CAHAYA SEGEDONG 8

 


CAHAYA SEGEDONG 8
HAKIKAT PENEMPATAN SIFAT

Oleh
Ma'ruf Zahran

Gurunda Syekh Haji Usman Melek al-Muqaddas memberi tunjuk-arah: "Jangan salah penempatan." (Pontianak, Jum'at, 26 Mei 2023). Sedari mula gurunda sudah memberi pengajaran bahwa  yang dinamakan "manusia" adalah diri yang terdiri atas:

1.Tubuh jasmani.
2. Badan rohani.

Jamaah Tauhidiyah Ahadiyah (JTA) sudah mendapat tunjuk-ajar dari beliau, bahwa jasmani adalah Adam dan keadaman yang tiada lain adalah alam dan keamanan,  manusia adalah unsur utama. Manusia menjadi unsur terutama dari alam bumi dan alam langit disebabkan "cahaya" Tuhan terdapat pada dirinya melalui saluran cahaya kekasihNya, sayyidul 'alamin. Pemimpin alam semesta, Rasulullah SAW. Nur-Rasulullah SAW adalah separuh dari NurNya yaitu Nur-Rasulullah  dianugerahkan kepada Muhammad bin Abdullah (lahir, Mekah, 571 M) dan separuhnya lagi, Nur tersebut diberikan kepada seluruh alam semesta dunia-akhirat dengan cara berbagi-bagi. Dari Nur Muhammad Rasulullah SAW terjadilah Nabi Adam dan para Nabi.

Nasar tanah 'adam (alam) yang berwarna hitam akan bercahaya saat disentuh oleh Nur, contoh sahabat Rasulullah SAW yang bernama Bilal bin Rabah from Africa. Angin tetap mati apabila tidak tersentuh oleh Nur Muhammad Rasulullah yang berwarna. Warna kuning akan dapat dilihat warna jiwanya apabila beriman kepada Nur dalam dua kalimah syahadat. Ketika dua kalimah syahadat (syahadataini) adalah syahadat tauhid dan syahadat rasul dibai'at oleh lisan, dibai'at oleh hati, dibai'at oleh 'amal, maka tajalli Allah SWT di alam dzahir, adz-Dzahir dan tajalli  Allah SWT di alam batin, al- Batin. TajalliNya tersebut sebatas dalam tiga ruang kema'rifatan yaitu ma'rifat af'al, ma'rifat asma', ma'rifat sifat.

Nasar tanah menjadi daging, dzikirnya adalah la ilaha illallah, la hayata ilallah, tidak ada yang hidup kecuali Allah. Nasar angin menjadi napas dan otak, warnanya kuning dan dzikirnya adalah la ilaha illallah (tiada Tuhan kecuali Allah), la 'aliman illallah (tidak ada yang mengetahui kecuali Allah). Nasar air warnanya putih, nasar ini menjadi tulang. Tulang ibarat tiang pada rumah, dzikirnya adalah la ilaha illallah, la sami'an illallah (tidak ada yang mendengar kecuali Allah), la basiran illallah (tidak ada yang melihat kecuali Allah), la mutakalliman illallah (tidak ada yang berbicara kecuali Allah). Nasar api warnanya merah, bentuknya darah. Tuhan titipkan kepada Nur dari sifat Allah al-Qudrat (sifat ma'ani) yang artinya maha kuasa menjadi Qadirun (sifat maknawiyah) yang artinya kekuasaan. Dzikirnya adalah la ilaha  illallah, la qadirun illallah (tidak ada yang berkuasa kecuali Allah).

"JANGAN SALAH PENEMPATAN," pada keempat sifat turunan (breakdown). Dalam hal ini terdapat dua keadaan yaitu ruang dan waktu. Kapan secara cerdas menempatkan jasad yang dalam bentuk dzahir, niscaya pemberlakuannyapun secara jasad yang dzahir. Terdapat empat penempatan yang harus betul-betul dipahami JTA bahwa nama, sifat, perbuatan, perkedududukan, perpenempatan masing-masing yang berbeda serta memiliki sifat   raga dan rasa yang berlainan pula. Empat tahap tersebut adalah Allah, Muhammad, Adam, Jasad. Eskalasinya adalah Allah menurunkan sifatNya kepada Muhammad, sehingga Muhammad menjadi nur, nur diturunkan kepada adam atau alam berupa ruh, bentuknya adalah jasad atau materi.

Posisi sebagai jasad seperti napas berasal dari adam seketurunan, kepastian adam dari nur, nur adalah titipan dari sifat Allah al-Hayat. Napas harus dipelihara sebagai modal hayat, sebab napas adalah jasad atau materi pergerakan. Otak juga harus dilindungi dengan cara mengisinya dengan nutrisi ilmu. Ilmu kembalikan ke adam, lalu adam mengembalikan ilmu kepada Muhammad, Muhammad mengembalikan ilmu kepada pemilikNya yang esa (ahad).

Contoh di atas merupakan contoh jalan pulang (tarqiyyah), sedang contoh jalan datang (tanazzuliyah) adalah sifat Qudrat Allah (ma'ani), Allah turunkan ke dalam Qadirun (maknawiyah), ditiupkan kepada ruh, bentuk jasad adalah darah, dzikirnya adalah la qadirun illallah. Kemudian tempatkan sesuai dengan tempatnya, qudrat ada ruang dan waktunya, qadirun ada ruang dan waktunya, muhammad (ruh) ada ruang dan waktunya, jasad terdapat ruang dan waktu. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa Ahad sang Pencipta ruang dan waktu tidak terikat dan tidak bebas, artinya Ahad bukan sebutan. Katakan disini (QUL) sesuatu yang bukan kanan dan bukan kiri, tetapi AHAD, bukan laki dan  bukan perempuan, tetapi AHAD, bukan besar dan bukan kecil, tetapi AHAD, bukan tinggi dan bukan rendah, tetapi AHAD. Kalau Tuhan masih dalam komando kanan-kiri, kiri-kanan-kiri, demikian bunyi perintah hukum akal, tepatnya PBB (Peraturan Baris-Berbaris). Guru mengatakan PBB penting, supaya formasinya tidak kacau. Tetapi saat berbaris dalam pasukan, saat keluar dari barisan pasukan dan "tentara" tersebut sedang berjalan atau berbelanja di pasar tentu dia berjalan sebagai "manusia," bukan ditempat pasukan yang sedang berbaris.

Iradat sebagai sifat Allah ma'ani telah Dia turunkan ke  dalam sifat maknawiyah yaitu muridun, muridun titipkan kehendakNya kepada nur, bentuk jasadnya adalah tulang, sumsum, kulit, urat, rambut dan bulu. Sama', basar, kalam, ketiganya sifat ma'ani yaitu sifat Tuhan yang menjadi sifat Tuhan. Sedang maknawiyah adalah sifat Tuhan yang ditiupkan kepada makhluk, sama' jadi sami'un dan wajib bagi JTA meyakini bahwa mendengar dengan pendengaran Allah as-Sami'. Bila tidak demikian, maka telinga akan mendengar yang tidak benar. Telinga yang tidak diletakkan pada penempatan yang benar dengan as-Sami' adalah penempatan pendengaran yang sesat, di dunia mereka tuli, di akhirat lebih tuli lagi dan sangat sesat jalannya.

Basar adalah sifat Allah dengan namaNya al-Basir, dengan perbuatanNya yang senantiasa memandang. Siapa yang memandang dengan bersama pandangan dariNya, sungguh sebuah pandangan yang tidak akan lelah selamanya. Sebab pandangan bersama Allah SWT adalah pandangan yang kuat, benar, lurus, tidak gelap dan tidak tersesat. Pandangan yang lemah, salah, payah, gelap, pekat, sesat adalah pandangan yang bersandar pada diri terdiri yang lemah. Pandangan Allah adalah pandangan tauhid (esa), pandangan manusia adalah pandangan syirik (jamak). Pendengaran Allah adalah pendengaran tauhid (esa), pendengaran manusia adalah pendengaran syirik (jamak). Dzat Ahad yang utuh tidak tercampur, esa dengan esa, tidak bisa ditukar-ganti, tidak bisa diganggu-gugat saat esa dengan esa, tidak terberai dan tidak tercerai esa-ahad. Firman Tuhan dalam surah al-Isra' ayat 72: "Dan siapa yang keadaan di dunia sekarang ini buta (tentang Tuhan), maka di akhirat pasti lebih buta lagi, dan lebih sesat jalan."

Kalam adalah sifat ma'ani Allah yang diturunkan kepada alam semesta termasuk manusia, sehingga manusia dapat berbicara (mutakallim). Alam semesta bisa berbicara dengan bahasa (tersurat) dan bisa berbicara dengan tanpa bahasa (tersirat). Telah dijelaskan dalam firmanNya: "Dia selalu mengajarkan kepada alam dengan bahasa (penjelasan)." (Ar-Rahman:4).

Segala sesuatu harus diyakini binasa (fana) kecuali Allah SWT yang baqa', kekal kehidupan seperti surga yang kekal (khalid), fi jannatil khulud (di dalam surga yang berkekalan). Terdapat perbedaan istilah baqa' dengan khalid. Baqa' Allah tiada berakhir, sedang khalid (kekal) surga berakhir, sebab surga adalah makhluk (ciptaan). Ilmu yang kuat dan benar adalah ilmu pengetahuan yang apabila disandarkan kepada Allah SWT, niscaya menjadi ilmu yang kuat lagi benar (qawiyyun-amin). Ilmu pengetahuan yang disandarkan kepada diri terdiri merupakan corak ilmu yang lemah lagi dusta. Qudrat (kuasa) yang bila disandarkan kepada Allah al-Qadir, ternyata menjadi kuasa yang tak terkalah, malah selalu mengalahkan (Qahhar). Sebaliknya, jika qudrat (kuasa) disandarkan kepada diri terdiri, niscaya pasti akan selalu kalah. Iradat (kehendak) bila disandarkan kepada Allah, niscaya lulus tidak pernah gagal, walaupun gagal dalam pandangan manusia, tetapi lulus dan menang dalam perencanaan ilmu Allah yang maha luas dan maha meliputi, memenuhi. Akhirnya adalah kesudahan yang menang bagi hamba-hamba yang bertakwa. Berdasarkan firman Tuhan: "Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak merusak bumi. Dan kesudahan yang baik adalah untuk orang-orang yang bertakwa." (Al-Qasas:83). Wallahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN