KAJIAN KEESAAN - CAHAYA CINTA DAN RAHASIA
KAJIAN KEESAAN
CAHAYA
CINTA DAN RAHASIA
Oleh
Ma'ruf
Zahran Sabran
Setiap utusan Tuhan memiliki
keistimewaan. Rasul Yunus, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad adalah manusia pilihan
(mujtaba), dan memperoleh petunjuk (muhtada). Mereka adalah orang-orang saleh
(wakullun minash-shalihin). Meski kita dilarang untuk membedakan para utusan.
Dalam arti, status mereka adalah sama di hadirat Allah. Status abduhu
(hamba-Nya), warasuluhu (dan utusan-Nya). Jangan dibedakan. Maksudnya, jangan
dilebihkan dan jangan dikurangi. "... Kami tidak membedakan seorang-pun
dari utusan-Nya. Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami,
dan kepada Engkau tempat kembali." (Albaqarah:285). Rasul yang berjumlah
dua puluh lima orang, Nuh, Hud, Lut, Saleh, Ibrahim, sampai Zakaria, Yahya, Isa,
Muhammad, mereka diceritakan oleh kitab suci Alquran. Dikisahkan, guna memberi
petunjuk bagi orang-orang yang takut kepada Tuhan yang maha pengasih. Walau
yang maha pengasih tidak nampak (ghaib). "Sesungguhnya engkau (Muhammad)
hanyalah seorang pemberi peringatan terhadap orang-orang yang mau mengikuti
peringatan (Alquran), dan takut kepada yang maha pengasih. Walau yang maha
pengasih itu ghaib. Maka gembirakan mereka dengan ampunan dan pahala yang
mulia." (Yasin:11). Seluruh ayat Alquran merupakan peringatan (dzikir)
bagi orang yang mau mengambil peringatan. Sedang bagi orang-orang zalim
(aniaya), ayat suci menjadi hijab (dinding) antara dia dengan Tuhan.
"Sungguh, ini adalah peringatan. (Tawaran), siapa ingin menghendaki
kebaikan, tentu dia mengambil jalan untuk menuju Tuhan-nya. Tetapi kamu tidak
mampu menempuh jalan itu, kecuali apabila dikehendaki Allah. Sungguh Allah maha
mengetahui, maha bijaksana." (Al-Insan:29-30). Hak veto Tuhan jelas, tanpa
keraguan. "Dia memasukkan siapa-pun yang Dia kehendaki ke dalam
rahmat-Nya. Adapun bagi orang-orang zalim, disediakan bagi mereka azab yang
pedih." (Al-Insan:31).
Tuhan tiada memerintah dalam
beragama, kecuali diikuti dengan ketaatan, agama ketaatan murni (khalish). Rumi
(Jalaluddin Rumi) mengatakan agama cinta. Ismail Mundu mengatakan agama
rahasia. Kedua ide ini bertemu pada surah Al-Hujurat (kamar-kamar).
Tesis agama cinta pada saat Dia
paparkan, Aku Al-Wadud (pencinta) yang menyirami cinta di hatimu (qalbi),
melalui pendengaran (sama'i), penglihatan (bashari) dengan kekuatan cinta
(quwwatul-mahabbah). "Ketahuilah oleh kamu sekalian, bahwa di
tengah-tengah kamu ada Rasulullah. Kalau dia mengikuti-mu dalam banyak hal,
pasti kamu akan mendapat kesusahan. Namun Allah menjadikan kamu cinta kepada
keimanan, dan menjadikan iman indah dalam hati-mu. Dan menjadikan (hati-mu)
benci kepada kekafiran, kejahatan, kedurhakaan. Mereka itu adalah orang-orang
yang berada dalam bimbingan." (Al-Hujurat:7). Sungguh manis, surah ini
ditutup dengan pintu rahasia. Agama rahasia di dalam rahasia adalah tingkatan
beragama yang tidak lagi disebut. Sebab, bila disebut, sebutan adalah hijab.
Bila ditulis, tulisan adalah hijab. Bila digambar, gambaran itu hijab. Akan
tetapi, percaya sajalah (iman), berserah-diri (islam), beradab mulia (ihsan). Beragama,
semakin dirahasiakan, semakin damai tanpa musuh, semakin dilenyapkan, semakin
terbit di dalam hati.
Ibadah merupakan pemantik cinta,
cinta utuh tiada terbelah. Dengan cara memaksimalkan pendengaran tentang
ayat-ayat-Nya. Memaksimalkan penglihatan pada ciptaan kreasi cinta-Nya. Lalu
terpandang Dia. Kemudian, hati yang selalu untuk setia mencintai-Nya, setiap
detik.
Maksud agama cinta adalah
pengabdian kepada Tuhan yang tersalur pada keberpihakan pada nilai keadaban,
kemanusiaan, kemajuan. Beragama tanpa berharap kepada ganjaran upah (pahala,
surga), dan tanpa takut kepada hukuman (dosa, neraka). Tulus dari Allah, tulus
kepada-Nya, itulah cinta. Bila telah saling mencintai tanpa perlu alasan dalil,
tidak dibutuhkan lagi alasan. Mahabbah (cinta) memiliki kesamaan makna dengan
mahiyah (padam). Cinta telah memadamkan perasaan harap dan perasaan takut
kepada yang selain Allah SWT. Selain Allah SWT, berlepas tangan antara yang
dipuji dan memuji, antara yang dipuja dan memuja, antara yang menyembah dan
disembah. Saling berlepas tangan
diantara keduanya, terjadi di akhirat. Maka, sebelum sampai ke akhirat, buang
dan putuskan sifat saling ketergantungan kepada makhluk. Gantung cinta kepada
Allah saja. "Dan diantara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah,
sebagai tandingan. Mereka mencintai (Tuhan buatan) seperti mencintai Allah. Dan
orang-orang yang beriman, sangat besar cinta-nya kepada Allah. Sekiranya
orang-orang yang zalim melihat azab, pasti seluruh kekuatan milik Allah. Dan
sesungguhnya Allah sangat pedih azab-Nya. Ketika orang-orang yang diikuti
berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti. Ketika mereka melihat azab,
terputuslah semua hubungan diantara mereka. Dan orang-orang yang mengikuti,
berkata: Jika ada kesempatan (kembali ke dunia), niscaya kami putuskan hubungan
dengan mereka. Sebagaimana mereka memutuskan hubungan dengan kami. Demikian
Allah memperlihatkan penyesalan dari perbuatan mereka. Dan mereka tidak akan
keluar dari api neraka." (Albaqarah:165-167).
Sedang tesis agama rahasia (diniyyah
sirriyah) adalah ketakwaan yang disembunyikan (atqiya' asyqiya'). Artinya,
takwa yang terpelihara dari riya' (ingin dilihat), sum'ah (ingin didengar),
'ujub (bangga-diri), takabbur (sombong). Sarang keempat penyakit hati tersebut
berpusat pada kemegahan dan keistimewaan diri (Inggris: ego centris.
Arab:ananiyah). Adapun indikator takabbur (tinggi hati) adalah menolak
kebenaran, dan menghina orang lain. Berlawanan dengan indikator tawadhu'
(rendah hati) yaitu menerima kebenaran, dan menghargai orang lain.
Karena agama rahasia, maka sangat
mustahil untuk membongkar rahasia ketuhanan (rububiyah sirriyah).Tidak ada yang
dapat membongkar rahasia ketuhanan. Bila sanggup dibongkar dan diungkap,
dipastikan baharu. Baharu sekalian alam semesta adalah sifat makhluk, bukan
sifat khalik. Rahasia (sir) itulah rasa (zauq). Sebaliknya, rasa (zauq) itulah
rahasia (sir). Terdapat kisah populer yang diskenariokan kalangan sufi. Dialog
Tuhan dengan Nur Muhammad. Naskahnya, Muhammad, cari Aku (Allah). Jika engkau
mendapati Aku, pasti engkau akan Ku-bunuh. Aku (diri-Ku) yang menggantikan
engkau (diri-mu). Maka, Aku hidup, engkau mati. Aku melihat, engkau buta. Aku
mendengar, engkau tuli. Aku berkalam, engkau diam. Aku berilmu, engkau bodoh.
Aku berkuasa, engkau lemah. Aku berkehendak, engkau tiada kehendak. Ketika itu,
diri-Ku menjadi diri-mu. Diri-mu menjadi diri-Ku. Ibarat, Allah yang memasukkan
malam ke dalam siang, dan memasukkan siang ke dalam malam. Sanggup-kah ini
dijelaskan, bila tidak menggunakan kias. Dia melihat dengan mata-Ku. Dia
mendengar dengan telinga-Ku. Dia berkalam dengan lisan-Ku. Artinya, pandangan
bercahaya, dicahayai dan mencahayai
(nuriyah bashirah). Pendengaran bercahaya, kalam bercahaya. Adakah sama
kegelapan dengan cahaya (hal yastawidz-dzulumatu wan-nur).
Riwayat dari Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) yang tergolong sahabat kecil. Saat menaiki unta bersama Rasul. Ujar baginda: "Wahai Ibnu Abbas, jagalah (hukum) Allah, Allah akan menjagamu. Beriman-lah kepada Allah, sampai engkau menemukan Allah berada dihadapanmu. Jika engkau memohon kepada-Nya dengan doa. Maka, doamu akan dikabulkan. Engkau akan melihat dengan mata-Nya. Engkau akan mendengar dengan telinga-Nya." Hadis tersebut sangat populer dikalangan sufi.
Menurut guru (syekh Usman Melek), rahasia tidak bisa dibagikan, rasa tidak sanggup dipaparkan. Meski secara teori, rasa dapat dibagi tiga. Rasa dalam pikiran, rasa dalam hati, rasa dalam rasa. Tiga kategori tersebut masih bisa diungkapkan. Namun ada rahasia yang tidak mampu terungkap lagi (la shaut). Fana didalam baqa' (ittihad), baqa' didalam fana (hulul). Keduanya harus senyap, lalu lenyap (sirriyah). Bahkan, sirriyah-pun tiada. Karena sirriyah-pun dapat menjadi hijab (dinding) bagi Tuhan yang sebenarnya.
Agama rahasia, adalah agama iman.
Islam boleh direalisasikan, namun iman disembunyikan. Dalam rangka supaya tidak
ada yang merasa berjasa (madlul) terhadap kemajuan agama ini. Ibarat pahlawan
kesiangan. Gerak islam merupakan gambaran iman. Pernyataan firman-Nya,
sekaligus menutup surah Al-Hujurat (16, 17, 18): "Katakan (Muhammad)
kepada mereka: Apakah kamu akan memberitahu kepada Allah tentang agama-mu.
Padahal, Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah
mengetahui segala sesuatu (ijmali dan tafshili). Mereka yang telah merasa berjasa
kepada-mu (Muhammad), karena keislaman, katakan (Muhammad): Jangan kamu merasa
berjasa karena keislaman-mu. Sebenarnya hanya Allah yang melimpahkan nikmat
iman kepada-mu. Jika kamu orang yang benar. Sesungguhnya Allah, (Dia) maha
mengetahui yang ghaib di langit dan di bumi. Dan Allah maha melihat apa-apa
yang kamu kerjakan."
Jelas awal dan akhirnya, Allah
jualah yang maha mengetahui cahaya (nur) cinta dan cahaya (nur) rahasia. Dengan
cahaya itulah mereka berjalan di muka bumi. Seruan Tuhan tiada henti dan tiada
luput, bahwa dengan kedua cahaya itu (nur cinta dan nur rahasia), mereka
berjalan di muka bumi. "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada
Allah dan beriman-lah kepada Rasul-Nya (Muhammad), niscaya Allah memberikan
rahmat-Nya kepada-mu dua bagian. Dan menjadikan cahaya untuk-mu. Dengan cahaya
itu engkau berjalan. Dia mengampuni dosa-dosamu. Dan Allah maha pengampun lagi
maha penyayang." (Al-Hadid:28). Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar