MAKTABAH SIRRIYAH 13



MAKTABAH SIRRIYAH 13
MA'RIFAT PERMULAAN

Oleh
Ma’ruf Zahran

At-Tafriqah merupakan pengenalan (ma'rifat) pada tingkat permulaan (bidayah). Ma'rifat hidayah bidayah ini masih memandang bahwa Allah SWT sangat dekat kepada dirinya. Keadaan yang membuat arif billah sudah sangat bergembira, sebab yang dicarinya sudah dikenalnya. Baru kenal biasanya masih banyak bicara. Pembicaraan ketuhanan muncul pada ruang syariat. Artinya lari dari perkumpulan kaji ketuhanan yang satu kepada perkumpulan yang satu lagi. Bukan aib, namun untuk menegaskan kembali supaya lebih yakin. Seperti Ibrahim meminta supaya Tuhan memperagakan bagaimana caranya, Tuhan menghidupkan orang yang telah mati, dapat hidup kembali? (Rabbi, arini kaifa tuhyil mauta) yang artinya: Tuhanku! Tunjukkan kepadaku, bagaimana caranya Engkau menghidupkan orang yang telah mati?!

Arif billah yang sudah ma'rifat pada tingkat permulaan ini adalah ma'rifat af'alullah atau pengenalan terhadap perbuatan Allah. Meskipun arif billah permulaan (bidayah) ini meyakini tiga kenyataan (tri realitas) adalah Adam wujud majazi (jasadi), Nur wujud ruhi, dan Tuhan wajibul wujud al-haqqi, ketiganya esa. Tetapi masih berada pada dimensi ruang yang terpisah, masih berada pada dimensi waktu yang berbeda, beserta terdapat keadaan yang melingkupinya. DekatNya pada waktu salat, dekatNya pada tempat di Mekah, Madinah, Aqsa. DekatNya terasa dalam keadaan bersuci, dekatNya terasa dalam keadaan berdzikir, dekatNya terasa dalam keadaan bertasbih, bertahmid, bertakbir, bertahlil, bersalawat, bermunajat. Dekatnya terasa pada waktu antara Asar dengan Maghrib. Variabel waktu antara Ashar dan Maghrib di hari Jumu'ah adalah waktu yang mustajabah. Pandangan (syuhud) bagi arif permulaan sangat memerhatikan isyarat waktu, dan dia sadar dalam isyarat waktu tersebut terdapat kedekatan-kedekatan dengan Allah SWT. Arif billah bidayah juga mementingkan tempat yang mustajabah yaitu posisi duduk seperti duduk diantara dua sujud (duduk iftirash) dan disebelah kanan shaf yang paling depan. Mereka awalnya adalah orang-orang pengamal syariat yang tulus, kemudian Allah SWT angkat menjadi waliNya.

Umat terdahulu, sebelum zaman umat baginda junjungan alam sayyidi rahmat Muhammad putera Abdullah, sebelum masa sayyidi barakat Muhammad putera Abdullah yang diajarkan Tuhan adalah tingkat ma'rifat af'alullah. Umat sayyidi Adam, umat sayyidi Idris, umat sayyidi Nuh, seperti firman Tuhan: (Berkata Nuh), "Maka aku (Nuh) katakan kepada kaumku, mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia dalam keadaan yang selalu mengampuni. Niscaya Dia mengirimkan hujan yang sangat lebat, memperbanyak hartamu dan anak-anakmu, dan menjadikan untukmu taman-taman (kebun-kebun), dan menjadikan untukmu sungai-sungai yang mengalir." (Nuh:10-11).

Ma'rifat af'alullah untuk umat sayyidi Hud, sayyidi Luth, Saleh, sayyidi Ibrahim, sayyidi Ismail, sayyidi Ishak, sayyidi Ya'qub, sayyidi Yusuf, sayyidi Musa, sayyidi Harun, sayyidi Ayub, sayyidi Yunus, sayyidi Zakaria, sayyidi Yahya, sayyidi Isa putera Maryam, mereka mulia karena menjadikan do'a sebagai wasilah untuk ketersampaian hajat mereka kepada Rabbi. Rabbi, Rabbi  ... Dalam wasilah kebaikan, di depan Multazam area antara pintu Baitullah dengan Hajarul-aswat. Atau fadhilah salat dalam hijir Ismail adalah sama dengan pahala salat di dalam Baitullah. Dan banyak doa yang mereka panjatkan bermuatan isi keluh-kesah mereka di hadirat ilahi. Doa mereka berupa pembahasan  yang harus dibahasakan supaya dapat dibahas. Doa pada level ini sangat banyak ditemukan dalam kitab suci. Contoh doa sayyidi Adam ketika memohon ampun. Jika tidak Engkau ampuni, (menuntut qudrat dan iradatNya dalam nama maha pengampun), pasti kami menjadi orang-orang yang merugi. Dapat dipahami, banyak hal yang menjadikan usulan bahasa, supaya Dia mau mengampuni. Ada Adam dan Hawa, ada Rabbana, ada dosa mereka (dzalamna), ada diri (anfusana). Ada kerugian karena ketiadaan kasihNya dan kehilangan sayangNya. Sungguh telah majemuk yang hadir.

Dalam studi Tasawuf disebut kaedah: Syuhudul kasrah fil wahdah, yang artinya: Pandanglah yang banyak untuk yang esa. Demikian pula Nabi Nuh, Nabi Hud, Nabi Luth, Nabi Saleh menyatakan pada Tuhan: "Rabbinshurni bima kadzdzabun" (Tuhanku, tolong aku, karena mereka mendustakanku). Berbeda halnya dengan Rasulullah Muhammad SAW tidak pernah mengadukan kedurhakaan umatnya kepada Tuhan. Artinya, RasulNya Muhammad SAW sudah berkedudukan pada derajat syukur, sabar dan ridha. Syukur adalah derajat ma'rifat af'alullah, sabar adalah derajat ma'rifat asma' wash-shifatullah, ridha berderajat ma'rifat dzatullah. Syukur masih ada tanya, sabar masih ada tanya, sedangkan ridha tidak ada lagi tanya. Sebab sudah tenggelam, terbenam dan karam dalam lautan ma'rifat dzat.

Arif billah permulaan berkeyakinan pandangan (musyahadah) bahwa Allah lebih dekat kepada dirinya daripada sesuatu. Arif billah yang duduk dipermulaan ini memiliki banyak rasa, meskipun rasa yang paling dekat adalah Allah SWT. Di dalam diri waliyullah bidayah (permulaan) masih ada diri sendiri, masih ada isyarat dekat, dan masih ada Allah.

Walaupun dia telah memandang (musyahadah) dan menyaksikan bahwa Allah SWT hadir pada tiap-tiap sesuatu. Arif billah permulaan (At-Tafriqah) sudah baik, sebab telah berakhlak mulia dan beradab santun. Akhlak dalam bicara, berbuat dan hati. Arif billah permulaan ini sudah baik, namun dalam studi Tasawuf ada lagi tingkatan arif billah, tingkat kedua (Al-Jam'u) dan tingkat ketiga (Al-Jam'u Jamak). Wallahu a'lam.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN