SIFAT TUJUH LIPUTAN EMPAT - HAYAT DAN HAYYUN

 


SIFAT TUJUH LIPUTAN EMPAT
HAYAT DAN HAYYUN

Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran

A. Hayat.

Hayat artinya sifat hidup bagi Allah. Maksudnya, zat Tuhan yang bersifat esa hidup tanpa dihidupkan (Alhayyu). Zat Tuhan yang bersifat hidup dengan sendiri-Nya (Alqayyum). Hidup-Nya hakiki, wujud-Nya  mutlak. Dalam makna, Dia hidup tanpa berbantuan oksigen, Dia hidup tanpa napas, tanpa jantung, tanpa paru. Wujud esa (sifat nafsiyah) mewujud pada zat esa, kemudian menjadi sifat hayat (maha hidup), ma'ani. Dia menghidupkan semua yang tampak hidup (maknawi). Bukti nyata bahwa Tuhan bersifat hayat adalah, sesungguhnya Dia berkuasa, berkehendak, berilmu, tentu Dia maha hidup.

Hidup Tuhan bukan ditandai bahwa Dia bergerak, dan Dia bukan diam. Hidup-Nya, tidak bergerak dan tidak berdiam. Hidup Tuhan bukan berarti Dia bernapas. Bedakan antara Dia (Alkhaliq), dengan yang Dia ciptakan (makhluq). Makhluk berjalan dengan kaki, zat Tuhan tidak! Makhluk merasa dengan hati, zat Tuhan tidak! Membayangkan Tuhan sama dengan makhluk (mujassimah, antropomorfisme) adalah sejahat-jahat syirik. Pada hari kiamat, Tuhan mengumpulkan orang-orang musyrik, terus bertanya: "Dimanakah tuhan-tuhan yang kamu sangka sebagai sekutu-sekutu Allah?" (Al-an'am:22). Maksudnya, mereka (kaum musyrikun) menyamakan Tuhan dengan berhala. Mereka menyamakan Tuhan dengan binatang kesukaan mereka. Mereka beranggapan, Tuhan mengangkat malaikat sebagai anak perempuan. Tuhan persaksikan: "Apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untuk-mu. Dan Dia memungut anak perempuan diantara malaikat-Nya. Sungguh, kamu benar-benar mengucapkan kata sebagai dosa besar." (Al-isra':40).

Allah bersifat hayat, maka Dia dikatakan zat yang hidup. Tetapi, hidup Tuhan bukan dengan makan dan minum. Firman-Nya dalam surah Al-an'am ayat 14-15: "Katakan (Muhammad), apakah aku akan mengambil pelindung selain Allah? Allah, pencipta langit dan bumi, Dia memberi makan dan Dia tidak diberi makan. Sesungguhnya aku diperintahkan untuk menjadi orang yang pertama berserah-diri. Dan Tuhan melarang menjadi bagian dari golongan orang-orang musyrik. Katakan (Muhammad), aku sungguh takut kepada siksa yang besar dari Tuhan-ku, jika aku (Muhammad) mempersekutukan-Nya." Sebaliknya, meyakini zat Tuhan yang maha esa adalah maha hidup (hayat) dalam keesaan-Nya, inilah Tauhid yang sebenarnya. Dia proklamirkan: "Barang siapa yang dijauhkan dari siksa atas dirinya pada hari itu (kiamat), sungguh, Allah telah memberi rahmat kepada-nya. Demikian kemenangan yang nyata." (Al-an'am:16).

Zat Tuhan dinamai wajibul-wujud (pasti ada). Sedang selain Dia adalah mumkinul-wujud (mungkin ada, mungkin tidak ada). Zat Allah yang senantiasa ada, namun tidak berawal dan tidak berakhir. Zat Tuhan tidak lahir dan tidak batin. Zat Tuhan tidak jauh dan tidak dekat. Sebab, zat Tuhan tidak bisa dilihat 'ain-Nya  (tanpa bentuk). Dia bukan jasmani, dan Dia bukan rohani. Zat Tuhan tidak diluar, dan zat Tuhan tidak didalam. Bila zat Tuhan diluar, artinya Dia terusir. Bila zat Tuhan didalam, artinya Dia terkurung. Dia bukan zat yang mampu dipikir oleh akal. Namun, Dia mengetahui semua tingkatan akal. Dia bukan zat yang sanggup dirasa oleh hati. Tetapi, Dia sanggup mengetahui segala rasa. Dia bukan zat yang dapat untuk didengar. Melainkan Dia, maha mengetahui dan maha mendengar segala suara, rintihan, bisikan, dan rahasia hati (innallaha 'alim bidzatish-shudur). Dia maha melihat, namun Dia tidak bisa dilihat. Firman-Nya: "Dan Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan. Dan Dia maha halus lagi maha meneliti." (Al-an'am:103).

Zat Tuhan tidak bisa dikira itu, atau dikira ini. Zat Tuhan tidak dapat dijangkau oleh sesuatu yang baharu. Selain Dia bersifat maut (mati). Bisakah yang mati melakukan ibadah. Bisakah yang mati beraktivitas. Kecuali dengan -Nya, billah. Beriman-lah kepada-Nya dengan diri-Nya. Sebab, tidak mungkin yang tiada ('adam) mampu menyembah yang maha ada (wajibul-wujud).

Ibrahim, nabi yang ketujuh dan termasuk nabi ulul 'azmi, disuruh oleh Tuhan, berserah-diri sajalah! Ibrahim mempersaksikan Tuhan dengan musyahadah iman, tanpa ragu. Zat Tuhan dilihat dengan keimanan yang seyakin-nya, bahwa Tuhan maha hidup (hayat). Keyakinan, sungguh Tuhan berbeda dengan makhluk, dan tidak seumpama dengan sesuatu. Sebab, Tuhan bukan umpama sesuatu, dan Dia bukan sesuatu. "Laisa kamislihi syai'un, wahuwassami'ul bashir" (Bukan Dia bila setara dengan sesuatu, Dia maha mendengar lagi maha melihat).

Berserah-diri sajalah, berpasrahlah keharibaan Tuhan! Sebagaimana ayah-mu berserah-diri!  "Aku hadapkan wajahku kepada yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan. Dengan mengikuti agama yang lurus. Dan aku bukan termasuk orang-orang musyrik." (Al-an'am:79). Sangat besar akibat (konsekuensi) mempersekutukan-Nya, dibenamkan ke dalam neraka Jahannam yang paling dalam, meski banyak taat-nya. Akibat buruk yang bakal diperoleh oleh orang-orang yang mempersekutukan-Nya, sangat dimarah dan dimurkai-Nya. Di dunia berakibat sengsara, di akhirat mendapat neraka, sebagai tempat kediaman yang paling buruk (biksal mihad), dan tempat kembali (rumah) terburuk (biksal mashir).

Ada dua hal yang sangat bertentangan, iman yang bersih dari syirik, atau iman yang bercampur dengan syirik. Kedua keadaan yang sangat jauh berbeda (tauhid dan syirik). Betapa Tuhan, sangat memuji Ibrahim karena tauhid. Betapa Tuhan, sangat menghina suatu kaum karena syirik. Difirmankan oleh-Nya sejak dahulu: "Ketika kaum Ibrahim membantahnya, Ibrahim berkata: Apakah kamu hendak membantah-ku tentang Allah. Padahal Dia (Allah) benar-benar telah memberi petunjuk kepada-ku. Aku tidak takut kepada (malapetaka) yang diakibatkan oleh orang-orang yang mempersekutukan-Nya, kecuali Tuhan-ku menghendaki sesuatu untuk-ku. Ilmu Tuhan-ku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu mengambil pelajaran? (Ibrahim berkata), bagaimana aku takut kepada apa yang kamu persekutukan dengan Allah? Padahal kamu tidak takut kepada Allah. Allah tidak memerintahkan kepada-mu untuk mempersekutukan-Nya! Manakah dari dua golongan  (tauhid atau syirik) yang lebih berhak mendapat keamanan? Jika kamu mengetahui." (Al-an'am:80-81).

Penting, iman tidak boleh bercampur dengan syirik. Atau keyakinan yang bergelimang dengan keraguan. Tuntutan Dia, jangan mencampur-baurkan iman dengan syirik. Sudah dikalamkan dalam kalam qudus-Nya. "Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman mereka dengan syirik (kegelapan). Mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan, dan mereka orang-orang yang berada di dalam petunjuk." (Al-an'am:82). Suruhan beriman kepada orang yang beriman, merupakan perintah Tuhan yang berulang kali. "Wahai orang-orang yang beriman, beriman-lah kepada Allah dan rasul-Nya." (An-Nisa':136).

Keyakinan zat Tuhan maha hidup dengan diri-Nya, tanpa keraguan, bahwa hari ini telah diperjumpakan. Tanpa waktu, tanpa ruang, tanpa materi, tanpa energi, tanpa informasi. Menunjukkan dalil (keterangan) bahwa Dia maha benar dalam kesaksian dan kehadiran-Nya, maha menyaksikan, maha meliputi, maha membimbing (syahid, muhith, rasyid). Jangan menunggu kehidupan Tuhan di akhirat. Sebab, zat Tuhan bukan di dunia, dan zat Tuhan bukan di akhirat. Melainkan maha meliputi. Dalam kalam karim-Nya, Dia persaksian dengan terang, lugas dan tegas. Ketegasan berkalam bahwa, milik Allah, penjuru timur dan penjuru barat. Dimanapun saja kamu berada, disitu wajah Allah. Sesungguhnya Allah maha luas lagi maha mengetahui (baca Albaqarah:115).

Zat Tuhan yang maha meliputi (muhith), Dia tidak di barat, tidak di timur. Dia tidak di selatan, tidak di utara. Dia tidak di dunia, tidak di akhirat. Dia tidak di surga, tidak di neraka. Andai Tuhan di barat, artinya Dia  tidak berada di timur. Sebaliknya, bila Dia di timur, artinya Dia tidak berada di barat. Andai Tuhan berada di atas, pasti Dia ditopang oleh sesuatu. Jika Tuhan berada di bawah, niscaya Tuhan ditimpa oleh sesuatu. Bila Tuhan di luar, otomatis Tuhan terusir oleh sesuatu. Jika Tuhan di dalam, maka Tuhan terkurung atau terpenjara oleh sesuatu.

Bila Tuhan memberi rahmat disebabkan taat seseorang, maka Tuhan takluk kepada taat makhluk. Jika Tuhan menimpakan siksa dikarenakan maksiat makhluk, niscaya Tuhan takluk kepada maksiat makhluk. Andai Tuhan menciptakan neraka untuk menakut-nakuti, Tuhan bergantung kepada neraka. Andai Tuhan menciptakan surga untuk iming-iming taat, niscaya Dia berharap kepada sembah. Justru, Tuhan ciptakan semua itu, guna menunjukkan bahwa Dia tidak sama dengan taat dan maksiat. Dia bukan pahala (surga), dan Dia bukan dosa (neraka). Berserah-diri kepada-Nya, inilah jalan lurus.

Tersulit disepanjang hidup adalah tauhid. Membersihkan Dia dari sifat yang tidak layak untuk-Nya. Membuang semua kesan lahiriyah dan kesan batiniyah tentang-Nya. Menyingkirkan kesucian-Nya dari hamba yang lemah. Sebab, Dia bukan persepsi makhluk (subhanallah). Dia bukan dalam jangkauan jin dan manusia. Kecuali, Dia sendiri yang memuji diri-Nya. Subhanaka la nuhsisana an 'alaika anta, kama asnaita 'ala nafsik (maha suci Engkau, kami tidak akan pernah mampu memuji-Mu. Maka pujian kami kepada-Mu adalah sebagaimana Engkau memuji diri-Mu). Ungkapan Rasulullah yang sering beliau ukir di hati beliau. Maha suci Tuhan dari apa yang mereka sifatkan. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.

B. Hayyun.

Sifat hayyun adalah sifat maknawiyah. Berarti keadaan Tuhan maha hidup. Dikenali Tuhan dengan setiap yang hidup (makhluk) adalah berasal dari-Nya. Zat Tuhan memerintah hayat (ma'ani). Hayat menjadi hayyun (maknawi). Dititipkan kepada roh. Wujud jasad-nya adalah napas. Bertalajim sifat maknawi dengan ma'ani. Keduanya bersumber dari zat Allah yang esa (ahad).

Zat Tuhan tidak mengambil manfaat kepada makhluk hidup yang bersifat baharu. Justru, Dia yang menghidupkan (khaliq), memberi bentuk (musawwir), bergerak (bari'), memberi rezeki (raziq), menjaga (hafidz), memelihara (wakil), menyantuni (halim).

Jelas, baharu alam semesta sangat memerlukan zat Tuhan beserta sifat-Nya. Bukan Tuhan yang butuh untuk disembah, bukan Tuhan yang berkepentingan terhadap taat makhluk. Semua jenis sifat berkepentingan, pasti sifat kekurangan. Sifat kekurangan diantaranya butuh tempat untuk pemujaan (altar, mihrab). Perlu waktu dan ruang untuk dijadikan ritus-ritus keagamaan. Sedang Dia, tidak ada Tuhan kecuali Dia. Dia maha hidup lagi maha berdiri sendiri. Maha suci Allah, Dia berdiri bukan dengan kaki. Maha suci Allah, Dia hidup bukan dengan napas. Maha suci Allah, Dia mendengar bukan dengan telinga. Maha suci Allah, Dia melihat bukan berbantuan mata. Maha suci Allah dari segala apa yang dapat dibayangkan tentang zat-Nya.

Jadi, mustahil Tuhan bersifat bodoh (jahil), mustahil Tuhan mati (maut). Mustahil Tuhan buta ('ama), mustahil Tuhan tuli (shumma), mustahil Tuhan bisu (bukma). Maha suci Allah dari semua persangkaan tentang-Nya. Maha suci Dia dari permisalan dan perumpamaan, Dia bukan ibarat. Jangan ibarat-kan Dia dengan waktu yang berwaktu, sebab Dia bukan berada pada wujud waktu. Dia bukan hidup diawal waktu. Dia bukan hidup dipertengahan waktu. Dia bukan hidup di akhir waktu. Dia bukan bertempat di depan, bukan di tengah, bukan di belakang. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

AJAKAN PERDAMAIAN MENJADI TUGAS KESEMESTAAN