AL-MUQADDAS 19
AL-MUQADDAS 19
RUH=RAHAH
Oleh
Ma’ruf Zahran
Ruh awalnya adalah tiada beban saat ruh berada dalam 'asuhan'
Tuhan. Dalam alam ruh atau alam martabat arwah, mereka masing-masing telah
membaca suratan takdir yang akan di bawa ke bumi. Sungguh mereka takut saat
membaca takdir mereka tentang:
- Rezeki.
- Pasangan.
- Maut.
- Kebahagiaan dan kesengsaraan.
Alam ruh merupakan alam ketika ruh mengangkat perjanjian dengan
Tuhan. Setelah ruh membaca skema takdir tentang keadaan rezekinya, bahwa dia
akan melewati perjalanan rezeki ada saatnya lapang, ada saatnya sempit. Ruh dihadapkan kepada dua pilihan, setuju
atau tidak setuju, bila setuju lanjut ke pembacaan takdir kedua, bila tidak
setuju, ruh yang bersangkutan segera dimatikan sebelum turun ke bumi.
Pasangan yang telah ditetapkan di alam ruh (jamak arwah),
masing-masing ruh ditanya, setuju tidak bahwa Aku yang memutuskan dan
menetapkan pasangan (jodoh suami-istri) atau tidak memiliki pasangan (tidak
berjodoh) dengan segala resiko dan setiap perjodohan dan tidak perjodohan pasti
berakibat. Dan telah disaksikan sejak di sana mengenai karakter masing-masing
pasangan. Bahkan telah disaksikan waktu, tempat, keadaan yang menyenangkan dan
keadaan yang tidak menyenangkan bersama pasangan atau tanpa pasangan. Siap
menyaksikan dan setuju (bala syahidna) benar kami menyaksikan dan setuju dengan
perjanjian yang berat (mitsaqan ghalidha), lantas terlahir ke muka bumi dengan
membawa kalung takdir yang telah diikat di leher. Melainkan sebaliknya, bila
menolak pasti dimatikan sebelum lahir dan dewasa di bumi.
Ilmu kepastian tentang kehidupan berumah-tangga tentang jadual akad
nikahnya, cara akadnya, ilmu ketentuan pinangan, hantaran dan mahar, sampai
kepada usia pernikahan atau menjalani masa perjodohan mereka. Atau sudah
ditetapkan kalam ketetapan bagi mereka yang hidup 'membujang' sampai akhir
hayat. Dengan segala resiko dan konsekuensi yang diterima tulus dalam ketetapan
'membujang,' menduda, menjanda atau menikah dan menikah lagi sehingga tembus
dengan empat kali pernikahan. Semua ilmu keputusanNya tidak ada seorang pun
yang tahu, kecuali setelah peristiwa takdir di bumi terjadi.
Ilmu kepastian tentang kematian (maut) sebagai saudara kembar
kehidupan (hayat). Sebelum hayatnya, ruh telah diperlihatkan pengantar-pengantar
yang menjadi sebab kematiannya, cara kematiannya, waktu kematiannya, tempat
kematiannya, dan kualitas kematiannya (husnul-khatimah atau su-ul khatimah),
kematian dalam keadaan beriman, berislam, berihsan. Atau kematian dalam
ketiadaan iman atau kualitas buruk di penghujung hidup (su-ul khatimah).
Nota keputusan ketuhanan bila disetujui, lalu 'ditandatangani'
transaksi surat takdir kematian (takdir maut) kemudian diizinkan padanya untuk
hidup di muka bumi sampai waktu yang Kami tentukan (illa rahmatan minna
wanata'an ilahin), artinya "kecuali rahmat dari Kami dan bagimu untuk
menikmati kehidupan sampai batas waktu yang Kami tentukan yakni ajal."
(Yasin:44). Sebaliknya, apabila tidak setuju niscaya dimatikan ruh tersebut
sebelum lahir ke bumi, atau dimatikan sebelum menempuh alam rahim atau alam
kandungan.
Terakhir tentang kebahagiaan dan kesengsaraan pun telah diketahui
sejak di alam ruh. Sebab dan akibat kebahagiaan, sebab dan akibat kesengsaraan,
pengantar-pengantarnya baik dalam ujian taat, maksiat, nikmat, bala'. Keempat
ini sebagai batu ujian pengantar kebahagiaan dan kesengsaraan sebagai
perjalanan hidup yang pasti dilewati oleh semua orang.
Apabila setuju dengan caraNya seperti yang telah diterangkan,
'tandatangani', saksikan dan diperkenan menjalani kehidupan dengan pergiliran
kadang bahagia dan kadang sengsara. Hakikat konsekuensi hidup dan mati, hakikat
sampai keputusan surga dan neraka. Oleh orang-orang ma'rifat (arifin billah)
senantiasa memandang hikmah di awal sebelum tercetus peristiwa. Ketika ledakan
peristiwa, arifin billah sudah mengetahui dan mengenali hikmah taat, hikmah
maksiat, hikmah nikmat, hikmah bala'. Kehidupan bagi arifin billah adalah
tambahan kebaikan, dan kematian bagi arifin billah adalah pelepasan dari
seluruh belenggu duniawi. Kehidupan dan kematian bagi mereka adalah baik, dalam
uraian berikut:
- Waj 'alil hayata ziyadatallana fi kulli khair.
- Waj 'alil mauta rahatallana min kulli syar.
Dua kriteria di atas adalah muatan doa Nabi Muhammad SAW sebagai
imam kita dari lima permohonan baginda Rasulullah SAW yang dianjurkan untuk
selalu dibaca setiap saat dan setiap kesempatan: "Allahumma ashlihlana
dinanallati huwa 'ishmatu amrina, wa ashlihlana dunyanallati fiha ma'asyuna, wa
ashlihlana akhiratanallati fina ilaiha ma'aduna, waj 'alil hayata ziyadah lana
fi kulli khair, waj 'alil mauta rahah lana min kulli syar." Artinya: Ya
Allah Tuhan kami, (kami bermohon kepadaMu), perbaikilah agama kami, karena
agama tempat kami berlindung dalam urusan kami, perbaiki dunia kami, sebab
dunia tempat kehidupan kami mencari nafkah. Perbaiki akhirat kami, sebab
kehidupan akhirat tempat kediaman kami, jadikan kehidupan kami sebagai tambahan
amal kebaikan kami, dan jadikan kematian kami sebagai pelepas (rahah) dari
seluruh kejahatan kami."
Rahayah (pelepasan) sangat sesuai dengan apa yang menjadi cita-cita
ruh (lepas) dari penjara jasmani, luas dan lega dari kurungan (margin kiri,
kanan, atas, bawah) menuju asalnya Al-Ahad seperti Bilal bin Rabah saat melihat
Umayyah bin Khalaf tidak berarti apa-apa, sehingga Bilal bin Rabah berani tanpa
takut, sebab telah tersengat dengan Tauhidiyah Ahadiyah.
Ruh yang bebas (hurriyyah) dari batasan-batasan yang dibuat oleh
logika, hukum akal dan hukum adat, pemenjaraan jiwa niscaya tidak berfungsi
saat ruh telah menemukan jati jiwa yang sebenarnya. Jiwa yang merdeka adalah
ruh yang sudah mengenal penciptaNya, ruh yang sesuai dengan kuasa Tuhannya dan
ruh yang sesuai dengan kehendak Tuhannya. Tidak berselisih lagi antara ruh
denganNya adalah ruh yang bercirikan rahah (lepas) dari pengaruh duniawi.
Artinya mata yang terjaga dari maksiat, telinga yang terjaga dari maksiat,
mulut yang terjaga dari maksiat, tangan yang terjaga dari maksiat, kaki yang
terjaga dari maksiat, hati yang terjaga dari maksiat, ruh yang terjaga dari maksiat.
Demikian kebebasan ruh yang sehat dalam arti ruh hanya mengenal
penciptanya sejak pertama kali dan pertama kali 'jatuh cinta.' Maukah ada perkenalan lain selain Dia yang
maha dikenal? Atau maukah ada percintaan lain selain Dia yang maha dicinta?
Jika ada menjadi sebuah penyakit rohani dan musuh rohani, makna lain yang dapat
dipahami dari perluasan konsep syirik. Ruh bila sesuai dengan kehendak Tuhan
adalah ruh yang sehat, ruh yang sehat artinya ruh yang merdeka, ruh yang
merdeka artinya ruh yang bebas dari dikte alam jasmani dan hasrat duniawi. Wallahu
a'lam.
Komentar
Posting Komentar