AMANAH FITRAH FILOSOFI TABUR TUAI

 

AMANAH FITRAH FILOSOFI TABUR TUAI

Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran

Jelas kitab suci menerangkan (Ali Imran:91), walau didatangkan dunia seluruh isinya emas untuk menebus diri supaya beriman, anak, istri dan seluruh manusia, pasti tebusan itu ditolak. Tidak, sesungguhnya bagi mereka ada neraka. Saat harta, keluarga, serta tahta menjadi musuh di hari kiamat. Kemana akan lari? Bukankah hari itu, diri membaca catatan diri, diri membaca tulisan diri, diri membalasi perbuatan diri. Semua sudah Allah amanahkan kepada setiap diri tentang ketentuan hidup dan mati. Pertanyaan penting, sudahkah masing-masing kita mengenal diri? Menjaga amanah fitrah (roh tauhid) sebagai tanggungjawab pribadi dengan filosofi "tabur-tuai."

Ketika di alam roh, Dia tetapkan kitab fitrah (Arrum:30). Ketika di dunia ini, manusia lalai. Kemudian di akhirat disuruh baca kitab catatan-mu (Al-Isra':14).  Kebanyakan manusia tidak memahami, maksudnya mereka mengira logika dapat menyelesaikan rundung masalah. Padahal tipuan logika. Bukan-kah ketiga masa ini berjalan sangat singkat? Banyak manusia lalai dengan amanah fitrah dan lupa dengan perjanjian syahadat. Dan kebanyakan manusia tidak mengetahui.

Mencari solusi diluar diri artinya menjauh dari fitrah. Bahkan lari dari fitrah. Maksudnya, jangan menyingkir dari fitrah, beragama-lah secara fitrah (kesucian sejak lahir). Dan agama fitrah wujudnya adalah mudah (sahlah), lapang (samhah), lembut dan santun  (lathifah, halimah), tunduk kepada kebenaran (hanifah), berserah diri kepada Allah (salimah). Kunci fitrah yang dapat diartikan roh suci sebenarnya sudah Dia hembuskan pada setiap diri (Shad:72-74). "Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadian-nya, dan Aku tiupkan roh-Ku kepadanya. Maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya. Lalu semua malaikat bersujud. Kecuali iblis, dia menyombongkan diri, dan dia termasuk golongan yang kafir."

Penghalang potensi fitrah untuk eksis adalah kondisi faktual manusia yang bersifat tergesa-gesa ('ajalah). Mereka ingin hidup serba sempurna (perfect) tanpa cacat sedikitpun. Ingin hidup selalu sehat tanpa sakit. Ingin hidup mudah tanpa susah. Padahal yang menyusahkan diri adalah diri sendiri, bukan fitrah.

Bahkan saking durhaka mereka kepada Tuhan dengan memaksa fitrah mendatangkan siksa. Berharap keburukan diri sama dengan cepatnya mereka tergesa-gesa meminta kebaikan. Tuhan sebutkan dengan sabar, akan datang waktunya. Semua berjalan pada garis takdir (fi falakiyyasbahun). Demikian ketetapan yang maha perkasa lagi maha bijaksana. Demikian takdir siang (matahari), takdir malam (bulan). Kedua benda angkasa raya itu, ini terdapat dalam diri manusia (alam shaghir). Lalu, dimana kamu akan lari?

Kemudian sifat buruk manusia senang menyalahkan orang lain. Istilah "mencari kambing hitam." Mencari pembenaran diri dan mencari penyalahan untuk orang lain. Ibarat "lempar batu sembunyi tangan." Rasul  didustakan oleh umat di wilayah Antiok, karena semua Rasul mengajarkan tauhid (keesaan Tuhan). "Penduduk negeri berkata, sungguh kami bernasib malang karena ulahmu! Kalau kamu tidak berhenti berdakwah, niscaya kami rajam kamu dengan siksa yang pedih dari kami. Para utusan Allah (Rasulullah) itu menjawab, kemalangan-mu adalah ulahmu sendiri. Apakah karena kamu diberi dakwah lalu kamu tertimpa musibah? Sebenarnya kamu telah melampaui batas." (Yasin:18-19).

Jelas, ayat di atas menggambarkan diri sendiri yang memproduksi amal, dan diri sendiri pula yang menerima hasil. Umpama tanaman baik berbuah baik (Ibrahim:24-25). Tanaman buruk berbuah buruk (Ibrahim:26). Filosofi "tabur-tuai" adalah diri bertanggungjawab kepada diri. Kebebasan diri berbuat sehingga kebebasan diri yang mengikat. "Jika kamu berbuat baik, kebaikan untuk diri-mu. Bila kamu berbuat jahat, kejahatan untuk diri-mu." (Al-Isra':7). Hukum tabur di dunia, hukum tuai di dunia dan di akhirat. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

AN NURIYAH

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN