AL-MAKKIYAH 5

 


Al-Makkiyah 5
SALAH KAPRAH

Oleh
Ma’ruf Zahran

Umat beragama yang salah kaprah, Tuhan yang menurunkan agama Islam tidak pernah salah kaprah. Bagaimana pun keadaan dunia, Tuhan tetap terpuji. Saking terpujinya Tuhan sehingga tidak ada satupun makhluk-Nya di muka bumi atau di langit yang dapat memenuhi keterpujian diri-Nya secara sempurna. Lalu, apakah artinya pujian manusia kepada Tuhan? Dalam ulasan tasawuf adalah:

  1. Manusia memuji Tuhan dalam rangka mengingatkan betapa hinanya manusia!!! Betapa terhina makhluk adalah sesama mereka saling berbantuan namun juga saling berbantahan. Realita yang tidak terpungkiri bahwa puncak kehinaan adalah bahwa manusia tidak bisa pernah mempertahankan kehidupan yang mereka cintai saat nuktah ajal telah datang. Kehinaan pula saat datang sakit yang tidak pernah mampu mereka halangi penghampirannya. Atau jabatan, kekuasaan, kewenangan pabila telah ilmu Tuhan memutuskan, siapa yang mampu menghadang? Semuanya berjalan sekuasa dan sekehendak-Nya saja!!!
  2. Manusia mengingat Tuhan betapa Tuhan maha pengingat (Al-'Alim, Adz-Dzakir), serta betapa manusia sering bodoh dan lalai (jahil dan ghafil). Manusia perlu untuk selalu diingatkan, bukan Tuhan!!! Sebab, manusia tidak mampu mengingat Allahu Subhanahu wa Ta'ala, kecuali diingatkan Tuhan. Ingatlah bahwa semua adalah titipan-Nya, saat ingat artinya sedang diingatkan, saat kaya artinya sedang dikayakan, saat sehat artinya sedang disehatkan. Sebab ingat, sebab kaya, sebab sehat sangat jamak prosesnya (ta'addadatil-asbab). Beragam-nya corak sebab semata menunjukkan bahwa Allahu Subhanahu wa Ta'ala itu esa, sedangkan yang ini, pembaca dan penulis berstatus makhluk-Nya adalah jamak rupa.

Allahu Subhanahu wa Ta'ala yang Al-Awwal artinya telah ada tanpa ada yang mengawali-Nya, sebab sejati-Nya hanyalah Dia yang maha awal. Dia adalah Al-Akhir yang tidak berkesudahan, dengan kata lain bahwa Dia hidup selamanya dan tidak pernah mati (hayyun da-imun la yamut). Dia Allah yang maha nyata daripada yang paling nyata (huwallahudz-dzahir), sehingga Dia tidak bisa terlindungi dari segala apapun yang tampak oleh mata. Menembus pandangan (syuhud) untuk menemukan senyata-nyata adalah Dia saja, wajib dengan ilmu ma'rifat, sehingga "annahul-haq," sesungguhnya Dia adalah kebenaran. Artinya, selain Dia adalah kepalsuan atau tipuan belaka. Dia adalah Al-Batin, batin tersembunyi yang selamanya tidak bisa diketahui. Maksudnya, ketika Dia dipahami batin adalah batin mutlak. Ketika Dia dipahami dzahir adalah dzahir mutlak. Ketika Dia dipahami awal adalah Dia yang maha awal secara mutlak, mutlak yang tidak terhijab walau sehelai benang pun. Bagaimana Dia yang dzahir terhijab oleh dirimu, ibarat seseorang yang mencari sehelai benang, sedangkan dia sudah memakai baju. Baju terdiri atas rajutan benang-benang. Dan Dia adalah Al-Batin yang selama-Nya Dia tersembunyi, tanpa bisa dipahami.

Dengan sifat-Nya yang sabar (Ash-Shabur), Tuhan dengan sabar melihat dan mendengar kedurhakaan manusia kepada-Nya, tanpa terburu-buru Dia menghukum manusia ciptaan-Nya sendiri. Sekiranya engkau wahai manusia yang menciptakan, pasti kamu tidak sabar se-sabar diri-Ku. Aku telah atur waktu kapan kesadaran itu datang, dan ini semua tergadai dengan waktu.

Dengan sifat-Nya yang bersyukur (Asy-Syakur), Dia tidak pernah menyia-nyiakan amal shaleh dari hamba-Nya, serta Dia terima sepenuh kesyukuran  dengan ganjaran pahala yang sangat banyak, berupa surga dan ridha-Nya. Dia tidak pernah melupakan dan melalaikan setiap jengkal tapak dan setiap kata yang terucap di lisan, qalbu dan ruh dalam rahasia di atas rahasia kesyukuran-Nya (fi sirris-sari). Kesyukuran dalam seluruh nama dan dalam seluruh sifat-sifat-Nya (wa fi jami'il asma-i wash-shifat).

Mengimani dua nama dan dua sifat Allahu Subhanahu wa Ta'ala (Ash-Shabur dan Asy-Syakur) wajib memberi nilai bagi akhlak insan yang bertasawuf. Meneladani Asy-Syakur artinya selalu berterimakasih kepada sesama dengan cara menerima kasih dan mengembalikan kasih dengan cara yang lebih baik secara kualitas serta mengembalikan kasih dengan cara yang lebih banyak secara kuantitas. Mencontoh sifat Allahu Subhanahu wa Ta'ala Asy-Syakur adalah wajib  dalam pemberianNya dan perbuatan terbaikNya (hasanal fi'al), dan Dia yang senantiasa memberikan rezeki dalam segala keadaan (raziqal 'ibadi 'ala kulli hal). Dia yang tidak mengantuk dan tidak tidur dalam mengurusi makhluk-Nya. Allahu Subhanahu wa Ta'ala yang tidak pernah lupa dan tidak pernah lalai, meski demikian Dia esa dalam nama, sifat, penyebutan, penamaan,  perbuatan dan kedirian. Esa dalam seluruh nama dan sifat-Nya, sampai tidak bisa lagi terbetik walaupun di dalam rasa.

Meneladani Ash-Shabur makna tasawuf-nya adalah tetap rela menerima cobaan yang tidak menyenangkan, meski datang dari insani yang kita sayangi. Sabar dalam hal tiga keadaan yang selalu melingkar yaitu:

  1. Sabar dalam menjalani musibah.
  2. Sabar dalam menunaikan dan melunaskan taat yang terhutang.
  3. Sabar dalam menjauhi maksiat yang terhalang.

Kesabaran dan kesyukuran seperti dua sisi mata uang pada satu koin. Maksudnya, kadang sabar terhadap musibah, dilain waktu  terkadang musibah wajib disyukuri. Musibah dalam arti kehilangan dapat bermakna tatkala Allahu Subhanahu wa Ta'ala ingin melepaskan beban tanggungjawab di pundak hamba, dapat pula dimaknai supaya hamba semakin dekat dengan-Nya dengan cara meluaskan ruang hati untuk waktu bermesra dengan Allahu Subhanahu wa Ta'ala, serta mempersempit waktu pergaulan dengan makhluk dan alam sekitar.

Banyak hikmah tasawuf yang terkandung dalam perilaku berakhlak, sehingga menjadi damai kehidupan keseharian, sebab disikapi dengan cara arif. Kearifan yang tidak merusak tatanan, tetapi tahu pada posisi dimana seorang arif kamil-mukammil berdiri dan memandang? Tidak rusak susunan tubuh jasmani dan badan rohani. Maksudnya, bila menerima sesuatu, terimalah dengan kasih. Adapun bila menolak sesuatu, tolaklah dengan kasih. Makna kasih sangat luas yaitu dengan cara baik, benar dan indah. Ketiga item itulah esensi (inti) fitrah (keadaan semula-jadi). Batasannya adalah dengan ilmu hidup menjadi baik dan mudah. Dengan agama hidup menjadi benar dan terarah, serta dengan seni adalah hidup menjadi indah dan damai. Wallahu a'lam.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN