RAMADAN DI HATI, RAMADAN DINANTI
RAMADAN DI HATI, RAMADAN DINANTI
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
MARHABAN ya Ramadan, ucapan yang paling tepat dalam
menyambut keharibaan tiba-nya. Sebab, Rasulullah, para sahabat, para pengiman
Allah dan Rasul-Nya memuliakan kedatangan Ramadan, memberikan pelayanan penuh
pada-nya, berkhidmat sepenuh hati, bersungguh-sungguh memenuhi hajat-nya,
karena kedatangan-nya hanya sekali dalam se-tahun. Telah datang kepada-mu,
Ramadan penuh berkat, Ramadan datang membawa kebaikan (ja-a ramadhana
bil-barakat), demikian sabda junjungan.
Ada baiknya kembali membuka buku tentang puasa. Sebab
semua ibadah dalam Islam wajib berbasis ilmu, amal apapun yang dikerjakan harus
berlandaskan ilmu. Dengan istilah lain, ilmu-amaliah, dan amal-ilmiah. Baru
kemudian seseorang bisa menaiki tangga-tangga beragama. Ilmu tentang iman, ilmu
tentang islam, ilmu tentang ihsan. Dan hukum mempelajari ketiganya adalah
wajib, malah fardu 'ain. Apapun profesi yang digeluti, sebagai hukum fardu
kifayah, yaitu semua orang bisa menjadi guru, dokter, pilot, supir. Namun bagi
mereka, belajar agama adalah kewajiban individu setiap muslim-muslimah. Untuk
meniti tangga iman, islam dan ihsan. Ketiganya terhimpun dalam satu kata, satu
tujuan yaitu takwa.
Takwa dapat diartikan jujur (shiddiq). Jujur sama
dengan amanah. Keduanya paling berat menjalani dan menetapinya (amal
beristikamah, istikamah beramal). Maksudnya, bagaimana salat yang kerap kali
didirikan mengantar kepada jujur? Bagaimana puasa yang ditunaikan menjunjung
perilaku amanah? Bagaimana zakat yang dibayarkan mampu membangun pribadi yang
berintegritas? Bagaimana haji dan umrah yang dikerjakan tidak sekedar touring
dan shopping? Jangan salat terhenti pada salat, sedang modus korupsi mulus tiada
terhambat. Korupsi terbangun karena habitus korup yang memungkinkan terjadi.
Adanya niat dan kesempatan, terjadilah kriminal. Ada orang yang berpendapat
bahwa pahala dan dosa tidak tercampur, seperti air dengan minyak. Habis
mencuri, lalu menyuci diri dengan taubat, kemudian mencuri lagi. Salat rajin,
mencuri juga rajin.
Maksudnya, ibadah apapun, termasuk salat dan puasa,
jangan terhenti pada praktik salat dan puasa. Tanpa memberi bekas pada
perbaikan diri. Salat ibarat obat dan therapi bagi pasien, serta rehab pasca
operasi. Salat umpama besi untuk dijadikan senjata di tangan seorang empu.
Pekerjaan salat justru akan berdampak jauh bagi kesadaran manusia di muka bumi.
Untuk sabar, syukur, ridha. Ketiga sifat yang merupakan benteng seorang mukmin.
Bagaimana dengan doa, sedangkan doa merupakan senjata mukmin (ad-du'a' shilahul
mukmin). Bagaimana doa bisa ampuh menjadi senjata mukmin? Berdoalah dengan
menyeru 99 nama-Nya, sesuai dengan isi hajat yang diharap.
Bersikap sabar adalah benteng seorang mukmin
menghadapi musibah-bala'. Bersikap syukur adalah benteng seorang mukmin
menghadapi nikmat. Bersikap ikhlas
adalah benteng seorang mukmin menghadapi taat. Bersikap taubat saat menghadapi
maksiat yang melilit. Sesuai permintaan (doa), memintalah dengan nama-Nya, nama
yang sesuai dengan sifat-Nya. Sifat-Nya yang berbuat dengan perbuatan-Nya.
Hadis Qudsi menyatakan: "Barangsiapa masuk
kedalam benteng-Ku, niscaya selamat." Dimanakah letak benteng Allah SWT?
Benteng Allah SWT terletak di dalam kalimat La ilaha illallah,
Muhammadur-Rasulullah (tiada Tuhan kecuali Allah, Muhammad utusan Allah).
Terselamatkan sejak dunia sampai akhirat, dan dijauhkan dari siksa neraka.
Kediaman di akhirat hanya ada dua tempat, rumah di
surga, dan rumah di neraka. Dua tempat yang sangat berbeda. Sementara untuk
meniti kedua tempat tersebut, upayanya di dunia. Oleh sebab itu, pepatah
mengatakan: dunia tempat menanam, akhirat negeri mengetam. Dunia adalah sawah
ladang akhirat. Logika bahwa penduduk akhirat kelak, hari ini mereka bekerja,
beramal. Kualitas amal baik yang diredhai Allah, pasti berbuah surga. Kualitas
amal buruk yang dimurkai Allah, pasti berbuah neraka. Sungguh manusia terikat
atau tergadai dengan perbuatan sendiri (kullu syai-in bima kasabat rahinah).
Umpama bayang-bayang yang tidak jauh berbeda dengan orangnya. Tetapi,
bayang-bayang itu tunduk kepada Allah, sedang manusia banyak yang durhaka.
Sehubungan hati yang menanti kedatangan Ramadan, pada
hakikatnya surga yang merindukan hamba-hamba Allah, meski sekarang mereka
sedang berdagang di pasar, atau nelayan di laut, atau petani di sawah, pekerja
di kebun, atau guru yang lagi mengajar, atau dokter yang lagi melayani pasien,
atau buruh yang angkat-pikul. Sungguh, mereka yang dalam keadaan berpuasa
Ramadan, (demi Allah), mereka sedang dirindukan surga.
"Ada empat orang yang dirindukan surga, mereka
adalah orang-orang yang mampu menjaga lisannya. Kemudian, mereka yang gemar
membaca Al-Quran, dan mereka yang memberi makan kepada orang-orang yang lapar,
serta mereka yang berpuasa di bulan Ramadan." (Hadis riwayat Muslim).
Berdasarkan hadis tersebut, bulan Ramadan menempati posisi tersendiri di hati
mukmin. Sesuai dengan panggilan Tuhan padanya: "Wahai orang-orang yang
beriman."
Motivasi beragama wajib terus digalakkan jangan
dilemahkan. Harus, motivasi beribadah puasa selalu digedor, jangan berikan
peluang kendor. Maju dan jangan mundur. Literasi dan orasi spirit beragama
terus diwartakan oleh media digital. Media digital yang mampu merambah sampai
ke daerah yang terjauh, terluar, tertinggal. Membangkitkan semangat berpuasa
Ramadan melalui mimbar dan non-mimbar, dari masjid ke masjid, dari kantor ke
kantor tentang berkah puasa Ramadan. Dari pasar ke pasar, dari desa ke kota, dari
kota ke desa, untuk mensyiarkan kemuliaan puasa Ramadan. Dari sekolah ke
sekolah, dari hulu ke hilir, dari hilir ke hulu untuk mempublikasi keramahan
Ramadan. Wallahu a'lam.
Komentar
Posting Komentar