BELAJAR SEUMUR HIDUP
BELAJAR SEUMUR HIDUP
Oleh
Ma’ruf Zahran
Sungguh tajam analisa Rasulullah SAW tentang akhir zaman. Bahwa
manusia akhir zaman, bukan hanya sekedar belum menghayati ayat-ayat suci, tidak
memahaminya, bahkan banyak yang belum bisa membaca aksara Al-Quran. Agenda
kegiatan Pemberantasan Buta Huruf Al-Quran (PBHA) di tingkat provinsi
Kalimantan Barat dan Kota Pontianak
dengan Gerakan Membaca Al-Quran (GEMA) telah diupayakan dan wajib dilanjutkan
oleh kepemimpinan daerah yang terpilih.
Gerakan sejuta penghapal Al-Quran untuk kaukus Kalimantan Barat,
sebuah canangan yang berkemajuan dan berkeadaban. Pondok tahfidz harus mendapat
fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Konsumsi para calon
hafidz/hafidzah harus bernutrisi gizi tinggi, sehingga setara dengan energi
otak yang mereka keluarkan. Demikian juga pondok 'alim yang mengkaji kitab,
sangat penting menyediakan makanan, minuman yang berstandar vitamin tinggi
untuk omega otak.
Ancaman bagi generasi milenial ketiga adalah stunting yang dapat
menurunkan daya IQ dari 15% sampai 25%. Sama dengan ekspektasi semua fakultas
di universitas, keterpenuhan menu gizi masa kecil (0 sampai 12 tahun) sebagai
masa emas (the golden age) bagi pembentukan jaringan pada otak cerdas, sangat
penting bagi siswa dan guru pintar, bagi mahasiswa dan dosen cerdas. Bila masa itu, ayah-bunda abai dari perhatian
dan siaga gizi, sungguh bangsa hanya akan menuai generasi yang lemah di tahun
2045. Ditambah konsumsi alkohol, narkoba, serta pola hidup yang tidak sehat dan
sanitasi lingkungan yang buruk.
Apa yang kita gadaikan hari ini (2024) untuk hari esok (2045)?
Taruhannya adalah generasi yang akan datang. Kini, mereka sedang duduk di
bangku SD, SMP, SMA. Terasa miris, apabila sejak dini kita tidak mampu memberi
mereka minuman yang cocok pada lambungnya. Dalam hal ini, susu untuk
pertumbuhan otak dan tulangnya, ikan sebagai protein hewani, daging sebagai
pembentuk homoglobin. Sayur-mayur, buah-buahan sebagai vitamin dan protein
nabati, disamping lingkungan yang menumbuhkan kesadaran menuju kedewasaan. Ironisnya,
sementara kita selalu siap-siaga, senantiasa mampu membeli rokok untuk harga sebuah kecanduan.
Teruslah belajar kepada guru, kepada keluarga, kepada masyarakat,
mereka adalah nasehat yang bicara. Sedang nasehat yang diam saja adalah
musibah, kematian. Rasulullah Muhammad SAW telah lama memberi tunjuk-ajar.
Tuntutlah ilmu dari buayan sampai ke liang lahad (minal mahad ilal-lahad).
Karakter pembelajar bercirikan tidak mengabaikan apa yang dilihat,
apa yang didengar, apa yang dirasa. Sebab ketiga ini tempat masuknya kebaikan
dan keburukan, pahala dan dosa. Seyogia memandang dengan ilmu, mendengar dengan
ilmu, merasa dengan ilmu.
Ketiga alat motorik dan sensorik ini, sudah disebutkan Tuhan akan
menjadi tiga item soal yang akan ditanyakan pada hari pemeriksaan nanti. Berdasarkan
firman Tuhan: "Dan janganlah engkau berhenti (mengikuti ajaran) tanpa
ilmu. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, tiap-tiap mereka akan
dimintai pertanggungjawaban." (Al-Isra':36). Mengingat pentingnya, mata
untuk melihat, telinga untuk mendengar, hati untuk merasa. Ketiganya wajib
difungsikan secara maksimal. Mata difungsikan bukan dalam arti anatomi,
melainkan sudahkah memandang dengan pandangan Muhammadi atau non Muhammadi?
Telinga difungsikan bukan dalam arti fisik, namun sudahkah mendengar dengan
cara Muhammad mendengar (bimuhammadi)? Hati dipakai bukan dari makna organ
tubuh, tetapi sudahkah memahami dengan cara hati Muhammadi memahami sesuatu?
Mendobrak kultur materi dan upaya menembus substansi sesuatu menjadi penting.
Agar tidak terjebak pada kata dari rangkaian aksara (hurufiyah), tidak
terjerembab pada gerakan tubuh jasmani (basatiyah), sampaikan pada ruh yang
melihat, ruh yang mendengar, ruh yang merasakan.
Terus berproses, jangan terhenti (mauquf) pada ilmu pengetahuan
abad pertengahan (the midle age). Ijtihad wajib digelorakan supaya ilmu
keislaman tidak mati suri di pangkuan penganutnya. Teologi selalu memberi dasar
pijakan, selama mau berpikir dan berpengharapan menemukan kebenaran, benar dan
salah dalam berijtihad merupakan dua hal yang ditolelir (dimaafkan) dalam
kancah pemikiran. Nabi memberi tunjuk-ajar kepada Muadz bin Jabal yang akan
menjadi duta hakim ke negeri Yaman. Hadis yang sangat populer tentang ijtihad
di kalangan umat, sekira maknanya adalah Rasulullah SAW bertanya: "Wahai
Muadz, dengan dasar apakah engkau berfatwa, Muadz bin Jabal menjawab dengan
Kitabullah (Al-Quran). Bila tidak engkau temukan dalam Al-Quran (solusinya).
Dengan apakah engkau berfatwa? Muadz menjawab: Dengan sunnah Rasulullah SAW.
Nabi menjawab: Jika engkau tidak temukan solusinya dalam sunnah, dengan dasar
apakah engkau berfatwa: Dengan ijtihad (aku berijtihad). Rasulullah SAW memeluk
Muadz, sembari bersabda: Alhamdulillah, Tuhan memberi kecerdasan kepada
Muadz." (Hadis Riwayat Muslim).
Betapa Rasulullah SAW memberikan apresiasi yang tinggi terhadap
proses kesungguhan berijtihad untuk mengeluarkan fatwa hukum, sehingga
Rasulullah SAW memotivasi bahwa barangsiapa yang berijtihad dan hasil
ijtihad-nya salah, dia diberi satu pahala. Dan apabila hasil ijtihad-nya benar, dia diberi dua pahala.
Sungguh, proses berpikir sangat dihargai oleh Allah dan Rasul-Nya.
Berpikir artinya memaksimalkan kerja fungsi otak. Semakin banyak seseorang
membaca dan menulis, mengaji dan mengkaji, berdiskusi, meneliti dan
mempublikasi, akan semakin cerdas ijtihad-nya.
Belajar seumur hidup (life long education) adalah gambaran
masyarakat yang tidak betah dengan kebodohan. Saat sekarang untuk sekolah dalam
dan luar negeri sangat mudah. Lembaga penyedia beasiswa ke belahan dunia timur
dan barat terbuka untuk diakses. Persyaratan utama tentu bahasa, penguasaan
bahasa artinya sepertiga wilayah dunia sudah dikuasai, ditambah dengan
kemampuan orasi dan literasi, serta menjadi pelajar yang berkarakter.
Muhammad Rasulullah SAW merupakan profil manusia berkeadaban global
dan berkemampuan internasional. Hubungan antar benua telah beliau jalin, baik
melewati duta ke negara-negara sahabat beserta pesan Muhammad bin Abdullah
dalam suratnya. Maupun beliau yang selalu menerima tamu-tamu dari berbagai
belahan dunia. Serta, Al-Quran mengapresiasi tentang perkembangan
zamannya, seperti terdapat dalam surah
Ar-Rum (bangsa Romawi). Surah (jamak: surat) yang memperbincangkan ilmu
pengetahuan seperti surah Al-Baqarah (zoologi), surah Al-Insan (biologi),
At-Tin (botani).
Surah pemantik tentang ruang angkasa sangat banyak ditemukan dalam
kitab suci. Bertujuan, kesemuanya itu merangsang untuk kita menjadi pembelajar
dan pengajar. Ada sebuah nasehat yang bijak lewat pertanyaan: kapan seseorang
itu berhenti mengajar? Jawabannya: ketika dia berhenti belajar! Rasulullah SAW
bersabda: "Jadilah kamu alim (guru), atau pembelajar, atau pendengar, atau
pencinta (ilmu). Maka jangan kamu menjadi yang kelima, pasti kamu akan
celaka." (Hadis Riwayat Abu Daud).
Celaka maknanya, tidak mau menjadi orang yang berilmu, bukan pembelajar, tidak
mau mendengar dan tidak mau mencintai ilmu. Artinya, bukan pengajar, bukan
pembelajar, bukan pendengar dan bukan pencinta ilmu. Seharusnya, jadikan tahun
2024 sebagai tahun mengajar dan belajar. Semoga menjadi renungan pemantik untuk
kita bersama. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar