MAKTABAH SIRRIYYAH 10

 


MAKTABAH SIRRIYYAH 10
AL-INSANU SIRRIY WA-ANA SIRRUHU

Oleh
Ma’ruf Zahran

Judul ini telah sama-sama menyimpan rahasia. Zona yang sebenarnya tidak lagi bisa dibayangkan, Al-Ahad. Selama masih dapat dibayangkan pasti berbayang.  Artinya masih ada dua yang wujud, bahkan hadir banyak wujud. Sewaktu sudah menjadi milik bersama, bukan lagi rahasia, namun sudah menjadi rahasia umum. Segala sesuatu jika sudah sering dibaca, salat yang berbacaan, puasa yang berbacaan, zakat yang berbacaan, haji yang berbacaan, maka syariat yang menjadi hakimnya.

Rahasia Tuhan adalah Dia yang haqqul wujud tidak disandari dan Dia yang haqqul wujud tidak menyandari, Dia mengetahui bukan dengan ilmu, sebab ilmu tidak bisa menerangkan tentang Dia, dan Diapun tidak bisa menerangkan tentang Dia, kecuali wadahNya sudah sesuai, Allahu akbar!

Al-Insanu yang ingin menggapai sirKu (al-insanu sirriy), insan harus mematikan akal. Hal ini menjadi syarat mutlak dengan pertimbangan keterbatasan akal. Kecuali menyerahkan akal kepada yang menguasai akal, shifatullah yang esa. Sebab akal bukan ditujukan untuk mengetahui segalanya, tetapi akal ditujukan untuk mengetahui siapa yang punya segalanya. Akal tidak bisa menjangkau:

  1. Dia yang sempurna.
  2. Dia yang esa.
  3. Dia yang tak terhingga (invinitie).

Kuasa manusia pun tidak diberi kesanggupan mengenalNya. Sebab sudah hancur terlebih dahulu sebelum dapat mengenalNya. Istilah nama sering menyesatkan banyak orang. Penamaan akan  membatasi yang punya nama, penyifatan akan membatasi yang punya sifat. Nama dan sifatKu, telah menjadi rahasia nama dan sifat Muhammad, nama dan sifat Muhammad telah menjadi rahasiaNya.

Kajian dalam penyampaian pembahasan merupakan upaya menjangkau yang tak terjangkau, upaya menerangkan sumber cahaya. Selamanya tidak tercahayai sebab sesuatu yang datang adalah gelap. Kunci ma'rifat ingin membuka dan membedah dada kegelapan supaya terbuka dan tersingkap rahasia dan akhirnya tertutup lagi, tersadar bahwa ego yang ada hanyalah fenomenal (gejala), bukan esensial (sebenarnya). Ego (keakuan) yang sebenarnya tetapi yang bukan sebenarNya adalah:

  1. Dari ma'rifat af'al yang esa, sampai kepada yang esa. Ketuhanan yang maha esa tiada dapat disebut berbuat, sebab Dia bukan perbuatan. Dari tiada, menjadi ada, lalu menjadi tiada. Tiada itulah YANG MAHA ADA. Merasa berbuat tetapi kosong, merasa insan yang hadir, insan yang berkalam. Bentuk insan telah menipu insan yang beribadah dan bentuk insan yang telah tertipu oleh si-taat jasad. Si-taat jasad pada hakikatnya, tidak meyakini Tuhan yang kuasa berbuat. Sebaliknya, ketika mereka meyakini bahwa Tuhan yang taat, maka hancurlah insan si-taat diri yang merasa wujud dalam perbuatan taat. Pengenalan yang mengantar kepada kebinasaan jasad (faqad fasadal jasad).
  2. Dari ma'rifat asma' (nama-nama), namun esa bukan berarti awal dan bukan berarti akhir. Kecuali itu, Tuhan bukan aksara yang dirangkai kemudian menjadi nama yaitu sehimpunan atau sekumpulan huruf yang dapat  dieja, T - U - H - A - N. Apabila ada manusia yang sanggup menjelaskan Tuhan, niscaya itu makhluk. Minimal Tuhan dalam kurungan dan kandang logika yang mereka telah bangun.
  3. Keesaan ma'rifat sifat Tuhan pun tidak berbayang dan tidak berganda. Apa yang sanggup dilihat dengan kebenaran penglihatan adalah bahwa yang terpandang merupakan kehebatan Allah dan RasulNya (al-haibah). Selain pandangan keduanya, hanyalah pandangan sesat dan menyesatkan (dhallu wa adhallu). Firman Tuhan: "Dan tidaklah ketika orang-orang mukmin melihat pasukan kualisi musuh (ahzab), kecuali mereka mengatakan; inilah yang dijanjikan Allah dan RasulNya, dan benarlah Allah dan RasulNya, dan tidaklah menambah bagi mereka, kecuali keimanan dan keislaman." (Al-Ahzab:22). Tuhan dan insan sama-sama menyimpan rahasia sifat. Tuhan dan insan sama-sama merasakan rahasia titipan sifat. Rahasia sifat Muhammad dalam rahasia dzat Tuhan. Maksudnya,  Muhammad menampung rahasia rasa sifat dan dzat Tuhan yang pada hakikatnya ESA. ESA menetap tiada yang datang dan tiada yang pulang. Aku juga yang esa, esa. Bertajalli pada diri sayyidi Musa di Bukit Tursina, bertajalli pada diri sayyidi Isa di Bukit Tengkorak, sehingga sayyidi Isa putera Maryam binti Imran diangkat ke langit IV. Muhammad bin Abdullah pun menampung tajalli Rububiyyah di Bukit Cahaya (Jabal Nur). "Insan itu rahasiaKu, dan rahasia itu sifatKu, dan sifatKu itu, tiada lain kecuali Aku." (Hadits Qudsi). Af'al Allah adalah hakikat nama Allah, hakikat nama Allah adalah sifat Allah, hakikat sifat Allah adalah dzat Allah. Jangan ada lagi pengkajian yang terpisah-pisah, jangan ada lagi pengajian yang terbelah porak-poranda. Bila tidak sampai, pengajian-pengajian dan taklim-taklim hanya akan membawa umat dan jamaah ke arah kegelapan dan kesesatan. Dikira Tuhan, ternyata hanya paham (fikih). Disangka Tuhan, ternyata hanya keterangan tentang Tuhan.
  4. Keesaan ma'rifat diri, Dia sudah menyimpan diriNya dalam diri rasa (rahasia insan). Studi Tauhidiyah Ahadiyah menyebutkan yang dinukil dari Hadits Qudsi: " Al-insanu sirriy, wa ana sirruhu," (manusia adalah rahasiaKu, dan Aku adalah rahasianya). Mereka  saling memuliakan, saling memajukan yang hakikatNya DIRI ESA yaitu ma'rifat dzat. Wallahu a'lam.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

AN NURIYAH

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN