AL-MUQADDAS 19

 


AL-MUQADDAS 19
RUH=RAHAH

Oleh
Ma’ruf Zahran

Ruh awalnya adalah tiada beban saat ruh berada dalam 'asuhan' Tuhan. Dalam alam ruh atau alam martabat arwah, mereka masing-masing telah membaca suratan takdir yang akan di bawa ke bumi. Sungguh mereka takut saat membaca takdir mereka tentang:

  1. Rezeki.
  2. Pasangan.
  3. Maut.
  4. Kebahagiaan dan kesengsaraan.

Alam ruh merupakan alam ketika ruh mengangkat perjanjian dengan Tuhan. Setelah ruh membaca skema takdir tentang keadaan rezekinya, bahwa dia akan melewati perjalanan rezeki ada saatnya lapang, ada saatnya sempit.  Ruh dihadapkan kepada dua pilihan, setuju atau tidak setuju, bila setuju lanjut ke pembacaan takdir kedua, bila tidak setuju, ruh yang bersangkutan segera dimatikan sebelum turun ke bumi.

Pasangan yang telah ditetapkan di alam ruh (jamak arwah), masing-masing ruh ditanya, setuju tidak bahwa Aku yang memutuskan dan menetapkan pasangan (jodoh suami-istri) atau tidak memiliki pasangan (tidak berjodoh) dengan segala resiko dan setiap perjodohan dan tidak perjodohan pasti berakibat. Dan telah disaksikan sejak di sana mengenai karakter masing-masing pasangan. Bahkan telah disaksikan waktu, tempat, keadaan yang menyenangkan dan keadaan yang tidak menyenangkan bersama pasangan atau tanpa pasangan. Siap menyaksikan dan setuju (bala syahidna) benar kami menyaksikan dan setuju dengan perjanjian yang berat (mitsaqan ghalidha), lantas terlahir ke muka bumi dengan membawa kalung takdir yang telah diikat di leher. Melainkan sebaliknya, bila menolak pasti dimatikan sebelum lahir dan dewasa di bumi.

Ilmu kepastian tentang kehidupan berumah-tangga tentang jadual akad nikahnya, cara akadnya, ilmu ketentuan pinangan, hantaran dan mahar, sampai kepada usia pernikahan atau menjalani masa perjodohan mereka. Atau sudah ditetapkan kalam ketetapan bagi mereka yang hidup 'membujang' sampai akhir hayat. Dengan segala resiko dan konsekuensi yang diterima tulus dalam ketetapan 'membujang,' menduda, menjanda atau menikah dan menikah lagi sehingga tembus dengan empat kali pernikahan. Semua ilmu keputusanNya tidak ada seorang pun yang tahu, kecuali setelah peristiwa takdir di bumi terjadi.

Ilmu kepastian tentang kematian (maut) sebagai saudara kembar kehidupan (hayat). Sebelum hayatnya, ruh telah diperlihatkan pengantar-pengantar yang menjadi sebab kematiannya, cara kematiannya, waktu kematiannya, tempat kematiannya, dan kualitas kematiannya (husnul-khatimah atau su-ul khatimah), kematian dalam keadaan beriman, berislam, berihsan. Atau kematian dalam ketiadaan iman atau kualitas buruk di penghujung hidup (su-ul khatimah).

Nota keputusan ketuhanan bila disetujui, lalu 'ditandatangani' transaksi surat takdir kematian (takdir maut) kemudian diizinkan padanya untuk hidup di muka bumi sampai waktu yang Kami tentukan (illa rahmatan minna wanata'an ilahin), artinya "kecuali rahmat dari Kami dan bagimu untuk menikmati kehidupan sampai batas waktu yang Kami tentukan yakni ajal." (Yasin:44). Sebaliknya, apabila tidak setuju niscaya dimatikan ruh tersebut sebelum lahir ke bumi, atau dimatikan sebelum menempuh alam rahim atau alam kandungan.

Terakhir tentang kebahagiaan dan kesengsaraan pun telah diketahui sejak di alam ruh. Sebab dan akibat kebahagiaan, sebab dan akibat kesengsaraan, pengantar-pengantarnya baik dalam ujian taat, maksiat, nikmat, bala'. Keempat ini sebagai batu ujian pengantar kebahagiaan dan kesengsaraan sebagai perjalanan hidup yang pasti dilewati oleh semua orang.

Apabila setuju dengan caraNya seperti yang telah diterangkan, 'tandatangani', saksikan dan diperkenan menjalani kehidupan dengan pergiliran kadang bahagia dan kadang sengsara. Hakikat konsekuensi hidup dan mati, hakikat sampai keputusan surga dan neraka. Oleh orang-orang ma'rifat (arifin billah) senantiasa memandang hikmah di awal sebelum tercetus peristiwa. Ketika ledakan peristiwa, arifin billah sudah mengetahui dan mengenali hikmah taat, hikmah maksiat, hikmah nikmat, hikmah bala'. Kehidupan bagi arifin billah adalah tambahan kebaikan, dan kematian bagi arifin billah adalah pelepasan dari seluruh belenggu duniawi. Kehidupan dan kematian bagi mereka adalah baik, dalam uraian berikut:

  1. Waj 'alil hayata ziyadatallana fi kulli khair.
  2. Waj 'alil mauta rahatallana min kulli syar.

Dua kriteria di atas adalah muatan doa Nabi Muhammad SAW sebagai imam kita dari lima permohonan baginda Rasulullah SAW yang dianjurkan untuk selalu dibaca setiap saat dan setiap kesempatan: "Allahumma ashlihlana dinanallati huwa 'ishmatu amrina, wa ashlihlana dunyanallati fiha ma'asyuna, wa ashlihlana akhiratanallati fina ilaiha ma'aduna, waj 'alil hayata ziyadah lana fi kulli khair, waj 'alil mauta rahah lana min kulli syar." Artinya: Ya Allah Tuhan kami, (kami bermohon kepadaMu), perbaikilah agama kami, karena agama tempat kami berlindung dalam urusan kami, perbaiki dunia kami, sebab dunia tempat kehidupan kami mencari nafkah. Perbaiki akhirat kami, sebab kehidupan akhirat tempat kediaman kami, jadikan kehidupan kami sebagai tambahan amal kebaikan kami, dan jadikan kematian kami sebagai pelepas (rahah) dari seluruh kejahatan kami."

Rahayah (pelepasan) sangat sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita ruh (lepas) dari penjara jasmani, luas dan lega dari kurungan (margin kiri, kanan, atas, bawah) menuju asalnya Al-Ahad seperti Bilal bin Rabah saat melihat Umayyah bin Khalaf tidak berarti apa-apa, sehingga Bilal bin Rabah berani tanpa takut, sebab telah tersengat dengan Tauhidiyah Ahadiyah.

Ruh yang bebas (hurriyyah) dari batasan-batasan yang dibuat oleh logika, hukum akal dan hukum adat, pemenjaraan jiwa niscaya tidak berfungsi saat ruh telah menemukan jati jiwa yang sebenarnya. Jiwa yang merdeka adalah ruh yang sudah mengenal penciptaNya, ruh yang sesuai dengan kuasa Tuhannya dan ruh yang sesuai dengan kehendak Tuhannya. Tidak berselisih lagi antara ruh denganNya adalah ruh yang bercirikan rahah (lepas) dari pengaruh duniawi. Artinya mata yang terjaga dari maksiat, telinga yang terjaga dari maksiat, mulut yang terjaga dari maksiat, tangan yang terjaga dari maksiat, kaki yang terjaga dari maksiat, hati yang terjaga dari maksiat, ruh yang terjaga dari maksiat.

Demikian kebebasan ruh yang sehat dalam arti ruh hanya mengenal penciptanya sejak pertama kali dan pertama kali 'jatuh cinta.'  Maukah ada perkenalan lain selain Dia yang maha dikenal? Atau maukah ada percintaan lain selain Dia yang maha dicinta? Jika ada menjadi sebuah penyakit rohani dan musuh rohani, makna lain yang dapat dipahami dari perluasan konsep syirik. Ruh bila sesuai dengan kehendak Tuhan adalah ruh yang sehat, ruh yang sehat artinya ruh yang merdeka, ruh yang merdeka artinya ruh yang bebas dari dikte alam jasmani dan hasrat duniawi. Wallahu a'lam.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN