38. Al-Kabir (Maha Besar)

 

38. Al-Kabir (Maha Besar)

Oleh

Ma’ruf Zahran Sabran

Nama Allah Alkabir artinya maha besar. Besar yang tak tertandingi oleh semua makhluk. Alkabir (maha besar) hanya Dia sebagai pencipta (khalik). Sedang selain Dia adalah hasil ciptaan (makhluk) yang bersifat maha kecil (shaghir). Perbedaan pengertian Al-'adzim (maha agung) artinya keagungan yang dimiliki-Nya diluar kemampuan nalar manusia. Adapun Alkabir mengisyaratkan pemahaman atas kesempurnaan pada-Nya. Kesempurnaan wujud-Nya. Sempurna dalam arti tidak ada satupun celah atau lubang kecil untuk menilik kekurangan-Nya. Sempurna, sehingga dari sudut manapun Dia ditinjau selalu sempurna (Alkamil). Kebesaran-kebesaran adalah milik-Nya, di langit dan di bumi (baca Aljatsiyah:37). Alkabir juga dikatakan pemilik keagungan, kemuliaan, kehormatan sebagai penutup surah Ar-Rahman ayat 78: "Berlimpah-raya (kebaikan) nama Tuhan-mu. Dia pemilik keagungan dan kemuliaan."

Bukan dalam pemahaman kelompok mujassimah yang sering menjisimkan Tuhan, atau menyamakan wujud Tuhan dengan wujud manusia (antropomorfisme). Paham Tuhan punya badan seperti badan manusia. Tuhan punya tangan serupa dengan tangan manusia. Sebaliknya, ahlussunnah selalu membedakan manusia dengan Tuhan, dalam segala hal. Bahkan, kebesaran Tuhan adalah mutlak, sementara kebesaran manusia adalah relatif.

Dengan kebesaran Alkabir, Dia memelihara dan menjaga wali-Nya (kekasih). Menyembunyikan cinta, adalah jalan tasawuf. Cuplikan cerita hikmah para sufi, terkisahkan secara nyata, seorang pembantu rumah tangga dari seorang majikan terkaya di kota Bagdad ketika itu. Seluruh pekerjaan dikerjakan, mulai dari rumah sampai ke luar rumah. Pada suatu waktu, seorang pembantu bermohon kepada tuannya, untuk tidak mengganggu ketika malam tiba (tidak menyuruh dan tidak melarangnya). Namun semua pekerjaan siang, tumpahkan saja kepada-nya. Dari jam 06.00-18.00 (sehari penuh). Namun, jangan ganggu dia jika malam mulai merayap ke bumi. Suatu malam, sang tuan majikan berhajat kepada pembantu. Memohon bantuan yang sangat penting, namun hari sudah malam. Sementara mereka sudah terikat dengan perjanjian. Lalu, bagaimana tindakan yang akan diambil dalam keadaan terpaksa?

Tuan majikan sendiri yang datang menemui pembantu (asisten rumah tangga) di kamar yang paling ujung. Didapatinya, pembantu dalam keadaan bersujud. Dalam sujudnya itu, terdapat cahaya menembus langit. Begitu terkejut tuan majikan, sehingga dia tidak sanggup membangunkan pembantu dari sujudnya. Tuan majikan terdiam, bisu seribu bahasa.

Pagi, keesokan harinya, tuan majikan berkata kepada pembantu, "mulai hari ini, engkau kubebaskan dari semua pekerjaan. Namun, tetaplah tinggal di rumah ini. Kerjakan apa yang kamu senangi." Bagaimana respon (tanggapan) si-pembantu tadi?

Si-pembantu masuk ke dalam kamarnya, dan bermunajat: "Wahai kekasih, mereka telah mengetahui keberadaan-ku, wafatkan aku." Sekejap, si-pembantu ini wafat. Demikian, orang yang telah beriman kepada nama Allahulkabir, akan memandang kecil semua makhluk Allah termasuk dirinya. Maknanya, apabila hamba, menganggap diri kecil (shaghir), maka Allah SWT akan membesarkan derajatnya. Bila hamba merasa diri hina, niscaya Alkabir akan memuliakan. Jika hamba merasa diri kotor, maka Tuhan sendiri yang akan menyucikan. Duduklah pada kedudukan hamba dan kehambaan. Bila ada istilah yang lebih rendah daripada hamba, gunakan istilah itu. Untuk menunjukkan dan memperoleh perlindungan Alkabir secara maksimum. Pakailah pakaian kaum fakir secara rohani, dan berhias dengan baju kemiskinan secara batin. Pasti Tuhan akan mengayakan dirimu dengan kekayaan batin, tanpa harus korupsi. Kekayaan batin Tuhan Allahulkabir, lebih mulia daripada pemegang saham dan pemangku otoritas jasa dan perdagangan.

Alkabir, Dia gunakan untuk melindungi alam semesta. Alkabir bertujuan menyeimbangkan alam lahir dan alam batin. Buktinya, kematian adalah cara terbagus untuk menghidupkan kembali hamba-Nya kepada kualitas kehidupan yang lebih besar hikmahnya. Pendustaan terhadap masa kebangkitan dan pengingkaran terhadap kehidupan kembali adalah polarisasi untuk melawan Allahulkabir. Polarisasi memusuhi Allah dan Rasul-Nya, menjadikan ayat-ayat Tuhan dan Rasul-Nya sebagai bahan olok-olok, dan mereka mendustakan hari kiamat, menjadi ciri mereka yang tidak mengimani nama Allahulkabir.

Diyakini, Alkabir juga bertujuan menjaga kekasih-Nya dari gangguan orang-orang zalim. Kebesaran Dia gunakan untuk memelihara alam semesta, merawat orang-orang sakit. Dia yang memberi sakit dan Dia pula yang menyembuhkan. Bukan berarti Dia bermula dan berakhir. Tanda kebesaran Tuhan (Allahulkabir) adalah keberadaan mutlak (eksistensi absolut) yang tiada awal dan tiada akhir. Mengandung isyarat rububiyah bahwa Dia dengan sendirinya, tanpa ada yang mengawali. Sebab, Dia pencipta, bukan diciptakan. Lalu, bagaimana bisa terjadi yang maha kecil (shaghir) bisa menghijab (mendinding) Allahulkabir yang maha besar. Bagaimana gerangan yang kecil sanggup menjangkau yang besar. Bahkan mengurung Allahulkabir dengan otak manusia? Mustahil bukan? Hanya orang yang picik akal yang mampu mengatakan Tuhan sudah kalah. Akhirnya, Tuhan sudah mati, karena terkena anak panah, seperti Fir'aun telah memanah Tuhan Allahulkabir. Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI