AL-MAKKIYAH 4

 

Al-Makkiyah 4
AWALNYA DAN AKHIRNYA KEBENARAN MILIK ALLAH

Oleh
Ma’ruf Zahran

Pada Al-Makkiyah 2 dan 3 telah diperbincangkan nota Ibrahim (catatan Ibrahim) dan nota Muhammad (catatan Muhammad) tentang Tuhan. Meski tidak boleh membedakan antara satu nabi dengan nabi yang lain, kecuali mereka laksana susunan batu bata dari bangunan yang tinggi, besar dan menjulang. Tamsilnya,  Nabi  Muhammad putera Abdullah adalah menyempurnakan batu bata yang ke-25. Terakhir tetapi awal, awal namun akhir (minal awwalina wal akhirin). Muhammad adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan Muhammad adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Pemberitaan Allah kepada Muhammad, Muhammad kepada umat. Umat kepada Muhammad, Muhammad kepada Allah. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad.

Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah. Tidak melewati Muhammad sebagai utusan, lalu melewati siapa? Sementara Tuhan Allahu Subhanahu wa Ta'ala sejak dahulu telah berfirman: Pikiran, pikiran hamba dan tuhan, serta keterbelahan diri antara manusia dan tuhan. Waktu tersebut telah tiba, yaitu waktu ketika akal menjadi hijab bagi diri Allahu Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, serta adam (alam, insan). Akal merupakan daya nalar untuk membedakan subjek, objek, predikat dan keterangan. Lalu, menjadi tiga entitas yang jamak, Tuhan sangat jauh kepada Muhammad, Muhammad sangat jauh kepada umat, insan. Tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan. Dalam ayat telah Tuhan firmankan: "Bukankah Kami telah banyak memberikan perumpamaan pelajaran, sedangkan manusia adalah yang paling membantah (mendebat) Tuhan dengan akalnya." Arti dari surah Al-Kahfi (18) ayat 54 di atas menunjukkan kesombongan (digjaya) akal saat mendebat Allahu Subhanahu wa Ta'ala, malah akal telah menjadi tuhan, tuhan semu (pseudo devine). Allahu Subhanahu wa Ta'ala bukan Tuhan langit, bukan Tuhan bumi, dan bukan Tuhan wahyu. Sebutan-sebutan tersebut adalah gelar/titel yang diberikan manusia untuk Tuhan dalam rangka memuaskan dahaga logika (akal). Perhatikan bahwa ada wilayah akal yang mesti berbicara, dan ada wilayah akal yang mesti diam. Cukuplah kebodohan seseorang saat dia mampu menceritakan apa saja yang dia pikirkan, sehingga keberadaannya telah terbuka untuk konsumsi umum.

Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, karena sifat perasaan yang lebih halus daripada pikiran. Sebab tipuan perasaan lebih samar daripada tipuan pikiran. Saat manusia berada dalam alam perasaan, Azazil memainkan peran was-wisu fi shudurinnas (keraguan di dalam hati manusia), minal jinnati wan-nas (dari bangsa jin dan bangsa manusia). Orang-orang yang dimurkai dan orang-orang yang sewatak dengan mereka (maghdub) adalah mereka ahli pikir (ahlul-fikri) dan ahli rasa (ahluz-zauqi). Sama halnya dengan orang-orang yang tersesat (dhal), mereka adalah orang-orang yang berpikiran tajam lagi berpikiran ke depan (wahum mubshirun), siapakah mereka yang berpikiran cemerlang? Mereka dari kelompok Fir'aun, Haman dan Qarun (min Fir'auna wa Hamana wa Qarun). Fir'aun dengan titipan kekuasaan dari Tuhan, dia mendebat Tuhan. Haman sebagai seorang akademisi telah membantah Tuhan dengan titipan ilmu dari-Nya. Qarun diberi anugerah kekayaan oleh Tuhan, bahkan dengan kekayaan yang banyak, Qarun telah berani mendurhakai Tuhan secara terang-terangan. Bukanlah jaminan  keselamatan (aslama, yuslimu, islam/salim) mereka yang 'primus' dari domain pikiran dan domain perasaan. Namun mereka yang selamat adalah mereka yang diselamatkan Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab diberi nikmat dan fadilat, yaitu jalan Tuhan. Jalan orang-orang yang mendapat nikmat dariMu (shirathalladzina an-'amta 'alaihim) adalah mereka yang disebut para nabi, para shiddiq, para syuhada', para shalihin.

Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.

Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna! Bagaimanakah salat yang benar supaya tidak terkesan memberi tahu Tuhan seperti ucapan:

  1. Rabbigfirli (Tuhan, ampuni aku).
  2. Warhamni (sayangi aku).
  3. Wajburni (tutup aib-ku).
  4. Warfa'ni (angkat derajat-ku).
  5. Warzuqni (tentang rezeki untuk-ku).
  6. Wahdini (tentang petunjuk untuk-ku).
  7. Wa'afini (tentang kesehatan-ku).
  8. Wa'fuanni (maafkan aku).

Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa. Tuhan penuh kepastian suci, manusia diliputi noda dan nista sumur dosa. Wallahu a'lam.

Komentar

  1. Nama : Buya Ismail
    Nim : 12301066

    Artikel ini tampaknya menggambarkan pandangan tentang hubungan antara Allah, Nabi Muhammad, dan manusia. Ia menyoroti konsep-konsep seperti pentingnya iman pada Nabi Muhammad, peran akal dan perasaan dalam agama, serta makna salat dalam Islam.

    Penting untuk diingat bahwa pandangan dan tafsiran agama dapat bervariasi di antara individu dan kelompok. Artikel ini tampaknya mengajukan pandangan tertentu tentang pemahaman agama Islam. Bagi beberapa orang, pandangan ini mungkin sesuai, sedangkan bagi yang lain, pandangan ini mungkin berbebeda

    BalasHapus
  2. Nama : Muhammad Alif Ramadhan
    NIM : 12301057

    Qarun diberi anugerah kekayaan oleh Tuhan, bahkan dengan kekayaan yang banyak, Qarun telah berani mendurhakai Tuhan secara terang-terangan.

    Namun mereka yang selamat adalah mereka yang diselamatkan Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab diberi nikmat dan fadilat, yaitu jalan Tuhan.

    Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala.

    Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya.

    Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.

    Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri.

    BalasHapus
  3. Nama : Alifatul Umu Amanah
    NIM : 12301073

    Tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan.
    Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, karena sifat perasaan yang lebih halus daripada pikiran.
    Perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna
    Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa

    BalasHapus
  4. Nama : Muhammad Ali Akbar Busiri
    Nim : 12301072

    Dalam teks ini, dijelaskan tentang hubungan antara Tuhan, Nabi Muhammad, dan manusia. Di antaranya, disebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah penting dalam hubungan ini dan bahwa mempercayai Al-Quran sama dengan mempercayai Muhammad. Teks juga membahas peran pikiran dan perasaan manusia dalam mencari Tuhan, serta pentingnya ma'rifat (pengetahuan spiritual) dalam ibadah. Selain itu, disarankan agar salat digunakan untuk membangunkan kesadaran diri daripada sebagai cara untuk memberi tahu Tuhan yang sudah sempurna.
    Nabi Muhammad memiliki peran penting dalam hubungan antara manusia dan Tuhan, pentingnya ma'rifat dalam ibadah, dan salat sebaiknya digunakan untuk membangunkan kesadaran diri daripada untuk memberi tahu Tuhan yang sudah sempurna.

    BalasHapus
  5. Nama : Muhammad Rizky Kurniawan
    Nim: 12301063
    Kelas: 1C
    Pada artikel di atas memberitahukan kepada kita bahwasannya akal dan perasaan ketika di gunakan terlalu berlebihan dapat mengakibatkan kesesatan oleh sebab itu dalam beribadah kita harus menggunakan hati yang bersih serta akal yang jernih. Dapat di simpulkan bahwasannya akal ,perasaan dan hati harus di gunakan secara seimbang agar kita tidak tersesat karna semua telah di jelaskan dalam firman Allah swt.

    BalasHapus
  6. Nama:cinta
    Nim :12301075
    Kelas:1c/pai
    Dari artikel di atas dapat kita ketahui agar kita tidal membedakan nabi yang sa tu dental nabi yang lainya
    Tapi tentu beliau para nabi memiliki perbedaan atau keistimewaan tersendiri. Dan cara menyampaikan agama Allah SWT.

    BalasHapus
  7. Nama: Wahyu Hidayatullah
    NIM: 12301064

    Berdasarkan pada artikel yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa nabi Muhammad SAW adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan nabi Muhammad SAW adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Al-Qur'an berisikan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, baik peristiwa beliau ketika menyebarkan dakwah dan lain sebagainya, maka dari itu kita sebagai umat Islam harus mempercayai Al-Qur'an karena mempercayai Al-Qur'an sama halnya dengan mempercayai nabi Muhammad SAW, begitu juga sebaliknya apabila kita mendustakan Al-Qur'an sama halnya kita mendustakan nabi Muhammad SAW.
    Mendustakan nabi Muhammad SAW sama halnya dengan mendustakan Allah SWT, begitu juga sebaliknya meyakini nabi Muhammad SAW sama halnya dengan meyakini Allah SWT.

    BalasHapus
  8. Nama:Fadhillah
    Nim: 12301059
    Kelas: 1C

    Dari artikel diatas menjelaskan tentang hubungan antara Allah SWT, nabi Muhammad dan manusia.
    Ketika seseorang Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah. Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai.

    BalasHapus
  9. Nama : Safia
    Nim : 12301058
    Kelas : 1c
    Muhammad adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan Muhammad adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Pemberitaan Allah kepada Muhammad, Muhammad kepada umat. Umat kepada Muhammad, Muhammad kepada Allah. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad.
    Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna! Bagaimanakah salat yang benar supaya tidak terkesan memberi tahu Tuhan seperti ucapan:

    Rabbigfirli (Tuhan, ampuni aku).
    Warhamni (sayangi aku).
    Wajburni (tutup aib-ku).
    Warfa'ni (angkat derajat-ku).
    Warzuqni (tentang rezeki untuk-ku).
    Wahdini (tentang petunjuk untuk-ku).
    Wa'afini (tentang kesehatan-ku).
    Wa'fuanni (maafkan aku).
    Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa. Tuhan penuh kepastian suci, manusia diliputi noda dan nista sumur dosa. Wallahu a'lam.

    BalasHapus
  10. Nama : muhammad diash
    ardiansyah
    Kelas : 1C
    Nim : 12301051
    Dari artikel diatas saya mengambil kesimpulan bahwa Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.

    BalasHapus
  11. Nama Fazi ilmia jamil
    NIM 12301070
    Makalah tersebut membahas tentang nabi Muhammad mulai dari sisi kehormatan nabi dan lain lain

    Juga Ketika seseorang Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah
    Dan juga membahas tentang manusia terhadap Tuhannya / ketuhanan manusia juga berdoa kepada Allah setiap waktu itu adalah kebutuhan setiap manusia dan juga sholat

    BalasHapus
  12. Nama : Jihan 'Afra Nisrina
    Kelas : 1C
    Nim : 12301204

    Ketika terlalu banyak menggunakan daya Nalar tanpa menggunakan aqidah bisa menjauhkan dari Tuhan Allah SWT karena tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan.

    Pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.

    BalasHapus
  13. NAMA : LAILATUL QADARIAH
    NIM : 12301069
    KELAS : 1C
    Teks ini mencoba untuk menyampaikan pandangan yang kompleks tentang hubungan antara manusia, Tuhan, dan agama. Dalam pandangan ini, Nabi Muhammad dianggap sebagai batu bata penting dalam membangun pemahaman tentang Tuhan, dan perannya sebagai penyampai pesan ilahi sangat penting. Pandangan ini menekankan pentingnya meyakini Al-Quran sebagai wahyu Tuhan dan menghormati peran Nabi Muhammad dalam menyampaikannya.

    Selanjutnya, teks ini membahas peran pikiran dan perasaan dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Pikiran dianggap sebagai sesuatu yang dapat menjadi penghalang dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan, sementara perasaan dapat membingungkan dan menyesatkan manusia. Teks ini mengajak untuk menjalani ibadah dengan tulus dan kesadaran akan dosa, bukan sebagai cara untuk memberitahu Tuhan yang sudah sempurna, tetapi sebagai cara untuk membangunkan kesadaran diri manusia yang cenderung lalai.

    BalasHapus
  14. Ketika terlalu banyak menggunakan daya Nalar tanpa menggunakan aqidah bisa menjauhkan dari Tuhan Allah SWT karena tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan.Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.

    BalasHapus
  15. Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti.

    BalasHapus
  16. Nama:Anisa Ramadani
    Nim: 12301052
    Kelas:1C

    Jika kita mempercayai alquran maka sama dengan mempercayai muhammad dan sebaliknya, begitu pula jika kita mendustakan muhammad artinya sama dengan mendustakan Tuhan dan sebaliknya, maka ini berhubungan erat antara allah, muhammad serta manusia.
    Kita dikuasai oleh perasaan daripada pikiran yang menyesatkan diri sendiri, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya karna perasaan tidak selamanya akan tersampaikan ke pada Tuhan jika seseorang selalu mengandalkan pikiran malah itu akan membuat kita semakin jauh dari Tuhan.
    Maka untuk renungan diri kita harus kembalikan solat untuk membangun kesadaran diri, ketika lalai dan jadikan salat sebagai upaya akan kepastian dosa.

    BalasHapus
  17. Nama: Muhammad Agus Munandar.
    Nim: 12301055.
    Kelas: 1C.
    bahwa nabi Muhammad SAW adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan nabi Muhammad SAW adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Al-Qur'an berisikan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, baik peristiwa beliau ketika menyebarkan dakwah dan lain sebagainya, maka dari itu kita sebagai umat Islam harus mempercayai Al-Qur'an karena mempercayai Al-Qur'an sama halnya dengan mempercayai nabi Muhammad SAW, begitu juga sebaliknya apabila kita mendustakan Al-Qur'an sama halnya kita mendustakan nabi Muhammad SAW.
    Mendustakan nabi Muhammad SAW sama halnya dengan mendustakan Allah SWT, begitu juga sebaliknya meyakini nabi Muhammad SAW sama halnya dengan meyakini Allah SWT.
    Penting untuk diingat bahwa pandangan dan tafsiran agama dapat bervariasi di antara individu dan kelompok. Artikel ini tampaknya mengajukan pandangan tertentu tentang pemahaman agama Islam. Bagi beberapa orang, pandangan ini mungkin sesuai, sedangkan bagi yang lain, pandangan ini mungkin berbebeda

    BalasHapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  19. Dalam teks ini, dijelaskan tentang hubungan antara Tuhan, Nabi Muhammad, dan manusia. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad. Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, karena sifat perasaan yang lebih halus daripada pikiran. Sebab tipuan perasaan lebih samar daripada tipuan pikiran.Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti.

    BalasHapus
  20. Nama : Ayu sri astuti
    NIM :12301060

    Awalnya dan akhirnya kebenaran milik Allah subhanahu wata'ala.
    Menjaga pola berpikir dalam beriman atau percaya bahwa ibadah yang kita kerjakan itu secara penilaian di dalamnya itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Dan pekerjaan ibadah tersebut memang kita perlukan tanpak sekali peran penting Nabi Muhammad dalam mendapat kan syafaat dari-NYA. Dan semua ketepan dari awal kita kerjakan hingga akhirnya nanti itu tetap kebenarannya hanya milik Allah subhanahu wata'ala. Bagaimana pun bentuk pemaham yang kita cerna sehebat apa pun kita berpendapat jika tidak di benarkan oleh Allah maka selama itu juga lah orang tersebut berada pada jalan kesalahan.

    BalasHapus
  21. Nama : Sri Amelianti Ningsih
    Kelas : 1 C
    Nim : 12301053

    Dari teks diatas, kita di peringatkan bahwa tidak lah perlu membedakan nabi yg satu dgn nabi yg lainnya karena semua nabi sama sama memiliki kemuliaan dan nabi muhammad putra abdullah adalah nur yg awal bagi alam semesta.
    Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah. Allahu Subhanahu wa Ta'ala bukan Tuhan langit, bukan Tuhan bumi, dan bukan Tuhan wahyu. Sebutan-sebutan tersebut adalah gelar/titel yang diberikan manusia untuk Tuhan dalam rangka memuaskan dahaga logika (akal).
    Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna.
    Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa.

    BalasHapus
  22. Nama: HAFIZHAH SAHLA
    Nim : 12301067
    Kelas : 1C

    Pada artikel di atas, kita disadarkan bahwasanya Allah menciptakan Nabi Muhammad sebagai penyempurna para nabi yang kisahnya dituliskan didalam Al-Quran.Yang mana ketika kita mempercayai Al-Qur'an berarti kita mempercayai Nabi Muhammad dan begitu juga sebaliknya, dan ketika kita mendustakan Nabi Muhammad berarti kita juga mendustakan Allah.

    Namun dimasa sekarang, akal manusia seakan-akan menjadi hijab pemisah antara manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah, pada sudah Al-Kahfi ayat 54 dijelaskan bahwa, kesombongan akal saat mendebat Allah telah menjadikan akal sebagai Tuhan yakni Tuhan yang semu.
    Oleh karena itu, seseorang yang selalu mengandalkan pikirannya pasti akan terpenjara dalam hukum akal yaitu sebab akibat. Karena ketika ilmu kita belum tulus, perasaan kita belum tulus, ibadah kita belum tulus itu akan menjadikan perasaan kita semakin terhijab akan kekuasaan Allah.

    BalasHapus
  23. Nama: Anjeli
    NIM : 12301061
    Kelas: 1C

    Dari teks di atas sudah jelas Nabi Muhammad adalah kekasih Allah Nabi akhir seluruh umat Islam
    Nabi Muhammad adalah isi Al-Qur'an dan Al-Qur'an berisi tentang Nabi Muhammad artinya mempercayai Al-Qur'an sama dengan mempercayai Nabi Muhammad
    Akal merupakan daya nalar untuk membedakan subjek objek predikat dan keterangan
    Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, Karena sifat perasaan yang lebih halus dari pikiran.sebab tipuan perasaan lebih samar daripada tipuan pikiran.
    Kembalikan sholat Untuk kesadaran diri, jadikan sholat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri, yang selalu lalai, ingatkan diri akan kepastian dosa.

    BalasHapus
  24. Nama : Khansa syabania
    Nim : 12301054
    Dalam artikel diatas bahwasannya Muhammad adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan Muhammad adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Pemberitaan Allah kepada Muhammad, Muhammad kepada umat. Umat kepada Muhammad, Muhammad kepada Allah. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad.

    Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah.

    BalasHapus
  25. Nama: Rima Dania
    Nim: 12301068

    Dalam blog ini, dapat saya pahami bahwa sebagai manusia kita harus meyakini Muhammad maka kita juga meyakini Allah, begitu juga kebalikan nya. Dan apapun pikiran manusia maka akan menjadi hijab bagi diri mereka sendiri.

    BalasHapus
  26. Nama : ibtisya fentika maunya
    Nim :12301062
    Artikel tersebut sepertinya mengulas pandangan mengenai hubungan antara Allah, Nabi Muhammad, dan manusia dalam konteks agama Islam. Artikel tersebut membahas konsep-konsep seperti pentingnya iman pada Nabi Muhammad, peran akal dan perasaan dalam agama, serta makna salat dalam Islam.

    Perlu diingat bahwa pandangan dan tafsiran agama seringkali bervariasi antara individu dan kelompok dalam komunitas Islam. Artikel tersebut mengemukakan pandangan tertentu yang mungkin sesuai dengan pemahaman agama bagi sebagian orang, namun pandangan ini bisa berbeda dengan pandangan yang dipegang oleh orang lain. Ini mencerminkan keragaman pemahaman dalam agama Islam.

    BalasHapus
  27. nama: BELLA CHANDRAYANI
    kelas 1c
    Nim:12301065
    salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN