TINJAUAN SEMIOTIKA BULAN SAKBAN

 

TINJAUAN SEMIOTIKA BULAN SAKBAN

Oleh

Ma’ruf Zahran Sabran

Bulan Sakban kembali menyapa kita, kaum beriman. Sya'ban artinya kesuburan, dapat pula diartikan kelapangan, tiada sempit. Tradisi masyarakat Indonesia mengenal bulan ini sebagai bulan ruwah, atau ruh (jamak: arwah). Bulan spesial mengunjungi arwah dengan mendoakan mereka.

Sakban disebut juga sebagai bulan Rasulullah. Karena perintah berselawat diturunkan pada bulan sakban, berdasarkan wahyu. Surah Al-Ahzab ayat 56 memberitahu perintah berselawat, namun Tuhan dan komunitas malaikat sudah menjadi contoh. "Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya berselawat kepada nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawatlah kepada-nya, dan salam penuh penghormatan." Bagaimana cara Allah Swt berselawat kepada Nabi Muhammad Saw. Caranya adalah Allah Swt menganugerahkan apa yang paling Dia cintai, yaitu nur (cahaya) Allah Swt.

Nur Allah Swt tidak Dia berikan kepada malaikat dan jin. Hanya saja, malaikat diberi iman, tetapi tidak diberi napsu. Maka malaikat tidak mendengki dan bukan membenci nur Muhammad Saw. Nur Muhammad Saw adalah yang paling sedekat dengan Nur Allah Swt. 200 gelar kehormatan yang beliau sandang.

Allah Swt juga tidak memberikan nur-Nya kepada iblis dan persekutuan syaitan. Nur Muhammad Saw inilah yang ingin direbut oleh iblis sampai kedengkian abadi dan kemarahannya kepada Adam dan keturunannya (banu) Adam. Sebab Tuhan tidak memberi nur-Nya kepada iblis, maka iblis tidak mau sujud kepada Adam. Bukan karena Adamnya, namun di dalam jiwa (batin) Adam terdapat nur Rasulullah Muhammad Saw yang lebih berharga dibanding seluruh alam semesta.

Komunitas malaikat dan sindikat kejahatan iblis tidak memiliki daya tampung untuk menerima nur Allah, kecuali insan kamil. Artinya, badan dan batin merupakan perangkat yang sanggup menampung nur Allah Swt. Adapun malaikat dan jin adalah makhluk batin tanpa jasad. Atas kemuliaan manusia (jasmani dan rohani) inilah, sehingga Tuhan berkalam: "Dia telah mengutus untukmu seseorang dari kaummu sendiri (manusia). Untuk membacakan kepada mereka ayat-ayatNya. Menyucikan (hati) mereka, mengajarkan kepada mereka Alkitab dan hikmah. Bukankah dahulu kamu berada dalam kesesatan yang nyata." (Aljumu'ah:2).

Mengingat sakban adalah bulan Nabi Muhammad Saw. Pendekatan semiotika berupaya mengungkap makna disebalik simbol huruf yang dikandung sakban. Arab: sya'ban terdiri dari huruf sy, 'ain, ba, alif, nun. Sy artinya syarafah (kemuliaan). Rasulullah Saw adalah puncak kemuliaan (syarafah), ketinggian ('aliyah), kedudukan yang terpuji (maqamam-mahmuda). Ditemukan dalam doa setelah azan.

Seterusnya huruf 'ain. 'Ain dapat diartikan kesadaran mendalam atau penglihatan spiritual. Orang yang gagal menemukan jalan rohani, artinya buta mata hati, tuli telinga hati, bungkam (bisu) lisan hati, mereka adalah binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Penghuni neraka adalah orang yang selama hidupnya di dunia tuli, bisu, buta (dalam pengertian batin).

Huruf 'ain dapat pula diartikan sumber kehidupan. Maksudnya, sumber mata air yang mampu menghidupkan alam yang mati. Turun air hujan dari langit yang disimpan bumi, secara semiotika bisa diartikan hubungan seorang suami dengan istrinya. Suami ibarat langit, istri ibarat bumi. Siklus akan berlangsung ketika terjadi kontak antara langit dan bumi. Meski keduanya memiliki unsur air yang dominan. Dalam hadis disabdakan: Alma' minal ma' (air dari air). Segala sesuatu  yang hidup diciptakan dari air (likulli syai' in hayyin minal ma'). Dan adalah arasy-Nya di atas air (wakana 'arsyuhu 'alal ma'). Maknanya, sakban menitipkan pesan untuk bersedekah dengan air sebagai sumber, simbol kehidupan atau kekuatan hamba Tuhan (air) yang memberi hidup.

Huruf ketiga dari sya'ban adalah ba. Semiotika huruf ba bermakna barkah (barakah). Barkah berarti kebaikan dengan jumlah yang banyak secara kuantitas. Dan bermutu tinggi serta bernilai mulia secara kualitas. Makna ba bila dibaca kasrah (bi) adalah perantara, bi sayyidi Muhammad (dengan tuan Muhammad), bisirri nabiyyi Muhammad (dengan rahasia nabi Muhammad), bihaqqi rasuli Muhammad (dengan kebenaran rasul Muhammad). Sangat baik untuk dibaca sebagai pembuka atau penutup doa.

Huruf ba juga menunjukkan awal penciptaan alam semesta. Dengan Nur Muhammad Saw tercipta seluruh semesta, tersingkap seluruh yang ghaibah menjadi syahadah. Ba berarti pembuka hubungan Tuhan dan manusia. Berkat kekasih-Ku (Muhammad) tersambung risalah ketuhanan (risalat ilahiyat) kepada umat. Ba juga berarti kesabaran batin spiritual untuk selalu bersikap kasih dan sayang, mengerti, memahami, menolong dan memperdulikan (bismillah).

Sedang makna semiotika dari huruf alif adalah ulfah. Ulfah dapat dipahami mulai dari keramahan, kesenangan, kemesraan sampai keintiman hubungan Tuhan dengan hamba. Keintiman hubungan  terbawa-bawa kepada kerinduan (al-unsu) kepada sang terkasih. Huruf alif dianggap sebagai huruf yang paling besar, paling kuat, paling mulia dan utama. Huruf alif menjadi algoritma bagi huruf setelahnya, contoh: Alif, lam, mim. Alif, lam, ra. Alif, lam, mim, ra. Selain itu, alif juga bermakna perindu, pencinta. Rindu dan cinta bukan kelemahan, kecuali kekuatan dan ketunggalan. Akhirnya, makna terdalam batin yang dikandungnya, hanya Allah Swt yang maha mengetahui.

Selanjutnya, huruf nun memiliki makna nur (cahaya). Nur (jamak: anwar) adalah pemahaman batini bukan jasadi. Sehingga nur sebagai kebajikan tertinggi (summum bonum) kadang kala bertentangan dengan perspektif etika. Misal, hamba yang mendapat rahmat laduni dari Kami (Khidir) merusak kapal dan membunuh anak laki-laki tanpa alasan yang dapat diterima hukum dan etika.

Secara fisik, huruf nun ditulis seperti cangkir kosong yang didalamnya terdapat titik pada ruang kosong tersebut. Menanda bahwa hati yang telah kosong (takhalli) wajib dihiasi (tahalli) hanya dengan satu titik ketuhanan (nuktah ilahi). Dari awal huruf nun inilah, ibarat kunci yang sanggup membuka pembacaan, penulisan, pemahaman, pengenalan, pencerahan (nuriyah). Berdasarkan firman Tuhan (Alqalam: 1-2). "Nun. Demi pena dan apa-apa yang ditulis." Tuhan bersumpah dengan huruf nun, dan Tuhan bersumpah dengan pena (qalam) terdahulu (qadim) yang terus menulis dan mencatat sampai hari kiamat.

Demikian literasi yang ikut serta memberi muatan nilai tentang kehormatan sakban yang sedang kita jalani. Mudahan semakin menguatkan raga jasmani dan rasa rohani, guna menyambut bulan suci yang bercahaya ramadan. Diharapkan di bulan ramadan, kita sudah menuai pahala, rida, dan keutamaan hikmah syukur, sabar, tawakal. Sebab, sudah diasah dan diasuh sejak rajab dan sakban. Endingnya, ramadan adalah asih Tuhan yang termulia, moga kita semua dapat meraih malam kemuliaan (lailatul-qadar). Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI