39. Al-Hafidz (Maha Menjaga)
39. Al-Hafidz (Maha Menjaga)
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Alhafiz merupakan bentuk kata shighat
mubalaghah (Inggris: superlative) yang artinya sangat (maha) menjaga. Alhafidz
dipahami bahwa Dia yang maha memelihara makhluk sampai batas yang telah Dia
tentukan. Alhafidz diyakini bahwa semua pemeliharaan dalam genggaman tangan-Nya
mengandung kebaikan (biyadihil khair). Alhafidz menjaga tiap-tiap sesuatu
dengan ilmu dan kekuasaan-Nya (wallahu bikulli syai'in hafidz). Selama takdir
waktu kehidupan yang Dia tetapkan, kehidupan tersebut pasti Alhafidz pelihara,
sampai kematian. Kematian bermakna usai dan selesai tugas pemeliharaan dari
Allahulhafidz. Takdir cinta, tetap dirawat Tuhan, gelombang cinta dalam
keluarga sakinah, mawaddah, rahmah (Banjar: ruhui rahayu) bersatu, sampai
terpisah dengan bentuk kematian atau perceraian. Takdir pintar juga ada
batasnya. Batas pintar sampai datang waktu kebodohan. Karena Alhafidz telah
berlepas dari penjagaan-Nya. Takdir kuat sampai tiba masa kelemahan. Terbit
kelemahan artinya Alhafidz sudah melepas asuhannya. Dalam firman-Nya tentang
takdir: "Kecuali rahmat (kasih sayang) dari Kami, kamu dapat menikmati
(kehidupan) sampai ajal, waktu yang ditetapkan." (Yasin:44). Hal ini
menunjukkan bahwa kehidupan, cinta, kecerdasan, kekuatan, kesetiaan, adalah
makhluk yang tidak abadi, akan musnah pada waktunya (faniyah). Sungguh,
kekekalan dan keabadian terdapat di sisi Tuhan (baqiyah). Sebab, akhir dari
segala yang ada di dunia adalah kejatuhan,
kemusnahan, kematian untuk menyongsong kehidupan baru (akhirat).
Namun ritme dan iramanya dapat dipercepat,
dapat diperlambat, bahkan diperpanjang sampai tua renta sehingga seseorang
tidak mengetahui apa yang pernah dilakukan (baca Alhaj:5). Alhafidz dalam
pemelihara-asuhan ada yang sampai di rahim kemudian keguguran kandungan (ghairu
mukhallaqah). Ada pula yang sampai lahir (mukhallaqah). Sejak bayi,
kanak-kanak, remaja, pemuda, tua, sampai mati, ialah sebuah siklus putaran
kehidupan yang normal. Ada pula yang Tuhan batasi pemeliharaan-Nya, sampai bayi
atau kanak-kanak, atau sampai remaja. Sifat pemeliharaan-Nya sangat erat
hubungannya dengan sifat kuasa dan ilmu-Nya. Dalam ilmu-Nya, Dia berkuasa
membuat sebab hidup dan sebab mati. Dalam kuasa-Nya, Dia membatasi kehidupan
dengan akibat kematian. Tetapi, Dia Alhafidz tidak terikat oleh sebab, dan Dia
tidak mengambil manfaat dalam
penciptaan sebab dan penghadiran akibat. Sebab, perbuatan Allahulhafidz
di luar nalar manusia. Takdir pemeliharaan-Nya tidak dapat diukur dalam ukuran
umum. Misal, orang yang sakit belum tentu mati. Dan orang yang sehat, pasti
mati.
Dalam pola pemeliharaan terbagi dua. Pola
pertama, pemeliharaan yang bersifat semi permanen. Pemberlakuan pemeliharaan
semi permanen bertempat hidup di dunia dan berwaktu sementara. Dengan keluasan
Arrahman, Alhafidz jaga orang-orang yang taat dan orang-orang yang maksiat. Dia
pelihara orang-orang yang patuh dan orang-orang yang durhaka, tanpa beda.
Sampai batas ajal terakhir yang telah Alhafidz tentukan di sisiNya (ila
ajalim-musamman 'indahu). Pembedaan penjagaan dari-Nya untuk orang yang
tunduk-patuh adalah penuh keberkatan. Adapun terhadap orang-orang yang durhaka,
penjagaan Tuhan tanpa pemberkatan dari-Nya.
Novelti (puncak) pola pertama ini tersembunyi
sifat rahasia di dalam rahasia sifat (hikmah). Adalah sifatul-jamal (karakter
keindahan) dan sifatul-jalal (karakter keagungan) yang selalu tayang.
Sifatul-jalal (karakter keagungan) akan memantik perasaan takut. Sedang
sifatul-jamal (karakter keindahan) akan memantik perasaan senang. Alhafidz
simpan rahasia-Nya dalam bentuk melontarkan sifatul-jamal kepada orang-orang
yang durhaka, dan mencampakkan sifatul-jalal terhadap hamba-Nya yang taat.
Namun harus dipahami, Dia memakai dua sifat tersebut, guna menguji setiap
manusia dalam rantai-rantai ujian nikmat dan ujian bala'. Boleh jadi, dalam
nutrisi sifatul-jalal mengantar pada jalan lurus, surga (shirathul-mustaqim).
Boleh jadi, dalam kandungan sifatul-jamal mengantar para jalan bengkok, sesat,
derita, neraka (shirathul-jahim). Wajib cerdas memahami hilir dan hulu, mula
dan akhir dari perjalanan mengenal nama-Nya, Alhafidz.
Pola pemeliharaan kedua bersifat permanen.
Artinya, penjagaan dan pengamanan dari Alhafidz bersifat tetap. Aman saat awal
dan aman saat akhir, sebelum dan sesudahnya. Perawatan alam sebelum dunia dan
sesudah akhirat. Terkhusus, hamba-Nya yang beriman akan Tuhan pelihara lahir
dan batin-nya. Tuhan bertajalli dengan
sifat Arrahman di dunia, bertajalli dengan sifat Arrahim di akhirat. Allah
menjadi wali (penolong) bagi orang-orang yang beriman, mengeluarkan mereka dari
gelap menuju cahaya. Sedang bersifat permanen pula bagi orang-orang yang
ingkar. Wali mereka adalah thaghut (selain Allah SWT). Mengeluarkan mereka dari
cahaya menuju gelap. Mereka sudah membangun bata bata (rumah neraka) untuk
kediaman nanti. Mereka kekal dalam penjara siksa. Dua pilihan tersebut terletak
di telapak tangan masing-masing secara rela dan merdeka, tanpa paksa (baca
Albaqarah: 256-257).
Hakikatnya, berlaku permanen pula bagi
pendusta, pengingkar kitab suci Alquran dan sunnah. Dan mereka yang memusuhi
para utusan Tuhan. Utusan Tuhan dari kalangan para wali Allah dan nabi Allah.
Sebab, penolong (wali) mereka adalah thaghut (selain Allah SWT).
Untuk orang yang beriman, penjagaan Tuhan akan
bertambah dalam bentuk penambahan pahala dan perluasan surga. Pasti Kami
luaskan surga (lamusi 'un) untuk hamba-Nya yang bersegera kepada ampunan Tuhan
dan kepada surga, seluas langit dan bumi, disediakan untuk hamba yang bertakwa
(baca Ali Imran: 133). Perluasan alam semesta, dan perluasan alam surga telah
menjadi sifat dari hakikat materi yang dikehendaki Tuhan (expanding universe).
Selain Alquran yang mewartakan tentang Tuhan
yang sebenarnya Tuhan, alam semesta ikut serta dalam pengabaran Ahadiyah
(keesaan). Bagi hamba yang dikehendaki Tuhan, dia mengerti bahwa alam semesta
bertasbih. Bersyukur atas penjagaan Alhafidz kepada-nya. Bukan hanya Tuhan yang
menciptakan alam, alam juga berbicara tentang Tuhan. Mereka adalah da'i-da'i
yang menyeru manusia untuk mentauhidkan Allah SWT. Buktinya, gunung-gunung berpindah posisi, beserta perangkat-nya
berupa tumbuhan, pepohonan, tanah dan bebatuan. Begitu pula laut dan pantai,
berpindah, (hijrah) dari tempat semula ke tempat lain. Pergeseran ini menjadi
fakta bahwa alam semesta mengembang (expanding universe). Sebagai kepastian
petunjuk, langit bertasbih dengan gemuruh, petir, halilintar. Laut bertasbih
secara jali dengan gelombang pasang dan surutnya, badai laut yang mengamuk.
Laut bertasbih secara khafi dengan zikir ketenangan (mutmainnah). Bumi
beristighfar dengan memendam rasa kecewa terhadap penduduk yang bermaksiat di
atas punggungnya. Bintang bercahaya untuk menjelaskan keberadaan Tuhan yang
maha menjaga, mereka semua menjadi ayat-ayat Tuhan (the speak of God), dan
dalam kondisi mereka yang mendengar titah perintah dan ditaati (sami'na wa
atha'na).
Mengapa Tuhan sangat menjaga makhluk (ciptaan)
Nya? Sebab Dia menciptakan dengan penuh kelembutan sifat (Al-latif). Jelas,
penjagaan Alhafidz lebih daripada penjagaan seorang ibu terhadap anaknya.
Bahkan penjagaan Alhafidz terhadap alam semesta (wallahu bikulli syai'in
hafidz). Dia ciptakan surga dan neraka ialah dalam rangka menjaga setiap ruas
dan sendi kehidupan di bumi. Cita-cita Alhafidz, supaya semua berjalan dengan
halal (harmoni). Halal dalam mencari nafkah, halal dalam makan, minum, pakai.
Halal dalam menikah, halal dalam perdagangan, keuangan dan jasa. Sungguh indah,
tujuan Allahulhafidz. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar