HIKMAH MALAM 30

 


HIKMAH MALAM 30

Oleh
Ma'ruf Zahran

Acc Tuhan pada malam ke 30 Ramadan seakan Dia mengatakan ayat-ayat telah Aku bentangkan, jangan ragu lagi, jangan banyak bertanya lagi. Aku pandai memberi tahu, maka jangan beritahu Aku. Nanti Aku tersinggung. Kurang cukupkah juz 30 menjelaskan tentang diriKu dan diriMu, Aku sudah menerangkan yang terang itu terang, dan Aku telah menerangkan yang gelap itu gelap, sebab Aku raja kebenaran yang nyata (almalikul haqqul mubin). Tetapi sadari, bahwa semua yang Aku lakukan adalah bukti cintaKu kepada kecintaanKu: Katakan (Muhammad), dengarkan (Muhammad), lihatlah (Muhammad), berbicaralah (Muhammad), sampaikan (Muhammad), berlindunglah (Muhammad). Engkau yang mengucap (Muhammad).

Malam ke 30 Ramadan milik Muhammad, Muhammad ucapkan olehmu apa yang Aku ucapkan: Subhanaka la ahlamak (maha suci Engkau, betapa Engkau sangat penyantun), subhanaka la a'lamak (maha suci Engkau, betapa Engkau sangat mengetahui), subhanaka la arhamak (maha suci Engkau, betapa Engkau sangat penyayang), subhanakallahumma wabihamdik (Tuhan kami, maha suci Engkau, dan segala puji bagiMu), 'adada khalqik (pujian sebanyak makhlukMu), wa midada kalimatik (pujian sebanyak bilangan kekuasaan kalimatMu), wazinata 'arsyik (dan hiasan arsyMu-singgasanaMu) shalli wa sallim 'ala nabiyyil mukhtar, alihil athhar, wa shahbihil akhyar, minal muhajirina wal anshar ila yaumil jabbar (sampaikan salawat dan salam kepada nabi pilihan, keluarga yang suci, sahabat utama dari kaum muhajirin dan kaum anshar sampai hari al-Jabbar-hari yang memaksa tiada pilihan). Subhanallah, walhamdulillah,  ... Telusur satu-persatu  ayat-ayatNya dalam juz 30 sungguh sangat indah tata bahasa, mengandung sastra keunikan disetiap sebutan huruf dan rangkaian kata menjadi kalimat, rangkaian berangkai kalimat membuat  ayat.

Puitisasi juz 30 sangat unik, ada ketegasan perintah tetapi dalam kelembutan suruhan, dan ketegasan larangan, tetapi dengan perumpamaan cegah, logika sebab-akibat dengan menyentuh akal sehat. Contoh: "Maka siapa yang taat dan bertakwa, serta membenarkan kebaikan, niscaya Kami mudahkan baginya jalan kemudahan. Dan siapa yang bakhil dan sombong (merasa cukup) lagi mendustakan kebaikan, niscaya Kami mudahkan baginya jalan kesulitan."

Mutiara butiran ayat yang menyentuh hati bahwa kecintaan abadi lagi tulus tanpa pamrih adalah cinta Nya saja, sang al-Wadud. Juz 30 diawali dengan pertanyaan: Tentang apakah mereka saling bertanya, berita kiamat? Dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut, Allahu jalla wa 'ala urai dalam surah-surah setelah surah an-Naba'. Tiga puluh enam surah setelah surah an-Naba' bertujuan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mengisyaratkan dan membuktikan bahwa Dia tidak bakhil terhadap jawaban. Setelah Tuhan menjelaskan seluk-beluk keterangan kiamat, kemanakah hendak lari, dimanakah akan berlari? Maka, kemana engkau akan pergi (fa aina tadzhabun)? Cari tempat diluar alam semesta ini, bagaimana dapat keluar dari langit dan bumi, sebab al-Quran adalah alam semesta, "maka kemanakah kamu akan pergi? Al-Quran tiada lain, kecuali peringatan bagi seluruh alam." (At-Takwir:26-27). Telah gamblang kitab suci berbicara tentang dua wajah di akhirat atau dua muka, dalam firman: "Pada hari itu, ada wajah yang berseri-seri, tertawa dan gembira ria. Dan pada hari itu, ada wajah suram lagi tertutup debu, tertutup oleh kegelapan lagi ditimpa kehinaan, mereka adalah orang yang ingkar lagi durhaka." ('Abasa:38-42).

Sesuai dengan fungsi al-Quran sebagai al-Furqan (pembeda) dua golongan, dua karakter, dua nama, dua sifat, dua tempat, pada dua tema itulah dia berkhabar-berita. Sering penulis utarakan bahwa sebelum sampai ke akhirat, portal berita akhirat telah sampai terlebih dahulu di hati umat manusia seluruhnya, berita besar (an-Naba') tentang hari kiamat! Secara langsung dan secara tidak langsung telah tersampaikan kepada mereka, buka kitab suci diri dan kitab suci rabbi, seperti firmanNya: "Adakah telah datang kepadamu berita tentang hari kiamat," Hal ataka haditsul ghasyiyah?

Setelah mengetahui hakikat dari segala perkara yang hidup dan dari segala perkara yang mati, masih bisakah untuk serius dalam "marah," sehingga melukai iman? Tanpa pertobatan dariNya, bisakah mengendalikan marah? Tanpa pertolongan dariNya mampukah mengendalikan diri saat marah? Oleh sebab itu, selalulah memohon rahmat pengampunan dariNya sehingga tidak larut menjadi manusia "serius" menjalani hidup di dunia yang fatamorgana itu.

Menutup Ramadan jinakkan tubuh di sajadah syariat,  pandangkan badan ke dalam hakikat Nur Muhammad SAW. Lalu ajaklah hati yang kotor ini memohon selalu diberikan bimbingan, sama saat hati menerima kehadiran Ramadan dengan ucapan selamat ahlan, sahlan, marhaban ya Ramadan, dengan ucapan al-wada' ya Ramadan, kami pun komunitas beriman mengantar kepergian Ramadan kepada Tuhan pencipta Ramadan. Sungguh dia sangat dirindukan kembali kedatangannya di tahun yang akan datang. Tetapi aku (Ramadan) akan dikembalikan kepadamu setiap kali engkau rindu kepadaku (Ramadan). Namun, adakah yang akan selalu merindukanku, setelah aku pergi hari ini. Ternyata, rayuanmu sangat palsu, lebih palsu daripada janji seorang yang telah pikun. Engkau rindu kepadaku (Ramadan), melainkan hari-harimu jauh dari kejujuran Ramadan, saat di pasar, di kantor, di sekolah, di pabrik, di tempat kerja. Sungguh aku Ramadan merupakan bulan diantara bulan yang sangat menderita, kalian memujiku, tetapi membiarkan aku sendiri dalam kesepianku di bagian pinggir dari hatimu. Sementara pusat sentral perhatian hati kalian adalah tentang rumah baru, kendaraan baru, baju baru, sedang aku Ramadan tidak pernah kalian perbaiki, aku laksana laki-laki usang yang sudah tua, sebatas dijadikan sebagai alat "pemuas" mencari uang. Kalian pungut namaku untuk meraup untung di bulanku ini. Kalian pinjam namaku untuk ibadat-ibadat tetapi melupakan Tuhan penciptaku.

Ramadan seharusnya bulan "menyepi" abdi dengan rabbi dalam kesunyian perenungan, bukan bulan keramaian lalulintas manusia dan barang. Malah bulan kesibukan tiada henti pada kawasan transportasi darat, laut dan udara. Hakikat bila telah berbicara tentang Ramadan oh nasibmu Ramadan yang dijadikan suruh untuk menunai pahala, bila pahala telah didapat, engkau pun ditinggalkan seperti pepatah "habis manis sepah dibuang."

Sebagai hambaNya yang tidak memiliki apa-apa, kecuali hanya diberi. Apa yang ada dahulu, sekarang dan yang akan datang semata-mata hanya pemberian dariNya. Hamba yang dipilihkan, tiada hak untuk memilih, hamba yang dikuasakan tiada hak untuk kuasa, hanya "Engkau yang menyampaikan sesuatu sehingga sesuatu itu datang kepadaku" ('alaikal balagh). Engkau yang kuasa mendengar (antal musta'an), dan kepada Engkau semua berserah-diri, bertawakkal (wa ilaikat-tuklan). (Ilahana, Tuhan kami), qadhadharna fi layali Ramadhan, wafi khatmi kitabikal karim, bayyidh wujuhana, wa ahsin a'malana, wawassi'  arzaqana, wanawwir qulubana, waghfir dzunubana, wayammin kitabana, wannajata minannar, wal afwa 'indal hisab, wal fauza bil jannati hiya dara mashirana ya rabbal 'alamin. Tuhan kami, hadirilah malam-malam Ramadan kami, dan khatam kitabMu yang mulia, cerahkan wajah (ruh) kami, perbaiki amalan kami, luaskan rezeki kami, cahayai hati kami, ampuni dosa kami, beri kami kitab catatan amal dengan tangan sebelah kanan, hindarkan kami dari neraka, maafkan kami saat perhitungan amal (hisab), menangkan kami dengan surga sebagai rumah tempat tinggal kami, wahai Tuhan yang memelihara alam semesta. Wallahu a'lamu bish-shawab.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN