KARAKTER PEDULI
KARAKTER PEDULI
OlehMa'ruf Zahran
Sepakat Al-Quran menyatakan dosa yang paling besar adalah
syirik, musyrik pelakunya. Masih ada dua, tiga, empat, lima keyakinan yang menolong,
kekuatan yang menopang selain Allah (mindunillah). Syirik merupakan virus bagi
tauhid, ragu menjadi ancaman bagi iman. Dan tunduk kepada selain Allah menanda
bagi orang-orang yang ingkar (kafir), baik kafir nikmat maupun kafir ilhad.
Kedua posisi yang antagonis dipaparkan kitab suci tiada lain, kecuali
menjalankan fungsi Al-Furqan (pembeda). Pembedaan dari dunia sampai akhirat.
(Nafsi-nafsi) inilah yang bertanggungjawab sebatang kara di hadapan Rab. Nama yang
dibawa (nafsi-nafsi), sifat yang dibawa (nafsi-nafsi). Pahala dan dosa tidak tercampur.
Diri sendiri bertanggungjawab kepada diri sendiri, bukan orang lain, bukan ayah
bunda, bukan guru, bukan saudara. Bukan anak dan bukan cucu. Hadir dihadapan
Tuhan sebatang tubuh, tiada tubuh-tubuh lain yang diandalkan, disuguhkan.
Disinilah penting kalam guru: mengenal diri!
Untuk supaya Dia dikenali, Tuhan menciptakan dari sifat
ma'ani menjaga ma'nawiyah, bila ma'ani hidup dengan sendiri-Nya tanpa bantuan
makhluk yaitu sifat hayat tanpa ruh dan jadad. Sedang ma'nawiyah adalah sifat
hayyun yang hidup beserta ruh dan jasad. Hayyun adalah pancaran sifat dari
sifat hayat, hayat pancaran sifat dari wajibul wujud. Lalu manusia yang tampak hidup
adalah bekas (percikan) sifat dari sifat-sifat Allah (asar min asaris- sifatullah).
Allah sendiri belum ada seorang-pun yang tahu tentang wujud mutlak-Nya, sebab Dia
bukan unsur ilmu, bukan unsur nalar, hatta nabi dan wali sekalipun. Kesesatan
terbesar dalam teologi adalah ketika Tuhan mampu dilukiskan dan Tuhan dapat diperdebatkan.
Seperti permintaan umat Musa untuk melihat Tuhan! Peristiwa yang mengundang
murka-Nya, pada akhirnya mereka disambar petir dan mati dalam keadaan hangus
terbakar.
Kitab Tauhid banyak menulis dan guru-guru banyak mengatakan
bahwa sifat 13 Tuhan yang berkategori sifat nafsiyah, salbiyah dan ma'ani
adalah sifat diri-Nya sendiri. Tidak tercampur dan tidak berbagi dengan makhluk.
Kecuali sifat ma'nawiyah, hayat menjadi hayyun, ilmu menjadi 'alimun. Hayat Allah
maha hidup tanpa berbantuan ruh yang menggerakkan jasad, namun manusia telah menyandang
sifat-Nya pada derajat hayyun. Hayyun bisa menjadi hidup karena dihidupkan, Allah
memberi kuasa pada ruh untuk menghidupkan jasad.
Diri sebatang kara yang datang, sebatang kara juga
yang berjalan dan sebatang kara yang
pulang, sudah dipahami siapa yang sebatang kara? Bila malas berpikir (stupid)
di dunia, ruh yang sangat berbahaya
pada jalan raya akhirat. Orang yang lemah akal (sufaha') adalah mereka yang malas mengkaji diri adam, diri
muhammad, diri tuhan. Berakibat tidak sampai
kepada: "Katakan! Dia Allah ahad, Allah tempat meminta, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada
satu-pun yang serupa
dengan-Nya". (Al-Ikhlas: 1-4).
Rasul Ibrahim mencari tuhan, tuhan bintang, tuhan
bulan, tuhan matahari. Ternyata lencana
bintang mampu menjadi hijab bagi Tuhan yang esa. Lambang matahari dan bulan adalah ilusi tentang
tuhan. Pangkat dan jabatan yang dicari dengan
susah payah, ternyata
untuk melikuidasi tuhan pada tataran
profan (syariat) dan pada tataran
transenden (hakikat). Minimal
pangkat dan jabatan kehormatan telah ber-merger bersama tuhan yang
mereka bentuk. Tuhan bentukan manusia
dapat menjelma dalam sejuta wajah.
Ternyata, jamak yang dilihat manusia
adalah bukan tuhan,
tetapi sisi tepi tuhan. Tuhan huruf
dan huruf tuhan ('ala harf), guru menyebutnya baru tataran beragama secara
hurufiyah. Sebagai yang dijabarkan tuhan dalam firman:
"Dan ada manusia
yang menyembah Allah hanya ditepian kata, maka jika dia mendapat
kebaikan, lalu dia merasa puas. Jika ditimpa
cobaan, dia berbalik
ke belakang (murtad).
Dia merugi di dunia dan merugi di akhirat. Itulah kerugian yang nyata". (Al-Haj:11).
Mental E.G.P (emang gue pikiran),
kini virusnya sudah viral menjangkiti pasien generasi tua
dan generasi muda. Ciri akhir zaman adalah bersuka-ria. Artinya hidup dari
pesta ke pesta, dari seremonial ke
seremonial, bahkan dari ibadah ke ibadah yang kosong makna hidayah.
Sinyalemen ini ditemukan
dalam hadis: "wamasajiduhum 'amirah, wahiya gharabum- minal huda" (masjid
mereka dipenuhi jamaah,
tetapi mereka kosong
dari hidayah). Dan, kaum cerdik-pandai mereka (ulama) adalah
makhluk paling jahat yang berada di bawah kaki langit (wa-'ulamauhum syarrun min tahti aqdamis-sama'). Dari mulut kaum terpelajar (ulama)
keluar fitnah dan fitnah itu
kembali kepada mereka (min 'indihim takhrujul fitan, wafihim ta'ud). Kapan masa
itu? Sekarang!
Sekarang kebanyakan adab bicara sudah dilanggar,
apalagi di WAG yang notabene adalah majelis
yang dipantau oleh banyak mata (netizen). Bahkan,
twitter, instagram, facebook,
youtube telah menggejala sebagai fakta global.
Bila fitnah dulu hanya sekedar
wilayah bundaran kota baru, kini fitnah sudah mendunia. Buktinya, ada orang-orang yang hanyut
dengan gaya hidup kebarat-baratan, dan ada orang-orang yang terseret dalam gaya
hidup ketimur-timuran.
Secara faktual, EGP terus ber-diaspora dalam bentuk
multi-varian parasit (benalu) yang dibantu oleh perangkat ekonomi
dunia dan pangsa
pasar internasional yang menjanjikan.
1.400 tahun yang lalu, Allah telah memperingatkan kaum beriman: "Telah
semakin dekat perhitungan amal mereka
(kematian), sedang mereka dalam keadaan lalai (bersama dunia), berpaling (dari peringatan akhirat).
Setiap kali saat dibacakan ayat-ayat dari Tuhan, mereka mendengarkan sambil bermain-main". (Al-Anbiya':1-2).
Terseret dalam arus gaya hidup global dan modern lalu
menjadi budaknya, sudah menjadi
trending-topic bak jamur di musim penghujan. Super easy dalam kehidupan COD, ingin lebih instan lagi, perjalanan dengan
super-jet, bahkan lebih cepat lagi, menjadi ciri akhir zaman sampai turun dukhan (meteor) yang meluluh-lantakkan
seluruh citra satelit bumi.
Taruhannya, bukan lagi pergeseran iman, tetapi sudah
tidak lagi beriman, kecuali sebatas
simbol saja. Bukan saja tidak zuhud, namun sudah ingkar, bukan saja tidak syaja'ah, tetapi
sudah ingkar. Klasifikasi dua kelompok sudah terjadi saat sekarang. Dampak
mental EGP adalah kurangnya rasa kepedulian kalau tidak terkikis
sama sekali. Artinya,
tabiat manusia mengikuti
kerja robot, mengikuti sistem mekanik dan sangat regulatif dalam aturan yang ekstrim (kacamata kuda).
EGP dapat menumpulkan aksi kemanusian -simpati
dan empati- bahkan mematikan sensitivitasnya. Bahkan
EGP akan melahirkan masyarakat yang saling memangsa
tanpa rasa kasih dan tanpa rasa peduli. Seperti masyarakat dan rumah laba-laba, rumah yang sangat
rapuh. Ketika itu,
gunung-gunung akan beterbangan
laksana kapas, manusia berhamburan seperti anai-anai, dan
langit mencair seperti lelehan tembaga. Wallahu
a'lam.
Komentar
Posting Komentar