CAHAYA SEGEDONG 13

 


CAHAYA SEGEDONG 13
HIJAB

Oleh
Ma’ruf Zahran

Abad ke-7 Masehi terdapat fakta yang menyebutkan Islam pertama kali masuk ke wilayah Nusantara. Nusantara meliputi daerah kepulauan Melayu dan masyarakatnya sepanjang penggunaan bahasa Melayu dipergunakan. Pengguna bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di wilayah Pilipina Selatan, Thailand, Singapura, Malaysia, Brunai, Birma dan Srilangka.

Teori Arab mengatakan bahwa Islam pertama kali masuk pada abad ke-7 melalui para pedagang dan berkembang pesat pada abad ke-13. Fakta perkembangan menunjukkan bukti telah berdirinya kerajaan Islam di Nusantara. Sedang pada abad ke-16 datanglah para penjajah Belanda dengan alibi (alasan) perdagangan melalui kompeni dagang VOC.

Kompeni dagang VOC ke Indonesia berubah membawa misi penjajahan (dari kompeni menjadi koloni). Kolonial (daerah jajahan) Belanda adalah Nusantara khususnya dari Sabang sampai Merauke membawa semboyan 3 G.

G 1. Glory artinya kejayaan.
G 2. Gold artinya emas atau kekayaan.
G 3. Gospel artinya penyebaran agama Kristen.

G1,G2, G3 dilawan oleh kerajaan Islam di seluruh Nusantara. Penanaman Tauhidiyah Ahadiyah yang telah diwariskan sebagai pusaka paling berharga telah dibawa oleh para pedagang pada abad ke-7 yang merupakan abad awal pertumbuhan Islam di negeri asalnya, Mekah. Ada kemungkinan selama 350 tahun ajaran Tauhidiyah Ahadiyah dilarang berkembang oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dalam pembatasan hak-hak agama, terutama agama politik dan politik agama. Tauhid-Tasawuf mengajarkan menegakkan keadilan dan menghancurkan kedzaliman. Pengajaran Tauhidiyah Ahadiyah seperti inilah yang ditakuti penjajah. Saat dunia  materi dan dunia pangkat telah hilang, telah lenyap dan telah hancur pada diri dan hati mursyid dan salik, lepaslah mereka dari penjara dunia dan penjara logika. Para pahlawan Nusantara adalah mereka para guru dan para murid yang memadukan tiga ilmu asasi dalam bangunan pengetahuan Islam yaitu Fikih, Tauhid, Tasawuf. Ketiga ajaran agama yang komplit ini hakikatnya adalah satu (ahad).

Satu-kesatuan (ahad-ahadiyah) adalah Ahad yang tidak terpisah lagi. Sembah segala puja, sembah segala puji hanyalah untuk Ahad saja, dalam firman: "Katakan Dia Allah yang Ahad. Allah tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada satupun yang menyamaiNysa." (Al-Ikhlas:1-4). Bila sudah memahami dan meyakini di dunia dan di akhirat semata-mata hanya ada esa, dapatkah menyatakan bahwa kita hidup karena jantung? Konsekuensi mengatakan syahadat la ilaha illallah adalah bila sudah memahamkan, meyakinkan dan merasakan bahwa ilmu datang dari Allah SWT, lalu masih bisakah mengakui diri berilmu? Adakah masih sesuatu ciptaan yang berilmu, merasa berilmu dan merasa memberikan ilmu. Ketika masih merasa berilmu, itulah berhala ilmu yang menjadi hijab atau dinding antara orang yang berilmu dengan Allah SWT. Dindingnya orang 'alim kepada Allah adalah hijab ilmu pengetahuan mereka sendiri,  sedang dindingnya orang awam kepada Allah adalah kebodohan mereka sendiri. Dindingnya orang munafik kepada Allah adalah kebohongan mereka sendiri, sedang dindingnya orang-orang yang taat adalah ketaatan mereka sendiri yang belum murni yaitu ketaatan yang baru sampai kepada taat, belum sampai kepada Ahad.

Posisi syahadat rasul harus menyampaikan kepada posisi syahadat tauhid. Artinya saat berada di syahadat tauhid terlebih dahulu, kemudian mengantar kepada syahadat rasul dan syahadat rasul mengantar kepada syahadat tauhid. Maksudnya sejak keadaan syahadat tauhid yang dipahami oleh JTA, mengantar JTA kepada merasai lemak manisnya syahadat tauhid. Otomatis, modal dasar memahami dan merasai syahadat tauhid menjadi dapat  memahami dan merasai syahadat rasul.

Dalam kitab Kimiyatus-Sa'adah atau Kimia Kebahagiaan, pengarang kitab tersebut mengatakan orang belum bahagia apabila belum mengenal Allah yang esa (Allahuahad). Pengenalan yang belum sampai kepada Allahuahad yang hakikatnya sama dengan ahadullah merupakan penglihatan pada penampakan fatamorgana alam muhaddats yang sangat berbahaya. Dikira Allah ternyata hanya nama, dikira Tuhan ternyata hanya sifat, dikira tauhid ternyata hanya penampilan kulit. Penampilan penting, tetapi jangan terhenti pada penampilan, sebab penampilan diri yang taat akan menjadi hijab dalam memandang Allah sang Pencipta, namanya hijab taat. Sebagaimana firman Tuhan dalam surah Al-Haj (22) ayat 11: "Dan diantara manusia ada yang menyembah Allah pada huruf  ... "

Rusaknya tauhid hari ini adalah telah banyak manusia menyembah jin taat ketika taat. Menyembah Tuhan yang Ahad tetapi dengan menjamak tuhan-tuhan yang lain  seperti pengikut Bal'am bin Bahura, sosok guru taat pada masa Nabi Musa bin Imran. Tuhan yang Ahad telah menjamak kepada para ilmuwan  dan para agamawan, mereka telah menjadi pemegang kewenangan ilmu dan pemegang kewibawaan agama. Wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN