TERAKHIR TIDAK ADA LAGI KOMENTAR
TERAKHIR TIDAK ADA LAGI KOMENTAR
Oleh
Ma'ruf
Zahran Sabran
Akhirnya, masih ada yang mau diributkan. Ribut
adalah ciri utama orang kafir. Ribut tanda tidak mengenal-Nya. Diam, tenang,
senyap, merupakan tanda mengenal-Nya. Penelitian kepustakaan (library research)
dengan kitab suci Alquran membongkar perilaku dan kalam orang yang mengaku
wali. Tetapi wali kepalsuan dan kepalsuan wali, hari ini wajib dibongkar. Jika
tidak, fatwa, dakwah, tausiah, khutbah yang viral melalui youtube dan instagram
hanya sesat-menyesatkan. Terjebak pada halusinasi dan mimpi tanpa ilmu (fa
aftaw bighairi 'ilm, dhallu wa adhallu).
Keributan menjadi tanda ujung zaman. Wali kamil
(sempurna) banyak diam, dan tidak mau membongkar masa lalu. Masa lalu, sekarang
dan akan datang adalah fakta skenario Allah SWT. Paham terhadap skenario-Nya,
kenapa lagi dibahas? Lagi-lagi yang dikaji adalah begini-begini. Lalu-lalu
dituju adalah begitu-begitu. Masa lawas, biarkan dia lintas. Masa sekarang,
biarkan dia datang. Masa yang akan datang, jangan dijadikan buah pikiran.
Banyak buah pikiran, nanti akan merusak jaringan sel organ tubuh jasmani dan
sel organ badan rohani.
Pandangan (syuhud) ma'rifat menerangkan bahwa orang
yang jujur sudah menjadi hak Allah, dan orang yang khianat sudah menjadi hak
Allah juga. Kembalikan kepada dua mazhar (dua kenyataan) Allah yang bersifat.
Aspek pertama, inti sifat kegagahan yaitu Jalal, Qahar. Konsekuensinya,
terdapat orang yang khianat, zalim (aniaya), marah-marah, merupakan cara Allah
menguji hambanya. Namun bagi wali kamil, sudah mengenali bahwa yang datang
adalah jalaliyah-Nya, dan qahariyah-Nya. Sikap yang tepat adalah menerapkan
makam (kedudukan) sabar. Sabar bagi orang yang sabar mendapat pahala tanpa
ibadah formal. Maksudnya, menyikapi sifat Jalal dengan cara sabar adalah
anugerah agung. Dia tampakkan pada sosok makhluk-Nya, sifat Jalal dan Qahar,
lalu disikapi dengan memaafkan, adalah ibadah para wali kamil berkeabadian.
Sifat Jalal lebih merujuk kepada zat (jiwa) Tuhan yang maskulin seperti
Aljabbar (maha memaksa), Ad-Dhar (pemberi derita), Almudhil (menyesatkan),
Alkhafid (merendahkan), Almudzil (menghinakan). Dzun-tiqam (menyiksa), Alqabidh
(menyempitkan).
Aspek kedua, sifat kemurahan, kasih, sayang, cinta,
peduli, santun, lembut merupakan mazhar (kenyataan) sifat Allah Jamal, Kamal.
Kamal artinya kesempurnaan. Jamal artinya keindahan. Dua sifat Tuhan, Jamal dan
Kamal mendominasi sampai 80% dari asma (nama-Nya) yang pengasih, pengasuh,
penyayang, pencinta, penyantun. Sisanya, 20% adalah sifat Jalal dan Qahar.
Tetapi, penerapan sifat Jalal (keagungan) dalam rangka melindungi (proteksi)
bumi dengan tujuh lapisan atmosfer dari pijar matahari langsung. Penerapan
sifat Qahar (keperkasaan) dalam upaya menjaga stabilitas hayati, nabati,
hewani, kimia dan fisika alam.
Contoh, harmoni alam semesta yang diinginkan oleh
Khidir Bulyan ibnu Mulkan Abul Abbas adalah supaya Musa saat berguru kepada
Khidir dituntut agar sabar. Namun, Musa (syariat) selalu menanya, mendebat,
mengingkari, menilai, mencemooh, menuding Khidir (hakikat). Pertentangan
syariat dan hakikat terdapat dalam empat kisah di surah Alkahfi. Terutama
ketika merekam protes-protes Musa
(syariat) kepada Khidir (hakikat). Kasus pertama: "Maka berjalan keduanya,
sehingga ketika keduanya menaiki perahu. Lalu dia (Khidir) melubangi perahu.
Musa protes: mengapa engkau melubangi perahu itu? Apakah untuk menenggelamkan
penumpangnya? Sungguh, engkau telah melakukan perbuatan yang besar
dosanya." (Ayat:71).
Kasus kedua: "Maka berjalan keduanya, hingga
bertemu dengan anak muda, lalu dibunuhnya. Musa berkata: mengapa engkau bunuh
jiwa yang bersih, dia (anak itu) bukan pembunuh! Sungguh, engkau (Khidir) telah
melakukan perbuatan yang sangat mungkar." (Ayat:74).
Kasus ketiga: "Maka keduanya berjalan, sampai
ke suatu negeri, mereka meminta makan (sebagai musafir). Namun tidak ada
satupun yang memberi mereka makan. Kemudian keduanya mendapati rumah yang
hampir roboh. Lalu dibangunnya lagi. Dia (Musa) berkata kepadanya (Khidir),
jika engkau mau, niscaya engkau boleh meminta imbalan atas perbuatan-mu
itu." (Ayat:77).
Ketiga kasus adalah novelti hakikat (puncak
pencerahan kebenaran). Pelajaran bagi yang mau mengambil pelajaran, nasehat
bagi yang mau dinasehati, hikmah bagi pencari hikmah. Ternyata, tiga kisah di
jurnal tadi, menyimpan rahasia takwil yang tidak terpikirkan oleh tafsir.
Hakikat bukan wilayah mufassir, bukan kawasan muhaddits. Namun kajian para
muhaqqiq billah.
Tersadar, seakan membuka lembaran "babak
baru" kehidupan. Jangan menunggu (nanti) di akhirat. Sebab penyesalan di
akhirat tiada berguna. Sebab akhirat adalah hari penghakiman. Pembukaan tabir
kemelut dunia, wajib dilakukan di dunia. Kitab suci banyak menyebut genre
orang-orang berdosa, mereka bersikap sombong (takabbur) terhadap ayat-ayat
Kami. Merasa besar (takabbur) adalah karakter orang yang bohong lagi bodoh.
Bohong sebab, manusia sebenarnya kecil, tetapi merasa besar. Bodoh, manusia
sebenarnya bodoh, namun merasa pintar dan lalai. Kitab suci mengutip betapa
kegagalan di dunia, tidak mampu ditebus di akhirat kelak. "Sungguh, kamu
dahulu lalai tentang ini (tauhid). Maka Kami singkap penutup yang menutupi mata
(batin)mu! Sehingga penglihatan-mu, pada hari (kiamat) menjadi tajam."
(Qaf:22).
Maksudnya, mukasyafah (tersibaknya mata batin
tentang dunia-alam maya). Baru terbuka lebar di akhirat-alam keabadian, kelak.
Bersyukur jika Tuhan telah buka rahasia-Nya kepada hamba-Nya tentang sifat dan
hakikat batin dunia. Hakikat batin dunia bagi orang-orang yang beriman adalah
pelajaran. Pelajaran berharga jangan diperdaya oleh dunia yang menipu
(imitasi). Artinya, zahir dunia adalah kenikmatan, sedang batin dunia adalah
pelajaran. Kunci dan pintu pertama mengenal Allah adalah rasa takut kepada-Nya,
ketakutan memantik harap. Harapan menjadi pemantik rida. Keridaan pemantik
cinta. Kecintaan, lalu menyatulah (baqa' fillah). "Orang-orang yang takut
kepada Allah, meskipun Dia tidak tampak, dan mereka mendatangi Allah dengan
hati yang bertaubat. Masuklah ke surga dengan aman dan damai. Itulah hari yang
abadi. Mereka di surga, memperoleh apa yang mereka kehendaki, dan di sisi Kami
tersedia tambahan (rukyatullah)." (Qaf:33-35).
Birukyatillah di dunia (mukasyafah rububiyah), maka
seseorang sudah tamat (khatam) perjalanan di dunia dan akhirat. Putus dengan
segala kebutuhan duniawi, dan putus dengan segala kebutuhan ukhrawi.
Indikator-nya dari seorang alim pada masa Nabi Sulaiman yang dapat memindahkan
singgasana Ratu Balqis dari Yaman ke Palestina, durasi hanya satu kali kedipan
mata. " ... Ini adalah karunia dari Tuhan-ku. Untuk mengujiku, apakah aku
bersyukur atau kufur? Barang siapa yang bersyukur adalah untuk dirinya sendiri.
Dan barang siapa yang kufur, sesungguhnya Tuhanku maha kaya lagi pemurah."
(Annamal:40).
Betapa sang alim tidak lagi mengakui ilmu diri,
melainkan ilmu Allah. Demikian pula filsafat merupakan filsafat Allah, tasawuf
adalah tasawuf Allah. Niscaya, komentar apa lagi yang dikomen. Perbincangan apa
yang dibincangkan lagi. Percakapan apa lagi yang akan dicakapkan? Terbungkus
rapat mulut, hati yang berzikir. Hati yang bergetar penuh dengan 99 nama Allah
yang indah. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar