KORUPSI MERUSAK BANGSA
KORUPSI MERUSAK BANGSA
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Pernahkah melihat kehidupan masyarakat kelas
bawah (gressroots). Kehidupan mereka dinyatakan dengan ketiadaan rumah dan
lahan. Masih bisakah korupsi uang negara? Mereka (rakyat kelas rumput) tadi,
tidak pernah protes. Mereka seakan menyabari kehidupan yang serba terhimpit.
Sudah tahukah kita, Tuhan sedang berpihak kepada orang-orang yang lemah
(mustadh'afin). Kenyataan hidup yang pahit, gambaran harian mereka, mungkin
seumur hidup. Masih tega untuk korupsi 300 triliun? Dengan hukuman 6.5 tahun.
Belum lagi dipotong remisi karena berkelakuan baik. Apakah kasus hukum
(tipikor) yang tidak menjadi preseden buruk bagi generasi berikut?
Berjilid-jilid kasus korupsi di negeri tercinta ini.
Korupsi pupuk akan berhulu ledak dahsyat bagi
memiskinkan petani. Korupsi tata niaga jeruk, cengkeh, teh, kopi, tebu, dan
pala, malah melemahkan energi petani. Dampaknya, harga gula melangit, tidak
mampu membumi. Padahal, kebun tebu ditanam di bumi. Korupsi timah berakibat
buruknya pendapatan negara di bidang tambang. Tambang yang seharusnya dipakai
untuk kepentingan dalam negeri dan harga jual di luar negeri, dikorup untuk
kejayaan pribadi dan keluarga. Bila sektor Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan
sektor swasta merupakan lembaga gurita penguasa dan pengusaha (oligarki) ibarat
rayap. Justru merobohkan bangunan NKRI yang tercinta. Isi utama NKRI adalah
rakyat Indonesia. Penjahat korupsi wajib dibasmi hingga ke akarnya. Sebab,
kekuasaan yang tidak terkontrol, cenderung untuk zalim (power is corrupt).
Rakyat Indonesia pemilik sah negeri ini, ketika raja korup meraja, rakyat
dimiskinkan secara struktural secara rapi (korupsi berjamaah). Rakyat mati
pelan-pelan di atas tumpukan harta para koruptor. Ironis, rakyat di negeri yang
"gemah ripah loh jinawi," namun tidak sejahtera. Ibarat anak ayam,
mati di lumbung padi.
Belum lagi proyek jalan dan jembatan, korupsi
sekolah dan rumah sakit, bahkan rumah ibadah. Korupsi sarana dan prasarana
(sapras), korupsi alat kesehatan (alkes), perpustakaan dan asrama. Ditambah
korupsi haji dan pengadaan kitab suci. Lagi, korupsi bansos (bantuan sosial)
telah menjadikan rakyat miskin sebagai tameng. Ayahku mengatakan: "Jangan
jadikan orang miskin sebagai alasan untuk kepentingan penguasa dengan kebijakan
yang akhirnya tidak bijak." (Zahran, wafat 2013). Menyakitkan hati rakyat
bila dikhianati oleh pemimpinnya sendiri, sangat perih rasanya. Seharusnya,
pemerintah melindungi rakyat di darat, di laut, di udara. Bukan malah menyengsarakan
mereka dengan korupsi bansos untuk nelayan di laut, korupsi kapal, perahu dan
pukat nelayan. Korupsi di darat dengan memiskinkan petani dan pedagang kecil.
Korupsi di udara dengan memanipulasi pembelian maskapai penerbangan militer,
domestik, internasional. Atau bahkan menjual aset negara di udara yaitu
melelang satelit nasional ke negara luar. Mengingat, hari ini banyak
situs-situs rahasia lembaga, institusi, perguruan tinggi, dan sebagainya, yang
diretas oleh para peretas.
Lemahnya pagar-pagar rumah online kita, dengan
mudah diobok-obok oleh penjahat cyber. Misal, menyimpan uang di bank-bank dalam
dan luar negeri, tidak ada jaminan keamanan keuangan. Lebih lanjut, hak privasi
kadang diretas oleh para hacker di dunia maya. Habis semua data pribadi sampai
rahasia negara. Negara-negara maju membuat tembok tebal (home page) untuk
mengamankan data aset mereka. Rakyat Indonesia, masih memerlukan kekayaan alam
untuk kesejahteraan mereka. Oleh karena itu, seluruh kekayaan negara, digunakan
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat, demikian amanat UUD 1945.
Maksudnya, kekayaan alam tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang untuk
kesejahteraan segelintir orang.
Pun tanah, air, api, udara adalah milik
negara, tidak boleh diperjualbelikan. Bila sebuah negara gagal (kolaps)
menyejahterakan rakyat, otomatis potensi disintegrasi, lubangnya sudah
menganga. Contoh, negara Yunani yang sekarang hanya menjadi cerita. Padahal,
negara tersebut pernah ada. Sebenarnya, negara-negara miskin bukan berarti
tidak ada aset. Namun aset tersebut berputar di kalangan elit. Elit dalam
arti pemegang otoritas ekonomi,
eksekutif, legislatif, yudikatif beserta petinggi militer, seperti kemiskinan
yang melanda sebagian benua Afrika. Fakta ketidak-adilan hukum, ketidak-adilan
ekonomi, ketidak-adilan sosial. Artinya, kesejahteraan hanya dinikmati oleh
sebagian orang yang memiliki akses ke pemerintahan.
Sewajibnya, pemerintah adalah untuk semua,
semua rakyat. Bukan pilih kasih, apalagi tebang pilih. Jangankan untuk
menyumbang kepada rakyat, tidak korupsi juga sudah bagus! Amanah (dapat
dipercaya) merupakan sifat kenabian, selain juru penerang yang cerdas dan
jujur. Amanah adalah sifat yang wajib dicontoh (baca Al-Ahzab: 21).
Disini, setiap orang wajib berbenah.
Konsentrasi pada peningkatan kualitas gizi diawali dari makanan dan minuman
gen-z. Bersyarat halal dan thayyib. Halal zat (materi) dan halal sumber
pendapatan. Thayyib dapat diterjemahkan bergizi seimbang.
Sudah tiba waktunya, ketika setiap elemen
bangsa menyadari tuntutan moral, bukan sekedar tuntutan jaksa untuk berbuat
baik. Ingat, penguatan aspek keimanan kepada akhirat (eskatologi) wajib selalu ditingkatkan. Guna kebahagiaan
dunia dan akhirat. Sungguh, koruptor tidak akan pernah berbahagia di dunia dan di
akhirat. Bisakah menelan peluh keringat 275. 000.000 bangsa Indonesia? Bisakah
meminum darah rakyat Indonesia? Balasan setimpal bagi koruptor adalah eksekusi
mati. Jangan memberi makan kepada generasi dari hasil korupsi. Dan jangan
mewariskan perilaku korupsi kepada mereka, wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar