MAKTABAH SIRRIYYAH 11
MAKTABAH
SIRRIYYAH 11
SIR
Oleh
Ma’ruf Zahran
DICARI tidak jauh, tetapi juga tidak dekat. Pahamkah? ... ...
... dari sabar ... ... menjadi rasa ... dari rasa menjadi KOSONG ... KOSONG
... OOO ... , tanpa suara ... nikmat jangan diceritakan !!!
Sebab DIA bukan nikmat. Dzikir LA ILAHA ILLALLAH dzikir kullu jasad ... sampai tiada jasad (lisan) yang
berdzikir, lalu tingkatkan ke langit ke dua dzikir nadi yang terhubung ke
jantung yang berdzikir ... RASAKAN
... !!!
RASAKAN rasa yang berkedudukan di dalam hati (qalbu) pada
perbendaharaan asmaullah memenuhi dzikir hati
... Dari saluran hati AL-LATIF menjadi mata yang memandang dengan
'ainullah AL-LATIF ... Maha lembut ... maha lembut ... maha lembut ... sampai menjadi perbuatan Allah Al-Wahdah
yang maha lembut memberi dan yang maha lembut menerima. Sungguh di dunia sudah
bertemu (liqa') rabbi bi rabbi (Tuhan dengan Tuhan). Maksudnya rahasia ikhlas
(suci-murni) tidak tercampur lagi dengan nama yang berganda. Dan tidak silau
lagi dengan sifat makhluk yang majemuk. Barang siapa yang telah memandang di
dunia, terpandang di akhirat. Sebaliknya (Al-Isra' ayat 72) telah Dia
pernyatakan: "Dan siapa buta mata hatinya di dunia ini, niscaya pasti buta
di akhirat, dan lebih sesat jalan." Untuk tidak sesat berjalanlah di bawah
bendera Rasulullah SAW sang imam. Dipertegas olehKu dalam hatiKu, surah
Al-Isra' ayat 71: "Pada hari manusia dipanggil oleh Rabb dengan pemimpin
mereka, dan siapa yang diberikan kitab dengan tangan kanannya (Muhammad), maka
mereka membaca kitab mereka, dan tidaklah mereka dianiaya sedikitpun."
Sang imam besar, maha guru, imamiy Rasulullah SAW sayyidi Thaha ...
Barang siapa yang masih terakui insan yang kaya, sungguh mereka
kafir terhadap Al-Ghani. Musnahkan insan, tegakkan Al-Ghani (maha kaya);
ghaniyyullah. Siapa yang mengaku hidup hakikatnya mati, matikan diri insan,
hidupkan Al-Hayat, hayatullah. Keadaan yang sudah bersesuaian (munasabah).
Berawal dari keadaan yang bersesuaian tadi adalah rasa (sir) rabbi bi 'abdi
(Tuhan dengan hamba), kedudukan ini adalah maqam hakikat. Kemudian pada tingkat rasa (sir) 'abdi bi
rabbi (hamba dengan Tuhan) adalah kedudukan ma'rifat. PuncakNya adalah rabbi bi
rabbi (Tuhan dengan Tuhan) adalah tingkatan ahadiyat. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar