

Tugas tawakkal sangat penting dalam upaya membuang syirik dan memantapkan tauhid. Ketiadaan rasa ragu dengan tidak banyak bertanya dan tidak terlalu bergembira terhadap sesuatu yang diberikan ar-Razzaq dan tidak terlalu bersedih terhadap sesuatu yang diambilNya. Fungsi tawakkal adalah menetralisir dengan dua cara, mereposisi nikmat dengan bersyukur dan mereposisi bencana dengan bersabar, sebab keduanya adalah ujian (musibah).

Rasulullah SAW dalam kaitan pemberian rezeki dari  ar-Razzaq dengan tawakkal hamba kepada al-Wakil haqqul mubin, telah bersabda beliau kepada sahabat Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu: "Wahai Anas, mengertikah engkau  tentang makna apakah kicauan burung dan makna apakah belalang yang masuk ke mulutnya, kedua maksud kicauan tersebut? Anas menjawab: Allah dan RasulNya yang maha mengetahui,  bersabda Rasulullah SAW. Arti kicauan burung yang pertama adalah: ya  ... Allah Tuhanku,  ... ... ... ... ...  Aku lapar  ... Aku awalnya diciptakan dalam keadaan buta, lalu Engkau beri aku penglihatan  ... Aku lapar ya Allah  ...  ...  ...  Berilah aku makan  ...  ...  ...  Segera datang belalang dan masuk ke dalam mulut burung. Arti kicauan burung yang kedua adalah segala puji bagi Allah SWT yang tidak pernah melupakanku."

Paparan hadits di atas telah menguatkan hati kita untuk bertawakkal atau berserah diri kepada Allah ar-Razzaq. Rezeki pasti datang hanya masih tergadai oleh waktu. Waktunya belum sampai, manusia tidak bisa memutar waktu takdir baik yang telah dilalui, sedang dilalui atau akan dilalui. Manusia tidak bisa mendahulukan rezeki bila belum sampai waktu datangnya, dan manusia tidak bisa menolak rezeki bila telah sampai waktunya, demikian juga jodoh, kebahagiaan dan kesengsaraan, serta waktu ajal kematian. Dalam hal ini, manusia semata-mata wajib bertawakkal kepada Allah ar-Razzaq. Terdapat tiga kelompok manusia dalam urusan tawakkal:

1.1. Berpegang kepada sebab dan usaha.

Mereka adalah kaum yang sangat berkeyakinan pada sebab usaha dan akibat usaha. Kelompok ini adalah mereka yang mengabaikan doa dan tawakkal. Kelompok ini selalu menargetkan bahwa usaha tidak mendustai hasil, baik dalam patokan urusan dunia maupun dalam patokan urusan akhirat. Artinya diri sendiri telah membangun logika berpikir yang linear (setara) yaitu dengan salat pasti masuk surga, meninggalkan salat pasti masuk neraka. Dalam urusan dunia pun kelompok ini sangat berkeyakinan kepada sebab usaha baik, niscaya pasti membawa akibat baik. Kedua pertautan kausalitas perbuatan menjadikan mereka sangat yakin kepada kemampuan diri sendiri dan mendepak Tuhan dalam ruang kehidupan mereka. Takaran keyakinan mereka tidak lebih dalam lingkup sebab-akibat. Bila kerja maksimal tetapi hasilnya minimal adalah kekecewaan yang mereka dapat, keputus-asaan yang mereka tuai, bahkan banyak diantara mereka yang mengakhiri hidupnya dengan tidak normal. Mereka adalah kaum materialisme (dahriyyun) yang tidak percaya kepada akhirat.

1.2. Tidak berpegang kepada sebab dan usaha.

Kelompok kedua ini sebagai anti tesis dari kelompok pertama, kelompok yang mengarus-utamakan dimensi batin sehingga telah mengabaikan dimensi dzahir. Mereka adalah kaum spiritualisme yang sudah tidak percaya lagi kepada hukum kausalitas (sebab-akibat) yang berlaku di bumi. Boleh dikatakan mereka adalah kelompok langit (akhirat). Hakikat yang mereka kaji telah mampu menihilkan arti syariat, walaupun dalam kenyataan telah menuntut mereka untuk memenuhi kebutuhan duniawi mereka dengan jalan bekerja "ala-kadarnya" atau dengan jalan meminta sumbangan (shadaqah). Mereka biasanya adalah orang-orang yang dahulunya "dikecewakan" dunia, kemudian mereka melakukan hijrah (konversi) menjadi "ahli akhirat." Meskipun sebenarnya pencarian dan perjalanan beragama mencari Tuhan belum tuntas. Sebab kedua dimensi tersebut yaitu kehidupan alam duniawi akan berlanjut pada ke alam barzakh sebagai transit, kemudian terminal akhir adalah alam akhirat. Ketiga alam tadi memiliki corak kehidupan yang berbeda-beda.

1.3. Kelompok moderat.

Tingkat tawakkal yang tidak mengabaikan syariat dzahir dan hakikat batin, mereka bekerja dan berusaha layaknya orang-orang biasa, tetapi tidak menyurutkan sedikitpun rasa kebergantungan mereka kepada ar-Razzaq, inilah kelompok tawakkal yang dibenarkan (shahihah) dan kesempurnaan (tamimah) karena mereka mengambil jalan moderat (wasathiyah). Tidak ekstrim kanan dan tidak pula ekstrim kiri, tetapi berdaya (power) di tengah-tengah sebagai penyeimbang dan pengawasan.

Urutannya adalah doa, ikhtiar (memilih usaha), kasab (usaha), tawakkal, empat serangkai yang sempurna jalannya. Terdapat pula jalan (wasilah) untuk menarik rezeki diantaranya wasilah dengan salawat dan bersandarkan kepada kemuliaan Nabi kekasih Allahu jalla wa 'ala yaitu habibi wa sayyidi  Muhammad SAW, wa 'Ali ibni Abi Thalib, wa Fatimatuz-Zahra' wa hasani wal husain -innama yuridullahu liyudzhiba 'ankumur rijsa ahlal baiti wayuthahhirakum tath-hira-.  Artinya: "Sesungguhnya Allah berkehendak menghilang kekejian kepada ahlul bait (keluarga rumah Nabi Muhammad SAW) dan menyucikan ahlul bait dengan sesucinya." (Al-Ahzab:33). Ar-Razzaq adalah Dia sebaik-baik pemberi rezeki, ya  ...  Allah ya Razzaq  ... ya hasanal fi'al (wahai yang paling baik perbuatanNya), ya  ... Raziqal 'ibadi 'ala kulli hal (wahai  ... Tuhan yang memberi rezeki kepada hamba setiap kondisi), ya  ...  hannan  ...  ya  ... mannan  ...  ...  ya dayyan  ... ,   ya  ... burhan  ... Judlana bil ikram bil lathif  ...  (wahai dzat tempat kami mengadu kesah dan gelisah kami, rengkuh erat kami dengan kebesaran tanganMu yang maha lembut ya hannan  ... ya  ... mannan  ... pungut kami diantara hamba-hambaMu yang merintih, meringis, menangis, mengadu kepadaMu ya  mannan ...  ya  ... mannan  ...  ... memohon keluasan ampunanMu, keluasan maafMu  ...  keluasan rezekiMu ya mannan  ... Mudahkan kami meraih ridhaMu, ketaatanMu, takwa, kekayaan, kemuliaan ya  ... Rabbi, ... Engkau Tuhan kami,  ... ya ...  mannan  ...  kepada siapa lagi kami berharap, kecuali kepadaMu ya Rabb  ... ya  ... dayyan  ... wahai  ... yang maha melunasi hutang  ...  lunaskan hutang kami ya  ...  dayyan  ...  kami dililit hutang, hutang dunia dan hutang akhirat, kami tergadai oleh hutang  ...  beri kamu kemampuan untuk membayarnya dalam waktu singkat  ...  ).

2. Tugas kedua.

Orang yang beriman sepenuh hati dengan nama Allah ar-Razzaq, maka teguhlah dia menjadi hamba Allah, abdur-razzaq, untuk menjalani tugas kedua. Tugas kedua adalah bahwa sesudah abdur-razzaq mengimani nama Allah ar-Razzaq secara dzahir dan batin, dirinya dia jadikan sebagai penghubung dan penyambung rezeki Allah ar-Razzaq kepada seluruh makhluk di bumi. Artinya dia berjiwa kasih mengasihi, berjiwa sayang menyayangi, berjiwa santun menyantuni, berjiwa dermawan menderma, seperti sabda Nabi Muhammad SAW: "Sayangilah olehmu apa-apa yang ada di bumi, niscaya yang di langit akan menyayangimu." Sungguh terjadi koneksitas (keterhubungan) antara bumi dan langit, langit dengan bumi yang pada hakikatnya adalah satu. Artinya, bagaimana kelakuan kita di bumi, begitulah juga keadaan ruh kita di langit, tidak berselisih walau satu inci. Terekam dan tercatat jejak digital CCTV langit dan CCTV bumi, keduanya menjadi saksi nantinya di hadapan pengadilanNya yang maha adil. Demikian pula akan menjadi saksi (syahid) di hadapan Tuhan bahwa alat-alat diri  (forensik) juga ikut menjadi saksi.

Apabila Allah Tuhan yang maha esa semakin cinta dengan seorang hamba, maka Allah memperbanyak orang-orang yang berhajat kepadanya. Inilah bagian tugas kedua dari tugas-tugas orang yang beriman kepada ar-Razzaq, dia tidak kikir atau bakhil. Orang yang masih kikir atau bakhil berarti masih belum meneladani sifat ar-Razzaq.  Sebaliknya, bila seseorang sudah berbuat pemurah penabur rezeki Allah SWT, maka lengkap sudah tugas-tugas kehambaan dalam meneladani nama Allah ar-Razzaq, berarti dia berhak menjadi abdur razzaq, hamba dari Tuhan yang memberi rezeki. Wallahu a'lamu bish-shawab.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN