URGENSI PESAN DAMAI PEMILU
URGENSI PESAN DAMAI PEMILU
OlehMa'ruf Zahran
Pesan damai pemilu seakan menitip surat wasiat terbuka
dari rakyat. Jangan untuk sebuah ambisi lalu mengorbankan hak-hak rakyat. Hak asasi
dari rakyat adalah kehidupan yang adil dalam kemakmuran, dan makmur dalam
keadilan. Tidak mengajari kami (rakyat) cara memanipulasi data dan angka.
Pemilu memang diinginkan damai, namun jangan melukai rasa kejujuran dan
keadilan (jurdil). Keduanya adalah pembentuk dasar (algoritma) kesejahteraan rakyat,
dan aritmetika bagi kepastian ilmu hukum.
Rakyat Indonesia telah berulang kali merayakan pesta demokrasi
dalam keadaan aman, damai dan bertanggung-jawab. Lulus dan sukses mengantar
presiden pilihan rakyat ke istana negara dan mengantar anggota dewan legislatif
ke senayan. Pengalaman manis ini wajib berulang lagi, guna menjaga keutuhan NKRI
dari Sabang sampai Merauke.
Prestasi rakyat Indonesia dalam pemilu telah membanggakan
dan mendapat pujian dari bangsa-bangsa di dunia. Artinya, Indonesia dapat menyelesaikan
persoalan dalam negeri, tanpa campur tangan luar negeri. Pengalaman dari beberapa
negara yang justeru pemilu yang memecah-belah kesatuan kewargaan dan
mencerai-berai persatuan kebangsaan. Mengambil pengalaman Mesir pasca Hoesni Moebarak,
bentrokan (chaos) horizontal, sehingga mendatangkan bantuan PBB menengahi
politik dalam negeri. Belajar dari pengalaman Irak saat suksesi alih
kepemimpinan dari Saddam Hosein kepada pemerintahan transisi di bawah pengawasan
PBB. Bercermin dengan desakan pemilu dalam upaya menumbangkan Muammar Khadafi
di Libya (Tripoli berdarah). Campur tangan luar negeri terasa tidak enak,
terlalu refresif (menekan). Sebab dapat menimbulkan pengalaman pahit yang
berkepanjangan (long- traumatic) bagi anak-anak, ibu-ibu, remaja, orang tua dan
seluruh rakyat.
Menjaga prestasi nasional dan internasional dalam
beberapa event diantaranya yang spektakuler adalah Konferensi Internasional
Tasawuf untuk pertama kali di Indonesia. Sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang
di Nusantara, istilah tasawuf banyak yang alergi mendengarnya, apalagi
mengamalkan. Keterbukaan dunia yang booming mulai tahun 2000, sekat
ketersumbatan telah terbuka dengan lebar dan teralir dengan deras. Rahmat tahun
2000 ketika IT merambah hingga terhubung antar benua dan negara. Hari ini,
Meksiko terasa dekat
seperti kedekatan wilayah Saudi Arabia dan Yaman.
Sebenarnya, Rasul telah memberi isyarat lewat "google maps" yang teraplikasi pada empat sudut Ka'bah, sudut Iraqi, sudut Syami, sudut
Yamani, sudut Hajarul-aswad. Share lokasi pada lambang sudut rumah Tuhan
yang suci telah menanda bahwa Rasul sangat visioner.
Kini, tasawuf amali dan tasawuf falsafi tidak asing
lagi, tidak dicurigai lagi, tidak dimata-matai lagi, tidak dikejar-kejar lagi, tidak dibubarkan lagi. Malah diburu untuk dipelajari. Peran negara (daulah) sangat
signifikan untuk menyebut arti penting (urgensitas) pesan tasawuf bagi perdamaian nasional, regional, internasional.
Karena nilai karakter yang dikandungnya, seperti sabar, syukur,
ridha, qana'ah, syaja'ah,
istiqamah. Maqamat (kedudukan) akhlak mulia dalam tasawuf akan memantik ledakan
kebajikan universal.
Lebih lagi kala pemilu akan digelar. Gelar kebaikan sangat penting sebagai
niat bersama untuk Indonesia
kita yang jaya dan sempurna.
Terkhusus kawasan Kalimantan, sebuah kaukus
kepulauan yang dahulu biasa disebut borneo. Ketertinggalan wilayah Selatan,
Tengah, Tenggara, Timur, Barat, telah mengalami ketertinggalan di seluruh bidang pendidikan, pertanian, perkebunan, pertambangan,
kesehatan, sampai SDM mencapai 20-30 tahun dari kemajuan Jawa dan Sumatera. Tahun 2000 barulah
Kalimantan mendapat perhatian
serius, itu- pun belum seluruhnya dirasakan oleh rakyat Kalimantan, baru secara bertahap dimulai.
Pesan penting untuk damai dalam
pemilu yang jurdil
harus semakin sering digelorakan dan dipromosikan sehingga menjadi viral
damai Indonesia kita. Jangan sampai melukai nilai luhur Pancasila dan UUD 1945, mengkhianati amanat-amanat para
pahlawan, "kutitipkan negara dan
bangsa ini kepadamu". Serta jangan terjadi penodaan terhadap nilai-nilai
suci berupa sifat rasuli yang telah
Dia titipkan kepada umat secara universal: shiddiq (integritas, jujur), amanah (komitmen, konsisten,
akuntabilitas publik), tabligh (komukanikatif, inisiatif), fatanah
(profesional, kompeten,
kreatif, inovatif).
Menjadi kewajiban rakyat Indonesia untuk mengawal pemilu jurdil, dan sangat berkepentingan terhadapnya. Hakikat pengawas
pemilu adalah rakyat,
hakikat pemantau pemilu adalah rakyat, hakikat pemenang
pemilu adalah rakyat, hakikat itu semua terhimpun dalam Pancasila yang tidak boleh dilanggar. Tidak boleh ada
rakyat yang tidak memercayai ketuhanan yang maha esa, artinya Indonesia
tidak mentolelir pertumbuhan ajaran atheis. Tidak
boleh ada rakyat Indonesia yang anti kemanusiaan, tidak dibenarkan
adanya pengrusakan tehadap persatuan
Indonesia, tidak boleh ada rezim
mayoritas dan tirani minoritas. Karena sikap demikian menanda bermusuh
dengan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Tidak dibolehkan tindak diskriminasi sosial. Tidak dibenarkan hegemoni
kekuasaan oleh mesin eksekutif, legislatif, yudikatif untuk menindas. Tindasan yang dapat membunuh rasa keadilan sosial
bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Hipotesa penulis, spirit
bhinneka tunggal ika perlu dikencangkan lagi, agar angin segar yang membuahkan persatuan dan kesatuan
bangsa lebih terintegrasi. Mengingat percaturan dunia yang tidak tersekat. Keterbukaan global dapat menjadi
potensi kohesi bangsa dan dapat juga
menjadi potensi disintegrasi. Generasi kelahiran 2000 tidak mampu membayangkan kesulitan nasional saat mula menata
keindonesiaan. Sejarah yang masih tersisa pada generasi empat dasawarsa (kelahiran 1950-1980) dapat menginput
dan merasakan aura semangat kejuangan, jiwa patriotisme, dan mental heroik.
Menyiapkan prakondisi kejuangan pengorbanan raga,
harta, waktu dan keluarga perlu dihidupkan
kembali. Meski hidup dalam puncak kemudahan (super easy), cita-cita bergerak dalam dakwah, dan cita-cita wafat yang
bernilai syahid wajib 'ain bagi setiap warga, supaya hidup bermakna dan mati bermakna.
Jika tidak, hidup-lah
seperti gajah. Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang,
manusia mati meninggalkan nama. Ratusan
tahun-pun kita mati, jasad mungkin sudah hancur, namun nama tetap didaulat,
sifat tetap diingat. Jangan
sia-siakan amanah hidup yang hanya satu kali. Jangan abaikan keluarga, mereka-lah orang-orang yang paling jujur
menilai kita. Bukan jamaah masjid, bukan civitas akademika, bukan
warga komplek perumahan, bukan pula teman bermain.
Awalnya, jangan kotori hidup yang singkat, sebab dia
mempengaruhi memori diri sendiri dan
diri orang lain dalam waktu yang panjang (long time). Kaitannya dengan gelar pemilu sebagai pesta-perayaan demokrasi
beserta kebebasan berpendapat, ciptakan momen
yang paling indah di
lingkungan RT, RW, lurah, camat, wali
kota, gubernur.
Akhirnya, jaga amanat
Rasul dalam sifat
mulianya supaya semakin
kuat dalam terapan
dan tebaran, dan tinggalkan sifat tercela yang terbit dari hawa napsu
jahat. Secara fungsional sifat baik tersebut adalah,
siddiq (jujur) versus
kidzib (dusta), amanah
(dapat dipercaya) versus
khianat (membelot), tabligh (menyampaikan kebenaran) versus kitman
(menyembunyikan kebenaran), fatanah
(cerdas) versus baladah (bodoh). Selamat menyongsong pemilu jurdil 2024. Indonesia jaya.
Komentar
Posting Komentar