KATA PENGANTAR KITAB SIFAT TUJUH
KATA PENGANTAR KITAB SIFAT TUJUH
KEHADIRAN kitab ini sebuah kehendak-Nya. Secara
insan yang lemah, penulis tidak punya kuasa untuk memperbincangkan-Nya. Bahkan
tidak berkemampuan untuk mendialog-kan sifat Tuhan. Namun, kuasa-Nya jualah
yang menggerakkan pena menjadi goresan. Kehendak-Nya jualah yang mengukir-Nya
menjadi ukiran tentang-Nya. Esa yang menulis dan esa yang ditulis. Sungguh,
ke-esaan akan sangat jamak ditemui dalam literasi sifat tujuh ini.
Bukan yang memposting dan diposting. Bukan-kah yang
memberi sembah dan menerima sembah adalah esa. Bukan Aku bila tidak esa. Bukan
Dia bila tidak esa. Bukan Engkau bila tidak esa. Bukan Kami bila tidak esa.
Lalu, menyembah siapa selama ini? Terus, adakah kuasa diri untuk menyembah-Nya?
Kemudian, bila tidak kenal dalam sembah, akan menjadi limbah atau diterbangkan
angin entah kemana? Sindiran Tuhan bagi kaum yang banyak memiliki
sesembah-yangan (musyrikun).
Sudah dibentangkan dalam isi kitab ini,Tuhan sangat
murka ketika Dia disebut bersekutu. Padahal, Dia tidak pernah memungut malaikat
sebagai anak perempuan-Nya. Dia lebih murka lagi, tatkala dianggap mengangkat
manusia menjadi anak laki-laki di sisi-Nya (walad). Dia tidak memiliki anak
laki-laki (walam yakun walada). Selain itu, Dia tidak pernah memiliki istri
(walam yakun shahiba). Mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, atau dengan tuhan-tuhan palsu yang berkeliling di
bumi, sangat mengundang siksa-Nya yang sangat pedih. Dan Dia pemilik siksa
dengan hukuman yang melilit (wahuwa syadidul 'iqab).
Manusia yang baik bukan yang banyak berjamaah, atau
yang berseri, berjilid Kartu Tanda Anggota (KTA) organisasi ini, organisasi
itu. Manusia yang paling baik adalah yang paling tulus, murni dan rahasia
ber-tauhid mereka. Ibrahim menjadi topik primus pembicaraan dalam literasi
kitab yang sekarang lounching di depan penikmat tasawuf. Sebaliknya, manusia
yang paling dibenci Tuhan adalah manusia yang mengundang dan menghadirkan
tuhan-tuhan disamping Allah. Terus, apakah ada tuhan bersama Allah (a-ilahum
ma'allah). Kemukakan keterangan-mu, jika kamu orang yang benar!
Meski kitab ini mengurai proses sebab datang dan
proses akibat pulang, dari dan kepada-Nya. Tetapi sekedar memudahkan paham
saja. Intinya adalah esa, esa syariat dan esa hakikat. Saat-nya nanti, kata esa
akan hilang (jazam), kata syariat akan diam (sukun), kata hakikat akan mati (maut).
Saat itulah, Muhammad mikraj sampai ke maqam Ibrahim, sesungguhnya Ibrahim
sangat takluk dan sangat santun (inna Ibrahim la-awwahun halim). Tuhan sangat
memuji Ibrahim. Sebab, Ibrahim sudah dijadikan Tuhan sebagai insan yang pertama
dalam beriman dan berserah diri (wa ana awwalul muslimin). Dan Ibrahim bukan
hamba yang mempersekutukan-Nya (wama ana minal musyrikin).
Ibrahim menyabda, sesungguhnya salat-ku, untuk
Allah, Tuhan yang memelihara alam semesta. Salat-ku dari-Nya, dan Dia menerima
salat-Nya. Dimanakah posisi Ibrahim, Ibrahim telah tiada (nafi), Ibrahim telah
binasa (fana), Ibrahim telah mati (maut). Siapa yang ingin berjumpa (liqa')
dengan Tuhan. Ikuti cara beragama ayah-mu, Ibrahim (ittabi' millata abikum,
Ibrahim). Ibrahim telah dijadikan sahabat setia-Nya (Ibrahim khalilullah).
Isbat Tuhan, mengisbatkan-Nya, auto menafikan makhluk. Sebab, tidak mungkin ada
dua Tahun. Jika di bumi ada dua Tuhan, pasti bumi akan rusak. Mustahil ada dua
kekuatan, mustahil ada ada dua kekuasaan, mustahil ada dua kerajaan. Niscaya
saling mendahului dan saling berebut pengaruh. Ternyata, musuh utama ke-esaan,
adalah diri-diri yang merasa berkuasa, kuasa taat, kuasa nikmat.
Selamat mengarungi lautan sifat tujuh, semoga sampai
pada apa yang dituju. Tidak mampu untuk menuju, kecuali ditunjukkan dan
dimampukan. Ketika telah sampai, justru ketidak-tahuan, itulah tahu.
Ketidak-pahaman, inilah paham. Untuk tidak berpanjang-kalam, carilah Tuhan di
dalam (diri Tuhan), bukan di luar.
Komentar
Posting Komentar