AL-MAKKIYAH 4
Al-Makkiyah 4
AWALNYA DAN
AKHIRNYA KEBENARAN MILIK ALLAH
Oleh
Ma’ruf Zahran
Pada Al-Makkiyah 2 dan 3 telah diperbincangkan nota Ibrahim
(catatan Ibrahim) dan nota Muhammad (catatan Muhammad) tentang Tuhan. Meski
tidak boleh membedakan antara satu nabi dengan nabi yang lain, kecuali mereka
laksana susunan batu bata dari bangunan yang tinggi, besar dan menjulang.
Tamsilnya, Nabi Muhammad putera Abdullah adalah
menyempurnakan batu bata yang ke-25. Terakhir tetapi awal, awal namun akhir (minal
awwalina wal akhirin). Muhammad adalah Nur yang awal dari semua alam semesta,
dan Muhammad adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Pemberitaan Allah kepada
Muhammad, Muhammad kepada umat. Umat kepada Muhammad, Muhammad kepada Allah.
Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya,
memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama
dengan mendustakan Muhammad.
Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah,
meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah. Tidak melewati Muhammad sebagai
utusan, lalu melewati siapa? Sementara Tuhan Allahu Subhanahu wa Ta'ala sejak
dahulu telah berfirman: Pikiran, pikiran hamba dan tuhan, serta keterbelahan
diri antara manusia dan tuhan. Waktu tersebut telah tiba, yaitu waktu ketika
akal menjadi hijab bagi diri Allahu Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, serta adam (alam, insan). Akal merupakan daya
nalar untuk membedakan subjek, objek, predikat dan keterangan. Lalu, menjadi
tiga entitas yang jamak, Tuhan sangat jauh kepada Muhammad, Muhammad sangat
jauh kepada umat, insan. Tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan
objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan
yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan. Dalam ayat telah
Tuhan firmankan: "Bukankah Kami telah banyak memberikan perumpamaan
pelajaran, sedangkan manusia adalah yang paling membantah (mendebat) Tuhan
dengan akalnya." Arti dari surah Al-Kahfi (18) ayat 54 di atas menunjukkan
kesombongan (digjaya) akal saat mendebat Allahu Subhanahu wa Ta'ala, malah akal
telah menjadi tuhan, tuhan semu (pseudo devine). Allahu Subhanahu wa Ta'ala
bukan Tuhan langit, bukan Tuhan bumi, dan bukan Tuhan wahyu. Sebutan-sebutan
tersebut adalah gelar/titel yang diberikan manusia untuk Tuhan dalam rangka
memuaskan dahaga logika (akal). Perhatikan bahwa ada wilayah akal yang mesti
berbicara, dan ada wilayah akal yang mesti diam. Cukuplah kebodohan seseorang
saat dia mampu menceritakan apa saja yang dia pikirkan, sehingga keberadaannya
telah terbuka untuk konsumsi umum.
Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, karena
sifat perasaan yang lebih halus daripada pikiran. Sebab tipuan perasaan lebih
samar daripada tipuan pikiran. Saat manusia berada dalam alam perasaan, Azazil
memainkan peran was-wisu fi shudurinnas (keraguan di dalam hati manusia), minal
jinnati wan-nas (dari bangsa jin dan bangsa manusia). Orang-orang yang dimurkai
dan orang-orang yang sewatak dengan mereka (maghdub) adalah mereka ahli pikir
(ahlul-fikri) dan ahli rasa (ahluz-zauqi). Sama halnya dengan orang-orang yang
tersesat (dhal), mereka adalah orang-orang yang berpikiran tajam lagi
berpikiran ke depan (wahum mubshirun), siapakah mereka yang berpikiran
cemerlang? Mereka dari kelompok Fir'aun, Haman dan Qarun (min Fir'auna wa
Hamana wa Qarun). Fir'aun dengan titipan kekuasaan dari Tuhan, dia mendebat
Tuhan. Haman sebagai seorang akademisi telah membantah Tuhan dengan titipan
ilmu dari-Nya. Qarun diberi anugerah kekayaan oleh Tuhan, bahkan dengan
kekayaan yang banyak, Qarun telah berani mendurhakai Tuhan secara
terang-terangan. Bukanlah jaminan
keselamatan (aslama, yuslimu, islam/salim) mereka yang 'primus' dari
domain pikiran dan domain perasaan. Namun mereka yang selamat adalah mereka
yang diselamatkan Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab diberi nikmat dan fadilat,
yaitu jalan Tuhan. Jalan orang-orang yang mendapat nikmat dariMu
(shirathalladzina an-'amta 'alaihim) adalah mereka yang disebut para nabi, para
shiddiq, para syuhada', para shalihin.
Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya
diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan
tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan
(fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan
pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in
causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala
tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan
semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan
ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut
kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus,
perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.
Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi
Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk
menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna! Bagaimanakah salat yang benar supaya
tidak terkesan memberi tahu Tuhan seperti ucapan:
- Rabbigfirli (Tuhan, ampuni aku).
- Warhamni (sayangi aku).
- Wajburni (tutup aib-ku).
- Warfa'ni (angkat derajat-ku).
- Warzuqni (tentang rezeki untuk-ku).
- Wahdini (tentang petunjuk untuk-ku).
- Wa'afini (tentang kesehatan-ku).
- Wa'fuanni (maafkan aku).
Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran
untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha
suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai,
sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan
bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa. Tuhan penuh kepastian suci, manusia
diliputi noda dan nista sumur dosa. Wallahu a'lam.
Nama : Buya Ismail
BalasHapusNim : 12301066
Artikel ini tampaknya menggambarkan pandangan tentang hubungan antara Allah, Nabi Muhammad, dan manusia. Ia menyoroti konsep-konsep seperti pentingnya iman pada Nabi Muhammad, peran akal dan perasaan dalam agama, serta makna salat dalam Islam.
Penting untuk diingat bahwa pandangan dan tafsiran agama dapat bervariasi di antara individu dan kelompok. Artikel ini tampaknya mengajukan pandangan tertentu tentang pemahaman agama Islam. Bagi beberapa orang, pandangan ini mungkin sesuai, sedangkan bagi yang lain, pandangan ini mungkin berbebeda
Nama : Muhammad Alif Ramadhan
BalasHapusNIM : 12301057
Qarun diberi anugerah kekayaan oleh Tuhan, bahkan dengan kekayaan yang banyak, Qarun telah berani mendurhakai Tuhan secara terang-terangan.
Namun mereka yang selamat adalah mereka yang diselamatkan Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab diberi nikmat dan fadilat, yaitu jalan Tuhan.
Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala.
Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya.
Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.
Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri.
Nama : Alifatul Umu Amanah
BalasHapusNIM : 12301073
Tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan.
Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, karena sifat perasaan yang lebih halus daripada pikiran.
Perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna
Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa
Nama : Muhammad Ali Akbar Busiri
BalasHapusNim : 12301072
Dalam teks ini, dijelaskan tentang hubungan antara Tuhan, Nabi Muhammad, dan manusia. Di antaranya, disebutkan bahwa Nabi Muhammad adalah penting dalam hubungan ini dan bahwa mempercayai Al-Quran sama dengan mempercayai Muhammad. Teks juga membahas peran pikiran dan perasaan manusia dalam mencari Tuhan, serta pentingnya ma'rifat (pengetahuan spiritual) dalam ibadah. Selain itu, disarankan agar salat digunakan untuk membangunkan kesadaran diri daripada sebagai cara untuk memberi tahu Tuhan yang sudah sempurna.
Nabi Muhammad memiliki peran penting dalam hubungan antara manusia dan Tuhan, pentingnya ma'rifat dalam ibadah, dan salat sebaiknya digunakan untuk membangunkan kesadaran diri daripada untuk memberi tahu Tuhan yang sudah sempurna.
Nama : Muhammad Rizky Kurniawan
BalasHapusNim: 12301063
Kelas: 1C
Pada artikel di atas memberitahukan kepada kita bahwasannya akal dan perasaan ketika di gunakan terlalu berlebihan dapat mengakibatkan kesesatan oleh sebab itu dalam beribadah kita harus menggunakan hati yang bersih serta akal yang jernih. Dapat di simpulkan bahwasannya akal ,perasaan dan hati harus di gunakan secara seimbang agar kita tidak tersesat karna semua telah di jelaskan dalam firman Allah swt.
Nama:cinta
BalasHapusNim :12301075
Kelas:1c/pai
Dari artikel di atas dapat kita ketahui agar kita tidal membedakan nabi yang sa tu dental nabi yang lainya
Tapi tentu beliau para nabi memiliki perbedaan atau keistimewaan tersendiri. Dan cara menyampaikan agama Allah SWT.
Nama: Wahyu Hidayatullah
BalasHapusNIM: 12301064
Berdasarkan pada artikel yang tertera diatas dapat disimpulkan bahwa nabi Muhammad SAW adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan nabi Muhammad SAW adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Al-Qur'an berisikan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, baik peristiwa beliau ketika menyebarkan dakwah dan lain sebagainya, maka dari itu kita sebagai umat Islam harus mempercayai Al-Qur'an karena mempercayai Al-Qur'an sama halnya dengan mempercayai nabi Muhammad SAW, begitu juga sebaliknya apabila kita mendustakan Al-Qur'an sama halnya kita mendustakan nabi Muhammad SAW.
Mendustakan nabi Muhammad SAW sama halnya dengan mendustakan Allah SWT, begitu juga sebaliknya meyakini nabi Muhammad SAW sama halnya dengan meyakini Allah SWT.
Nama:Fadhillah
BalasHapusNim: 12301059
Kelas: 1C
Dari artikel diatas menjelaskan tentang hubungan antara Allah SWT, nabi Muhammad dan manusia.
Ketika seseorang Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah. Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai.
Nama : Safia
BalasHapusNim : 12301058
Kelas : 1c
Muhammad adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan Muhammad adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Pemberitaan Allah kepada Muhammad, Muhammad kepada umat. Umat kepada Muhammad, Muhammad kepada Allah. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad.
Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna! Bagaimanakah salat yang benar supaya tidak terkesan memberi tahu Tuhan seperti ucapan:
Rabbigfirli (Tuhan, ampuni aku).
Warhamni (sayangi aku).
Wajburni (tutup aib-ku).
Warfa'ni (angkat derajat-ku).
Warzuqni (tentang rezeki untuk-ku).
Wahdini (tentang petunjuk untuk-ku).
Wa'afini (tentang kesehatan-ku).
Wa'fuanni (maafkan aku).
Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa. Tuhan penuh kepastian suci, manusia diliputi noda dan nista sumur dosa. Wallahu a'lam.
Nama : muhammad diash
BalasHapusardiansyah
Kelas : 1C
Nim : 12301051
Dari artikel diatas saya mengambil kesimpulan bahwa Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.
Nama Fazi ilmia jamil
BalasHapusNIM 12301070
Makalah tersebut membahas tentang nabi Muhammad mulai dari sisi kehormatan nabi dan lain lain
Juga Ketika seseorang Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah
Dan juga membahas tentang manusia terhadap Tuhannya / ketuhanan manusia juga berdoa kepada Allah setiap waktu itu adalah kebutuhan setiap manusia dan juga sholat
Nama : Jihan 'Afra Nisrina
BalasHapusKelas : 1C
Nim : 12301204
Ketika terlalu banyak menggunakan daya Nalar tanpa menggunakan aqidah bisa menjauhkan dari Tuhan Allah SWT karena tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan.
Pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.
NAMA : LAILATUL QADARIAH
BalasHapusNIM : 12301069
KELAS : 1C
Teks ini mencoba untuk menyampaikan pandangan yang kompleks tentang hubungan antara manusia, Tuhan, dan agama. Dalam pandangan ini, Nabi Muhammad dianggap sebagai batu bata penting dalam membangun pemahaman tentang Tuhan, dan perannya sebagai penyampai pesan ilahi sangat penting. Pandangan ini menekankan pentingnya meyakini Al-Quran sebagai wahyu Tuhan dan menghormati peran Nabi Muhammad dalam menyampaikannya.
Selanjutnya, teks ini membahas peran pikiran dan perasaan dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Pikiran dianggap sebagai sesuatu yang dapat menjadi penghalang dalam mencapai pemahaman yang lebih dalam tentang Tuhan, sementara perasaan dapat membingungkan dan menyesatkan manusia. Teks ini mengajak untuk menjalani ibadah dengan tulus dan kesadaran akan dosa, bukan sebagai cara untuk memberitahu Tuhan yang sudah sempurna, tetapi sebagai cara untuk membangunkan kesadaran diri manusia yang cenderung lalai.
Ketika terlalu banyak menggunakan daya Nalar tanpa menggunakan aqidah bisa menjauhkan dari Tuhan Allah SWT karena tujuan ketika pola nalar telah memisahkan subjek dan objek berkategori untuk memahami bahwa ketuhanan (ilahi) itu esa, inilah jalan yang semakin membuat besarnya keterpisahan dan keterasingan.Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti. Sebab selama seseorang selalu mengandalkan pikiran, pasti terpenjara ke dalam hukum akal yaitu sebab-akibat (in causality). Perasaan pun bila menghijab akan Allahu Subhanahu wa Ta'ala tiadalah pikiran menjadi tenang di bawa berdzikir tetapi tanpa ma'rifat, bukan semakin mendekati Tuhan, namun semakin menjauhi-Nya. Ibadah yang ketiadaan ma'rifat banyak menjadi alasan bahwa jalan ibadah yang dilakukan untuk menuntut kekayaan dari Tahun. Maknanya, ilmu yang belum tulus, pikiran yang belum tulus, perasaan yang belum tulus, ibadah yang belum tulus.
BalasHapusTernyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti.
BalasHapusNama:Anisa Ramadani
BalasHapusNim: 12301052
Kelas:1C
Jika kita mempercayai alquran maka sama dengan mempercayai muhammad dan sebaliknya, begitu pula jika kita mendustakan muhammad artinya sama dengan mendustakan Tuhan dan sebaliknya, maka ini berhubungan erat antara allah, muhammad serta manusia.
Kita dikuasai oleh perasaan daripada pikiran yang menyesatkan diri sendiri, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya karna perasaan tidak selamanya akan tersampaikan ke pada Tuhan jika seseorang selalu mengandalkan pikiran malah itu akan membuat kita semakin jauh dari Tuhan.
Maka untuk renungan diri kita harus kembalikan solat untuk membangun kesadaran diri, ketika lalai dan jadikan salat sebagai upaya akan kepastian dosa.
Nama: Muhammad Agus Munandar.
BalasHapusNim: 12301055.
Kelas: 1C.
bahwa nabi Muhammad SAW adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan nabi Muhammad SAW adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Al-Qur'an berisikan tentang kehidupan nabi Muhammad SAW, baik peristiwa beliau ketika menyebarkan dakwah dan lain sebagainya, maka dari itu kita sebagai umat Islam harus mempercayai Al-Qur'an karena mempercayai Al-Qur'an sama halnya dengan mempercayai nabi Muhammad SAW, begitu juga sebaliknya apabila kita mendustakan Al-Qur'an sama halnya kita mendustakan nabi Muhammad SAW.
Mendustakan nabi Muhammad SAW sama halnya dengan mendustakan Allah SWT, begitu juga sebaliknya meyakini nabi Muhammad SAW sama halnya dengan meyakini Allah SWT.
Penting untuk diingat bahwa pandangan dan tafsiran agama dapat bervariasi di antara individu dan kelompok. Artikel ini tampaknya mengajukan pandangan tertentu tentang pemahaman agama Islam. Bagi beberapa orang, pandangan ini mungkin sesuai, sedangkan bagi yang lain, pandangan ini mungkin berbebeda
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusDalam teks ini, dijelaskan tentang hubungan antara Tuhan, Nabi Muhammad, dan manusia. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad. Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, karena sifat perasaan yang lebih halus daripada pikiran. Sebab tipuan perasaan lebih samar daripada tipuan pikiran.Ternyata, pikiran manusia menjadi hijab bagi diri yang sebenarnya diri yaitu Allahu Jalla wa 'Ala. Artinya pikiran selamanya tidak akan tersampaikan kepada Tuhan, malah dengan pikiran adalah jati diri ketuhanan (fitrah) insani menjadi tersakiti.
BalasHapusNama : Ayu sri astuti
BalasHapusNIM :12301060
Awalnya dan akhirnya kebenaran milik Allah subhanahu wata'ala.
Menjaga pola berpikir dalam beriman atau percaya bahwa ibadah yang kita kerjakan itu secara penilaian di dalamnya itu akan kembali kepada diri kita sendiri. Dan pekerjaan ibadah tersebut memang kita perlukan tanpak sekali peran penting Nabi Muhammad dalam mendapat kan syafaat dari-NYA. Dan semua ketepan dari awal kita kerjakan hingga akhirnya nanti itu tetap kebenarannya hanya milik Allah subhanahu wata'ala. Bagaimana pun bentuk pemaham yang kita cerna sehebat apa pun kita berpendapat jika tidak di benarkan oleh Allah maka selama itu juga lah orang tersebut berada pada jalan kesalahan.
Nama : Sri Amelianti Ningsih
BalasHapusKelas : 1 C
Nim : 12301053
Dari teks diatas, kita di peringatkan bahwa tidak lah perlu membedakan nabi yg satu dgn nabi yg lainnya karena semua nabi sama sama memiliki kemuliaan dan nabi muhammad putra abdullah adalah nur yg awal bagi alam semesta.
Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah. Allahu Subhanahu wa Ta'ala bukan Tuhan langit, bukan Tuhan bumi, dan bukan Tuhan wahyu. Sebutan-sebutan tersebut adalah gelar/titel yang diberikan manusia untuk Tuhan dalam rangka memuaskan dahaga logika (akal).
Ternyata, perasaan manusia tentang Tuhan pun menjadi hijab bagi Tuhan itu sendiri. Inilah mengapa manusia telah menyangka bahwa salatnya untuk menyembah Tuhan yang sudah serba sempurna.
Kembalikan salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa.
Nama: HAFIZHAH SAHLA
BalasHapusNim : 12301067
Kelas : 1C
Pada artikel di atas, kita disadarkan bahwasanya Allah menciptakan Nabi Muhammad sebagai penyempurna para nabi yang kisahnya dituliskan didalam Al-Quran.Yang mana ketika kita mempercayai Al-Qur'an berarti kita mempercayai Nabi Muhammad dan begitu juga sebaliknya, dan ketika kita mendustakan Nabi Muhammad berarti kita juga mendustakan Allah.
Namun dimasa sekarang, akal manusia seakan-akan menjadi hijab pemisah antara manusia dalam mendekatkan diri kepada Allah, pada sudah Al-Kahfi ayat 54 dijelaskan bahwa, kesombongan akal saat mendebat Allah telah menjadikan akal sebagai Tuhan yakni Tuhan yang semu.
Oleh karena itu, seseorang yang selalu mengandalkan pikirannya pasti akan terpenjara dalam hukum akal yaitu sebab akibat. Karena ketika ilmu kita belum tulus, perasaan kita belum tulus, ibadah kita belum tulus itu akan menjadikan perasaan kita semakin terhijab akan kekuasaan Allah.
Nama: Anjeli
BalasHapusNIM : 12301061
Kelas: 1C
Dari teks di atas sudah jelas Nabi Muhammad adalah kekasih Allah Nabi akhir seluruh umat Islam
Nabi Muhammad adalah isi Al-Qur'an dan Al-Qur'an berisi tentang Nabi Muhammad artinya mempercayai Al-Qur'an sama dengan mempercayai Nabi Muhammad
Akal merupakan daya nalar untuk membedakan subjek objek predikat dan keterangan
Perasaan, perasaan sangat dominan untuk menyesatkan manusia, Karena sifat perasaan yang lebih halus dari pikiran.sebab tipuan perasaan lebih samar daripada tipuan pikiran.
Kembalikan sholat Untuk kesadaran diri, jadikan sholat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri, yang selalu lalai, ingatkan diri akan kepastian dosa.
Nama : Khansa syabania
BalasHapusNim : 12301054
Dalam artikel diatas bahwasannya Muhammad adalah Nur yang awal dari semua alam semesta, dan Muhammad adalah Nur yang akhir dari alam semesta. Pemberitaan Allah kepada Muhammad, Muhammad kepada umat. Umat kepada Muhammad, Muhammad kepada Allah. Muhammad adalah isi Al-Quran, dan Al-Quran berisi tentang Muhammad. Artinya, memercayai Al-Quran sama dengan memercayai Muhammad, mendustakan Al-Quran sama dengan mendustakan Muhammad.
Mendustakan Muhammad artinya sama dengan mendustakan Allah, meyakini Muhammad sama dengan meyakini Allah.
Nama: Rima Dania
BalasHapusNim: 12301068
Dalam blog ini, dapat saya pahami bahwa sebagai manusia kita harus meyakini Muhammad maka kita juga meyakini Allah, begitu juga kebalikan nya. Dan apapun pikiran manusia maka akan menjadi hijab bagi diri mereka sendiri.
Nama : ibtisya fentika maunya
BalasHapusNim :12301062
Artikel tersebut sepertinya mengulas pandangan mengenai hubungan antara Allah, Nabi Muhammad, dan manusia dalam konteks agama Islam. Artikel tersebut membahas konsep-konsep seperti pentingnya iman pada Nabi Muhammad, peran akal dan perasaan dalam agama, serta makna salat dalam Islam.
Perlu diingat bahwa pandangan dan tafsiran agama seringkali bervariasi antara individu dan kelompok dalam komunitas Islam. Artikel tersebut mengemukakan pandangan tertentu yang mungkin sesuai dengan pemahaman agama bagi sebagian orang, namun pandangan ini bisa berbeda dengan pandangan yang dipegang oleh orang lain. Ini mencerminkan keragaman pemahaman dalam agama Islam.
nama: BELLA CHANDRAYANI
BalasHapuskelas 1c
Nim:12301065
salat untuk membangunkan kesadaran diri, bukan kesadaran untuk Allahu Subhanahu wa Ta'ala, sebab Allahu Subhanahu wa Ta'ala sudah maha suci. Jadikan salat sebagai upaya mengingatkan diri sendiri yang selalu lalai, sementara Tuhan tidak pernah lalai. Ingatkan diri akan kepastian dosa, dan bahwa Tuhan tidak tersentuh salah dan dosa.