MENEMBUS BATAS MENEKAN LAPISAN EGO
MENEMBUS BATAS MENEKAN LAPISAN EGO
Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran
Paling melelahkan bukan salat, sebab napsu
kadang ikut didalam salat. Kalau lolos dari jebakan napsu salat, pasti hanya
berwaktu dalam lima sesi. Lima waktu
dalam sehari semalam. Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib, Isya. Sedang yang belum terpisah sampai hari ini
adalah diri (ego). Ego akan dibawa kemana pergi, ego tidak berwaktu. Paling
menghauskan bukan puasa. Sebab puasa
merupakan ibadah berwaktu.
Tapi, kewajiban kita hari ini adalah bagaimana
membumihanguskan ego. Namun ego tidak bisa dibakar, ego tidak bisa disiram.
Justru dengan api dan air, ego semakin melonjak. Kecuali stop bagi ego suplay
makanan, minuman serta bersetubuh. Niscaya ego akan lemah. Hentikan kekuatan
jasad, roh akan tunduk takluk pada Al-Jabbar. Bila telah lepas dari penjara
ego, disitulah kemerdekaan abadi. Sini, kita diajarkan menjaga jarak dalam
mencintai dunia. Kerap kali dalam kitab suci disebutkan, berhati-berhati dengan
orang yang engkau cintai, bukan dengan orang yang engkau benci.
Sejati, menjaga jarak adalah banyak hal yang
tidak sanggup dijelaskan ilmu pengetahuan (sains dan teknologi) saat berhadapan
dengan fenomena alam. Banyak anomali yang muncul saat penciptaan Adam tanpa
bapak dan tanpa ibu, penciptaan Hawa, dan kelahiran Isa putera Maryam tanpa
bapak. Sehingga sesuai saat Tuhan memerintahkan kepada Isa untuk berbakti
kepada seorang ibu. Sebab proses kelahiran Isa tanpa seorang bapak. "Dan
berbaktilah kepada ibumu." (Maryam:32). Demikian pula anomali tongkat menjadi
ular, sains yang berbasis logika, memang tidak mampu untuk menjelaskan. Atau,
ketika Tuhan memerintah kepada Ibrahim. Masuklah ke dalam api, lalu api menjadi
dingin dan menjadi keselamatan untuk Ibrahim. Dan lagi, ketika Tuhan memerintah
Musa, pukulkan tongkat-mu ke batu! Pukulkan tongkat-mu ke laut!
Bila beragama berdasarkan logika, banyak
doktrin (postulat) agama yang didebat oleh logika. Contoh penciptaan Adam tanpa
bapak dan tanpa ibu, serta penciptaan Isa tanpa bapak. Tentang rezeki dan
keselamatan, bagaimana bayi Musa hidup dan tumbuh sampai dewasa di kalangan
istana Fir'aun. Bagaimana hukum konstanta api yang panas menjadi dingin pada
saat menyentuh tubuh Ibrahim. Bagaimana besi yang keras menjadi lunak di tangan
Daud. Bagaimana laut bisa terbelah dan membentang jalan raya untuk Musa dan
kaumnya dari kejaran Fir'aun dan tentara-nya. Bagaimana Zakaria bisa membuka
pohon, dan bagaimana Muhammad dapat memanggil dan mengundang bulan. Lalu bulan
datang, bersyahadat dihadapan Nabi Muhammad. Bulan terbelah dua dan menyatu
kembali mengikuti perintah Muhammad.
Apakah karena para utusan memiliki mukjizat
(kejadian di luar kebiasaan) lalu mereka dijadikan Tuhan yang disembah?
Pantaskah menyembah Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Musa, Zakaria, Yahya, Isa,
Muhammad. Mereka memang manusia yang dipilih Tuhan-nya (fajtabahu rabbuhu), dan
mereka adalah kaum salihin. Tentu, posisi mereka sebagai hamba yang diutus
Tuhan ('abduhu wa rasuluhu).
Posisi absolutisme agama (di atas langit),
jika saat turun ke permukaan bumi, maka nilai absolutisme agama menjadi relatif
dan temporer (kebumian). Maksudnya, agama sudah bersentuhan kontak dengan
budaya lokal setempat. Agama menjadi subsistem sosial, sama dengan ranah
politik, budaya, pendidikan dan kehidupan. Atau sebaliknya, bagaimana yang
relatif mendoa kepada absolut, menjadi diskursus tersendiri yang saling
tarik-menarik antara absolutisme dan relativisme.
Tetapi keduanya bisa dikomunikasikan sejalan
dengan nilai luhur yang disepakati. Vertikal dan horizontal hakikatnya satu
juga (humanity is one). Kemanusiaan ialah satu (min-nafsiwwahidah). Bagaimana
sanggup dicerai dan diberai? Tatkala ketuhanan satu dan kesatuan tuhan. Lalu
bisakah memisahkan nilai rasa vertikal dan horizontal. Atau menjauhkan alam
pikiran ketakterhinggaan dan keterhinggaan? Maksudnya, tauhid menuju ahad.
Proses kerja pikir batin (tafakkur) yang bila dilalui, berjatuhan anugerah
malam. Sanggup dicapai bagi yang mau berpikir.
Dalam beragama, kekuatan ilmu dan pikir mampu
menembus tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Bahkan sanggup menembus
batas nama Allah (kedudukan ahad di atas miraj). Tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa beribadah dengan ilmu dan akal sehat lebih mulia daripada
beribadah terus menerus, tetapi minim ilmu dan akal. Wallahua'lam.
Pelepasan alam langit dan bumi beserta naskah
akan tembus dengan ilmu. Bukan bacaan tanpa rasa, bukan gerakan tanpa rasa,
bahkan bukan rasa itu sendiri. Sebab, rasa adalah rahasia dan rahasia adalah
rasa. "Wahai kelompok jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus langit dan
bumi, maka tembuslah. Dan kamu tidak akan sanggup menembusnya, kecuali dengan
kekuatan (ilmu)." (Arrahman:33).
Realita, hari ini banyak umat yang malas
membaca, sehingga betah dalam kebodohan. Tidak meningkat wawasan ketuhanan dari
tahun ke tahun, malah cenderung menurun. Ironis, kitab suci menyuruh membaca
(iqra'), umat malas membaca. Kitab suci menyuruh belajar, mengajar, berkarya,
menulis ('allama bil qalam). Umat tidak mentradisi tulis-menulis di kalangan
mereka. Lillahita'ala.
Nama: Daffa Syailendra Ghiffari
BalasHapusNim: 241131007
Prodi: keselamatan dan kesehatan kerja
Dalam menjalani agama, keutamaan ilmu dan akal menjadi kunci untuk mencapai pemahaman spiritual yang mendalam, bahkan mampu menembus batas langit dan bumi secara metaforis. Ibadah yang didasari ilmu dan akal sehat dianggap lebih bernilai daripada ibadah tanpa pemahaman. Ilmu bukan sekadar pengetahuan tanpa makna, tetapi merupakan kekuatan yang memungkinkan manusia untuk memahami misteri langit dan bumi
Nama: andreian prameswara raja
BalasHapusNim: 241131003
Prodi: K3
pentingnya mengenali dan mengatasi ego dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-hari. Ego merupakan tantangan besar yang menghambat manusia untuk mencapai ketulusan dalam ibadah dan kedekatan kepada Tuhan. Ibadah seperti salat dan puasa bisa dijalankan dengan benar jika seseorang mampu mengendalikan ego. Namun, ego tidak dapat dihancurkan dengan kekuatan fisik, melainkan dengan mengendalikan keinginan dan kebutuhan jasmani.
Nama: TAMIR MUSYAFFA AL'ALBAR
BalasHapusNim: 241131037
Prodi: keselamatan Dan kesehatan kerja
Pesan yang disampaikan dalam tulisan ini sangat mendalam dan relevan, terutama dalam konteks meningkatkan kualitas ibadah dengan ilmu Dan pemahaman yang lebih baik. Memang beribadah dengan didasari ilmu, akal sehat, dan pemahaman yang mendalam jauh lebih bermakna daripada sekedar menjalankan ibadah tanpa pemahaman yang memadai.
"Pentingnya Ilmu dan Kebenaran dalam Beragama"
BalasHapusDalam konteks ini, Ma'ruf juga mengkritik bagaimana banyak orang yang mengabaikan pemahaman mendalam tentang agama, lebih fokus pada penampilan eksternal atau simbolis, seperti gelar atau status keagamaan. Ia menekankan bahwa ilmu dan pemahaman yang benar tentang agama sangat penting agar ibadah dan amalan tidak menjadi kosong atau sekadar rutinitas. Tanpa pemahaman yang mendalam, ibadah bisa kehilangan makna sesungguhnya.
Nama: Muhammad Naufal Fawwaz
BalasHapusNIM: 241131018
Prodi: D4 K3
"Menembus batas menekan lapisan ego" mengacu pada upaya untuk mengatasi atau mengurangi pengaruh ego dalam diri seseorang. Ego sering kali berfungsi sebagai penghalang antara individu dengan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka atau realitas di sekitar mereka. Dengan "menembus batas" ini, seseorang berusaha untuk mencapai kesadaran yang lebih tinggi, yang memungkinkan mereka untuk lebih terbuka, rendah hati, dan jujur dengan diri sendiri serta orang lain, tanpa terhambat oleh keinginan atau ketakutan yang bersumber dari ego.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama : Ikhwan Hafidz
BalasHapusNIM : 241131012
Prodi : D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
bukan yang paling melelahkan, sebab nafsu kadang ikut dalam salat. Meski nafsu bisa lepas, salat tetap hanya lima waktu dalam sehari. Tapi, ego tidak pernah berhenti dan selalu terbawa kemanapun kita pergi. Melemahkan ego bukan dengan salat atau puasa yang memiliki waktu tertentu, melainkan dengan menahan keinginan jasmani agar roh tunduk pada Al-Jabbar. Kemerdekaan sejati diraih ketika ego terlepas, di mana kita diajarkan menjaga jarak dari cinta dunia.
Agama bukan sekadar logika. Mukjizat, seperti penciptaan Isa tanpa ayah dan keajaiban Musa, menunjukkan bahwa sains dan logika tak selalu mampu menjelaskan ketentuan Tuhan. Agama absolut (di atas langit) bisa berubah relatif ketika bersentuhan dengan budaya lokal. Namun, nilai-nilai luhur agama tetap bisa selaras dengan kemanusiaan universal.
Beragama dengan ilmu dan akal lebih mulia daripada beribadah tanpa pemahaman. Tuhan berfirman bahwa manusia takkan bisa menembus langit dan bumi tanpa ilmu. Hari ini, banyak umat malas membaca dan belajar, menjauh dari wawasan ketuhanan. Ironisnya, meski kitab suci memerintahkan membaca dan menulis, tradisi ini kurang dihidupi.
Nama: Naaila Inaura Alriflia
BalasHapusNim : 241131021
Prodi : D4 Keselamatan dan kesehatan kerja
Menekan lapisan ego adalah langkah untuk mengatasi keterikatan pada identitas semua yang sering menghambat aktivitas pribadi, contohnya dalam menjalankan ibadah. Ego sering kali membatasi kemampuan kita untuk melihat kenyataan secara utuh. Dengan menekan ego, kita mulai melepaskan kebutuhan untuk selalu benar, mengurangi rasa takut akan penilaian, dan mengembangkan kesadaran yang lebih besar tentang diri kita serta hubungan kita dengan dunia di sekitar.
Nama: Narti Apriyani
BalasHapusNIM: 241131024
Prodi: D4 K3
Artikel ini mengusung tema yang menarik tentang bagaimana melepaskan ego dalam perjalanan spiritual. Penulis menekankan bahwa ego adalah sesuatu yang sulit dilepaskan kecuali dengan menghentikan "makanan" ego itu sendiri.
Penulis juga ingin menekankan bahwa dalam beragama kita tidak bisa selalu berdasarkan logika.
Penulis juga membahas dalam beragama, kekuatan ilmu dan pikir mampu menembus tujuh petala langit dan tujuh petala bumi. Bahkan sanggup menembus batas nama Allah (kedudukan ahad di atas miraj). Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa beribadah dengan ilmu dan akal sehat lebih mulia daripada beribadah terus menerus, tetapi minim ilmu dan akal. Tetap realitasnya banyak orang yang malas membaca sehingga betah dalam kebodohan.
Nama :syafa'ati Fajranesya
BalasHapusNim :241131035
Prodi :D-IV K3
Intinya, ibadah bukan sekedar salat atau puasa yang ada waktunya, tapi tentang perjuangan untuk menundukkan ego yang tidak pernah berhenti. Ego ini ibarat musuh terbesar, nggak bisa dikalahkan dengan logika atau fisik semata. Di sini juga diingatkan, agama bukan cuma soal ritual, tapi ada nilai yang lebih tinggi yang kadang nggak bisa dijelaskan logikanya. Makanya kita perlu hati-hati dalam urusan dunia dan jangan terjebak hanya pakai logika buat paham agama. Ditambah lagi, ada sindiran soal umat yang makin malas baca, padahal dari dulu udah ditekankan “Iqra'”, iiqra artinya membaca
Karena dalam kitab suci kita dianjurkan untuk membaca, berkarya, dan menulis.
Nama:Riza Rachman
BalasHapusNim:241131032
Prodi:D4 K3
Poin-poin yang dapat diambil dari materi ini adalah Relativitas Nilai Agama dalam Kehidupan Sosial.Ketika agama bersentuhan dengan budaya lokal, nilai-nilai agama yang absolut menjadi lebih fleksibel dan relevan secara sosial. Agama dalam konteks ini dipandang sebagai subsistem yang sejajar dengan politik, budaya, pendidikan, dan kehidupan sosial lainnya.
Nama: Nadiyah Afifah
BalasHapusNim: 241021025
Prodi: D4-SANITASI LINGKUNGAN
Tulisan ini menceritakan tentang bagaimana Tuhan yang mengatur semuanya, seperti matahari yang terbit setiap pagi, bulan yang muncul malam hari, dan semua bintang di langit. Menurut tulisan ini, Tuhan membuat alam semesta dengan sangat rapi, dan itu bisa dilihat dari hal-hal yang teratur setiap hari.
Ada juga cerita bahwa Tuhan bisa melakukan hal-hal luar biasa yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan. Misalnya, Tuhan membuat Nabi Musa bisa membelah laut dan membuat Nabi Ibrahim aman saat masuk ke dalam api. Semua ini adalah contoh mukjizat atau keajaiban yang menunjukkan kekuatan Tuhan.
Tulisan ini juga mengingatkan bahwa agama mengajarkan kita tentang kebaikan dan hidup rukun dengan semua orang. Jadi, kita harus baik pada Tuhan dan juga pada sesama manusia. Tuhan dan alam semesta ingin kita semua hidup bersama dengan damai dan saling sayang.
Pada akhirnya, kita semua hidup di dunia ini bersama, jadi meskipun ada banyak perbedaan, kita semua adalah satu keluarga besar.
Nama: Nur Rafika Aprila
BalasHapusNIM: 241131026
Prodi: D4 K3
Komentar saya mengenai Artikel ini yaitu memberikan pandangan yang mendalam tentang hubungan antara agama, budaya, dan pentingnya ilmu pengetahuan dalam praktik beragama. Hal ini menggambarkan bahwa agama bukan hanya tentang ritual atau aturan, tetapi juga terkait erat dengan budaya dan kehidupan sosial, sehingga dapat beradaptasi tanpa kehilangan nilai-nilai luhur yang esensial.
Poin yang sangat menarik adalah ajakan untuk memadukan nilai ketuhanan (vertikal) dengan kemanusiaan (horizontal) sebagai satu kesatuan. Ini mencerminkan konsep bahwa kemanusiaan adalah refleksi dari nilai-nilai ketuhanan, yang tak seharusnya dipisahkan. Tauhid atau keesaan Tuhan tidak hanya tentang keimanan, tetapi juga tentang bagaimana nilai ketuhanan itu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penekanan artikel ini pada pentingnya ilmu dan akal sehat sebagai bagian integral dari ibadah adalah pengingat bagi kita semua bahwa agama mendorong pengembangan intelektual. Ayat yang dikutip dari Surat Ar-Rahman tentang kemampuan menembus "langit dan bumi" dengan kekuatan ilmu menunjukkan bahwa agama Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan.
Di akhir artikel, penulis memberikan kritik terhadap kurangnya minat membaca dan menulis di kalangan umat. Hal ini menjadi refleksi yang penting, terutama di zaman di mana informasi sangat mudah diakses, namun semangat untuk mendalami ilmu agama dan pengetahuan umumnya malah semakin menurun. Ajakan untuk kembali kepada tradisi membaca, menulis, dan mendalami ilmu adalah pesan kuat dari artikel ini.
Nama : Salwa Fazara Sopiani
BalasHapusNIM : 24113033
Kelas : D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Melepas diri dari ego merupakan tugas yang paling menantang. Bahkan dalam menjalankan ibadah seperti salat dan puasa, ego sering kali menyusup dan mengganggu. Dalam menjalani hidup beragama, ilmu pengetahuan dan akal sehat memiliki peran penting yang tidak bisa diabaikan. Dengan ilmu, kita bisa menembus batas-batas yang tampak tidak mungkin dan meraih pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan ketuhanan.
Nama : Sri Astuti Rahmadani
BalasHapusNim : 241131034
Prodi : D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pernyataan ini mengandung pesan yang sangat mendalam tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan penggunaan akal sehat dalam beribadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Agama mendorong manusia untuk memahami alam semesta dan hakikat ketuhanan melalui ilmu, sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Kecerdasan dan kemampuan berpikir manusia dapat membawa pemahaman yang lebih mendalam tentang eksistensi dan penciptaan, menjadikannya mampu "menembus" batasan-batasan duniawi dan memahami rahasia ketuhanan.
Kutipan ayat "Wahai kelompok jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus langit dan bumi, maka tembuslah. Dan kamu tidak akan sanggup menembusnya, kecuali dengan kekuatan (ilmu)." (Arrahman:33) menggarisbawahi bahwa pencapaian tertinggi hanya dapat diraih melalui ilmu. Beribadah tanpa ilmu ibarat ritual yang hampa; sedangkan ibadah yang disertai pemahaman dan akal sehat membawa kualitas yang lebih tinggi.
Kondisi saat ini di mana umat lebih banyak mengabaikan aktivitas membaca dan menulis serta kurang mengembangkan tradisi intelektual adalah sesuatu yang mengkhawatirkan. Padahal, ajaran agama Islam sangat menekankan pentingnya mencari ilmu, membaca, dan menulis, sebagaimana dalam iqra' (bacalah) dan 'allama bil qalam (mengajar dengan pena). Menghidupkan kembali tradisi keilmuan dalam kehidupan umat sangat penting untuk membangun kesadaran spiritual dan intelektual yang seimbang.
Nama : RAJESHA PRIVATI
BalasHapusNim : 241131030
Prodi : D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam beragama, ilmu dan akal menjadi jalan untuk memahami hakikat yang lebih tinggi, bahkan hingga "menembus batas" alam semesta dalam pencarian spiritual. Ayat Al-Quran mendorong manusia untuk terus membaca, belajar, dan menulis agar terhindar dari kebodohan, karena wawasan ketuhanan perlu senantiasa ditingkatkan. Mengabaikan ilmu dan pembelajaran akan membuat umat kehilangan makna spiritual yang sesungguhnya, sementara agama sejatinya menghendaki pengetahuan yang mendalam untuk mencapai kesadaran ilahi.
Pembahasan diatas membahas tentang hubungan antara ibadah, ego, dan ilmu dalam agama.Bahwa sholat dan puasa adalah bentuk ibadah yang terbatas dalam waktu dan terikat dengan fisik. Namun, ego manusia yang lebih dalam tidak terbatas waktu, dan ia menjadi tantangan yang terus menerus. Hanya dengan menghentikan pasokan "makanan" bagi ego, seperti nafsu dan keinginan fisik, ego dapat melemah dan manusia bisa mencapai kemerdekaan spiritual sejati, yakni berpisah dari keterikatan duniawi.dan juga menggambarkan bahwa agama, ketika dipraktikkan dalam masyarakat, tak luput dari pengaruh budaya lokal. Ketika doktrin agama yang absolut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, ia berinteraksi dengan realitas sosial, politik, dan budaya, sehingga nilai-nilainya menjadi relatif. Namun, hal ini tidak mengurangi esensi dari pesan kemanusiaan yang universal.
BalasHapusMateri ini menyoroti perjuangan spiritual manusia dalam menundukkan ego (diri), di mana sholat dan puasa saja tidak cukup karena ego tidak terikat oleh waktu dan selalu melekat. Kunci pembebasan ego adalah mengurangi pengaruh duniawi dan memperkuat ikatan spiritual kepada Allah.
Nama : Kiki Ainurrahmah
BalasHapusNim : 241131014
prodi : D4 K3
ibadah bukan sekedar salat atau puasa yang ada waktunya, tapi tentang perjuangan untuk menundukkan ego yang tidak pernah berhenti. Ego ini ibarat musuh terbesar,tidak bisa dikalahkan dengan logika atau fisik semata. Di sini juga diingatkan, agama bukan cuma soal ritual, tapi ada nilai yang lebih tinggi yang kadang tidak bisa dijelaskan logikanya. Makanya kita perlu hati-hati dalam urusan dunia dan jangan terjebak hanya pakai logika buat paham agama. Ditambah lagi, ada sindiran soal umat yang makin malas baca, padahal dari dulu udah ditekankan “Iqra'”, iiqra artinya membaca
Karena dalam kitab suci kita dianjurkan untuk membaca, berkarya, dan menulis.
Nama:Nely adriani
HapusNIM:241131025
Prodi :Keselamatan dan kesehatan kerja
pentingnya menjaga jarak dengan ego dan dunia, karena ego selalu hadir dalam kehidupan sehari-hari tanpa batasan waktu, berbeda dengan ibadah seperti salat dan puasa yang berwaktu. Penulis menyoroti bahwa menghancurkan ego adalah langkah menuju kemerdekaan sejati dalam berhubungan dengan Tuhan. Ditekankan bahwa tantangan terbesar bukanlah ibadah formal, melainkan perjuangan menundukkan ego yang sering bersembunyi dalam aktivitas ibadah.
ajaran agama sering melampaui logika manusia. Mukjizat para nabi yang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah (seperti penciptaan Adam dan Isa yang tanpa bapak, atau laut yang terbelah oleh Musa) adalah tanda kebesaran Tuhan, bukan bukti untuk menjadikan mereka sebagai sosok yang disembah. Mereka tetap manusia pilihan Tuhan dengan posisi sebagai hamba dan utusan-Nya.
Di sisi lain, tulisan ini menggambarkan bagaimana agama mengalami penyesuaian dengan budaya lokal, menjadikannya bagian dari kehidupan sosial yang relatif dan temporal di dunia. Namun, di balik ini, penulis menegaskan bahwa nilai-nilai kemanusiaan tetap satu dan tidak bisa dipisahkan, baik dalam hubungan vertikal dengan Tuhan maupun horizontal dengan sesama.
Akhirnya, pentingnya ilmu dalam beragama. Ilmu dan pemikiran yang mendalam mampu membawa manusia pada pemahaman yang lebih tinggi, bahkan melampaui batas fisik dan spiritual. Namun, umat yang malas membaca dan belajar, padahal kitab suci mendorong mereka untuk meningkatkan wawasan ketuhanan dan tradisi ilmu pengetahuan.
NAMA : ZUHRIYATUL MUKARRAMAH
BalasHapusNIM : 241131045
PRODI : K3
Dari penjelasan yang tertera di atas adalah hal sesuatu yang harus dapat kita hindari, yaitu ego, apa itu ego? Ego adalah sesuatu hal yang negatif yang akan membawa kita ke jalan yang tidak baik seperti tamak dengan sesuatu hal. Kita sebagai umat islam harus berusaha menguatkan iman agar selalu melakukan sholat dan selalu berfikir positif dalam segala sesuatu, bukan hanya logika tapi soal keyakinan diri kita kepada allah swt, keyakinan hati, YAKIN.. atau percaya bahwa semuanya adalah kuasa yang telah allah berikan dan agama yang telah di tetapkan,
Seperti mana yang telah saya ketahui tentang bahwa sholat, membaca Alquran, puasa, zikir, zakat, sedekah dan hal hal yang positif lainnya akan membawa kita ke dalam diri yang lebih damai dan tentram, membawa diri kita lebih baik untuk kedepannya, di permudahkan segala urusan kita di dunia dan akhirat.
Dan bukan juga soal logika maupun ego kita mengenai kuasa ayub, musa, isa bahkan Muhammad, melainkan itu semua adalah kuasa allah swt. Seperti mana lafazd allah "kun fayakun" yang artinya "jadilah, maka terjadilah".
Maka dari itu, tingkatkan iman dan nilai spiritual kita terhadap agama Islam yang akan membawa kita ke dalam hal hal yang lebih positif, dan meningkatkan ibadah dan ilmu pengetahuan. Mencari tau tentang banyak hal yang belum kita ketahui, seperti membaca menulis maupun mendengarkan.
Nama : Dhika Alankara Putra
BalasHapusNim : 241131010
Prodi : K3
Ego sering menjadi penghalang utama dalam mencapai kedamaian batin, bahkan saat kita melaksanakan ibadah seperti salat dan puasa. Meskipun ibadah itu terlihat melelahkan, intinya bukan pada rutinitas fisik, melainkan pada kemampuan kita untuk mengendalikan keinginan duniawi yang mendorong ego.
Nama : Uray Muhammad Abidzar Nafy Ardha
BalasHapusNim : 241131039
Prodi : D4 K3
Menembus Batas Menekan Lapisan Ego, Artikel ini merujuk pada upaya untuk mengatasi keterbatasan diri yang dipengaruhi oleh ego atau rasa pribadi yang berlebihan. Dalam konteks ini, ego dianggap sebagai lapisan yang menghalangi seseorang untuk mencapai potensi maksimalnya. Dengan menekan ego, seseorang dapat lebih terbuka, sadar, dan lebih mudah terhubung dengan orang lain serta menghadapi kenyataan dengan lebih objektif. Proses ini melibatkan introspeksi, pengendalian emosi, serta peningkatan kesadaran diri untuk mencapai pertumbuhan pribadi yang lebih baik.
NAMA: RAHMAD HAFIEV
BalasHapusNIM: 241131029
PRODI: D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Dari penjelasan yang tertera di atas adalah hal sesuatu yang harus dapat kita hindari, yaitu ego, apa itu ego? Ego adalah sesuatu hal yang negatif yang akan membawa kita ke jalan yang tidak baik seperti tamak dengan sesuatu hal. Kita sebagai umat islam harus berusaha menguatkan iman agar selalu melakukan sholat dan selalu berfikir positif dalam segala sesuatu, bukan hanya logika tapi soal keyakinan diri kita kepada allah swt, keyakinan hati, YAKIN.. atau percaya bahwa semuanya adalah kuasa yang telah allah berikan dan agama yang telah di tetapkan,
Seperti mana yang telah saya ketahui tentang bahwa sholat, membaca Alquran, puasa, zikir, zakat, sedekah dan hal hal yang positif lainnya akan membawa kita ke dalam diri yang lebih damai dan tentram, membawa diri kita lebih baik untuk kedepannya, di permudahkan segala urusan kita di dunia dan akhirat.
Dan bukan juga soal logika maupun ego kita mengenai kuasa ayub, musa, isa bahkan Muhammad, melainkan itu semua adalah kuasa allah swt. Seperti mana lafazd allah "kun fayakun" yang artinya "jadilah, maka terjadilah".
Nama : Rendi Agista
BalasHapusNim : 241131031
Prodi : K3(keselamatan dan kesehatan kerja)
Tulisan ini menyampaikan pesan yang mendalam tentang pentingnya mengendalikan ego dan memahami ibadah secara mendalam, bukan hanya secara logis. Menekankan bahwa ilmu dan akal sangat penting dalam beragama, namun ada aspek spiritual yang melampaui logika. Mengkritik kemalasan intelektual, tulisan ini mengajak umat untuk lebih aktif dalam belajar dan membaca agar dapat memahami ajaran agama dengan lebih baik dan menghindari kedangkalan spiritual. Analogi fenomena alam dan mukjizat para nabi menunjukkan bahwa ada banyak hal dalam keimanan yang tidak bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan semata. Sebuah seruan untuk menjalani kehidupan beragama dengan keseimbangan antara logika dan spiritualitas.
Nama: Inscia Amaranti
BalasHapusNim: 241131013
Prodi: D-4 K3
kewajiban kita hari ini adalah bagaimana membumihanguskan ego. Namun ego tidak bisa dibakar, ego tidak bisa disiram. Justru dengan api dan air, ego semakin melonjak. Kecuali stop bagi ego suplay makanan, minuman serta bersetubuh. Niscaya ego akan lemah. Hentikan kekuatan jasad, roh akan tunduk takluk pada Al-Jabbar. Bila telah lepas dari penjara ego, disitulah kemerdekaan abadi. Sini, kita diajarkan menjaga jarak dalam mencintai dunia. Kerap kali dalam kitab suci disebutkan, berhati-berhati dengan orang yang engkau cintai, bukan dengan orang yang engkau benci.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Muhammad Difa Nouvaldi
BalasHapusNim: 241131017
Prodi: D4 K3
Penulis menekankan bahwa meski salat dan puasa menuntut disiplin, keduanya tetap terbatas oleh waktu, sedangkan ego terus hadir. Untuk menekan ego, penulis menganjurkan mengurangi asupan jasmani sehingga roh tunduk pada Tuhan, dan menyarankan menjaga jarak dari kecintaan dunia.
Selain itu, artikel ini mengeksplorasi keterbatasan logika dalam memahami keajaiban agama, seperti penciptaan Adam tanpa orang tua atau mukjizat para nabi. Agama diakui sebagai sesuatu yang absolut di langit, namun ketika di bumi, menjadi relatif karena bersentuhan dengan budaya lokal. Penulis juga menggarisbawahi pentingnya ilmu dan akal sehat dalam beribadah, mengutip Al-Qur’an (Arrahman:33) bahwa untuk menembus batas langit dan bumi, manusia membutuhkan kekuatan ilmu.
Nama:Nabil Muhammad Fikri
BalasHapusNim:241131022
Prodi:K3 keselamatan dan kesehatan kerja.
Menurut saya Kesimpulan dari artikel tersebut adalah bahwa untuk mencapai pemahaman dan kedamaian sejati dalam beragama, manusia perlu menanggulangi ego dan memanfaatkan ilmu serta akal sehat. Meskipun ibadah ritual seperti salat dan puasa memiliki peran penting, mereka tidak cukup untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan jika dilakukan tanpa kesadaran dan pemahaman yang mendalam. Ego yang tidak terikat waktu menjadi hambatan utama dalam proses ini, dan salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan mengurangi kebutuhan fisik yang memanjakan ego.
Nama : Zahra Khairunnisa
BalasHapusNIM : 241131044
Prodi : D4 K3
Cerita ini mengeksplorasi makna mendalam tentang ego, ibadah, dan perjalanan spiritual dalam menjalani hidup beragama. Dengan kata-kata yang kaya dan puitis, penulis menggambarkan upaya melampaui keterikatan duniawi, terutama ego, yang sering kali menjadi penghalang utama untuk mencapai kedamaian batin dan pemahaman mendalam tentang ketuhanan. Ego tidak mudah "dibumihanguskan" karena ia hadir dalam setiap aspek kehidupan, tanpa batas waktu atau ruang. Menaklukkan ego, menurut penulis, bukan dengan ibadah lahiriah semata, tetapi melalui pelepasan hasrat duniawi yang membuat ego semakin kuat.
Nama: Syarial Apriansyah
BalasHapusNim: 241131036
Prodi: K3
pentingnya mengenali dan mengatasi ego dalam menjalankan ibadah dan kehidupan sehari-hari. Ego merupakan tantangan besar yang menghambat manusia untuk mencapai ketulusan dalam ibadah dan kedekatan kepada Tuhan. Ibadah seperti salat dan puasa bisa dijalankan dengan benar jika seseorang mampu mengendalikan ego. Namun, ego tidak dapat dihancurkan dengan kekuatan fisik, melainkan dengan mengendalikan keinginan dan kebutuhan jasmani.
Nama:Utin Naira Rifa Herlia
BalasHapusNIM:241131041
Prodi:D4 K3
Artikel ini membahas pentingnya mengatasi ego sebagai tantangan utama dalam beribadah dan kehidupan sehari-hari. Ego dianggap sebagai penghalang yang menghambat kedekatan kita dengan Tuhan dan mengurangi kualitas ibadah, seperti salat dan puasa. Meskipun ibadah memiliki waktu tertentu, ego tidak terikat oleh waktu dan selalu ada.
kita harus menghentikan pasokan "makanan" bagi ego, yaitu keinginan jasmani dan kebutuhan fisik. Dengan demikian, roh dapat tunduk kepada Tuhan. Selain itu, penulis menggarisbawahi bahwa pemahaman spiritual yang mendalam tidak dapat dicapai hanya dengan logika; banyak aspek keimanan yang melampaui penjelasan ilmiah.
NAMA : WELLY NUR RUDIANTO
BalasHapusNIM : 241131042
PRODI : D4 K3
"Menembus batas menekan lapisan ego" merupakan frasa yang merujuk pada proses melewati atau melampaui batas-batas yang diciptakan oleh ego, terutama dalam diri kita sendiri. Ego sering kali membentuk lapisan-lapisan defensif yang melindungi pandangan, keyakinan, atau persepsi kita, sehingga kita merasa aman dan sesuai dengan identitas yang kita bangun. Namun, dalam konteks pertumbuhan pribadi atau spiritual, menembus lapisan-lapisan ini bisa membantu kita melihat diri dan dunia dengan perspektif yang lebih luas, lebih objektif, dan lebih menerima.
Nama: Anisa Awalia Putri Sarseno
BalasHapusNim: 241131004
Prodi: D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam konsep spiritualitas dan keberagamaan, praktik seperti sholat dan puasa memang sering dianggap sebagai cara untuk "menembus batasan" ego atau diri pribadi. Kedua ibadah ini mengajarkan tentang pengendalian diri dan pembentukan karakter yang lebih rendah hati, disiplin, dan ikhlas. Keduanya berperan dalam membentuk sikap rendah hati, sabar, dan ikhlas dalam menghadapi hidup sehari-hari.
Mengatasi ego dalam beribadah adalah tantangan yang sering dihadapi oleh umat Islam, karena ego bisa menghalangi kedekatan kita dengan Allah dan juga mengganggu keikhlasan dalam ibadah.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNAMA : MUHAMMAD SYAFIQ ALBAR
BalasHapusNIM : 241131019
PRODI : D-IV K3
Teks ini membahas bagaimana agama, yang sifatnya absolut, menyatu dengan budaya manusia dalam kehidupan sosial, menciptakan harmoni antara nilai ketuhanan dan kemanusiaan. Ia menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan berpikir dalam beribadah, menunjukkan bahwa ibadah yang penuh pemahaman lebih bernilai daripada ritual tanpa makna. Di sisi lain, teks ini mengkritik realitas di mana banyak umat malas membaca dan belajar, padahal Al-Qur’an mendorong umat untuk mencari ilmu dan menggunakan akal. Pesan utamanya adalah agar umat membangkitkan semangat intelektual dalam beragama untuk mencapai pemahaman yang lebih mendalam.
NAMA: Hidayatul Rosid
BalasHapusNIM : 241131011
PRODI: D4 K3
"MENEMBUS BATAS MENEKAN LAPISAN EGO"
Secara keseluruhan, catatan ini menawarkan pandangan yang sangat mendalam tentang hubungan antara agama, ego, ilmu, dan masyarakat. Ia mengajak pembaca untuk mengatasi ego melalui pengendalian diri, menjaga jarak dengan kecintaan duniawi, dan meningkatkan pemahaman spiritual melalui ilmu. Hal ini menjadi tantangan bagi umat untuk tidak hanya menjalani ibadah secara mekanis, tetapi dengan kesadaran yang lebih tinggi dan pemahaman yang mendalam tentang tujuan hidup yang lebih besar.
Nama: Nyemas Nabilah Huwaida
BalasHapusNIM: 241131027
Prodi: D4 K3
Blog ini menyoroti tentang pentingnya mengendalikan ego, yang tidak bisa diatasi dengan kekuatan fisik tetapi dengan mengendalikan keinginan jasad sehingga roh tunduk kepada Tuhan. Ibadah seperti salat dan puasa memiliki batasan waktu, tetapi ego selalu ada dan perlu penanganan khusus. Banyak keajaiban agama, seperti penciptaan Adam dan mukjizat para nabi, tidak bisa dijelaskan oleh logika atau sains. Para nabi adalah manusia pilihan Tuhan, tetapi tidak untuk disembah. Selain itu, teks membahas bagaimana nilai-nilai agama yang absolut dapat berubah ketika bersentuhan dengan budaya lokal, serta pentingnya menjaga keseimbangan antara aspek ketuhanan dan kemanusiaan. memahami agama dengan ilmu dan pemikiran yang mendalam lebih bernilai dibandingkan ibadah yang dilakukan tanpa pengetahuan. Di tengah kenyataan bahwa banyak orang enggan membaca dan menulis, meskipun perintah untuk melakukannya ada dalam kitab suci, teks ini menekankan pentingnya tradisi belajar, mengajar, dan menulis dalam meningkatkan wawasan keagamaan.
BalasHapusPesan dari "Menembus Batas Menekan Lapisan"
Dalam setiap perjalanan hidup, kita sering kali terjebak dalam lapisan-lapisan kenyataan yang menekan dan membatasi. Menembus Batas Menekan Lapisan mengajak kita untuk melihat lebih dalam, melampaui apa yang tampak di permukaan, dan menemukan keberanian untuk menembus batas-batas yang selama ini menghalangi kebebasan sejati. Karya ini menggambarkan perjuangan batin dalam menghadapi tantangan sosial, psikologis, dan eksistensial yang mengikat jiwa manusia.