NUR MUHAMMAD MENYERU KEDAMAIAN
NUR MUHAMMAD MENYERU KEDAMAIAN
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Pemanggilan yang bertitik kumpul pada kesamaan prinsip hidup (platform) untuk menciptakan
tata dunia hati yang damai dan berdamai. Kesamaan pandangan kalimat
(kalimatun-sawa') sudah dibuktikan oleh Muhammad bin Abdullah, ketika membuat
Piagam Madinah dan Perjanjian Hudaibiyah. Para pihak yang berseberangan
mengerti betul, konsekuensi perjanjian yang ditandatangani dengan nama Muhammad
bin Abdullah dengan Muhammad Rasulullah. Sebuah nama yang mengandung
konsekuensi iman dan keberimanan. Jika ditulis Muhammad bin Abdullah (lahir:
Mekah, 571 M), maka jelas. Putera Abdullah adalah pemimpin clan (komunitas)
penduduk Madinah. Sebaliknya, bila tercantum nama Muhammad Rasulullah, maka
jelas. Orang-orang Yahudi, Nasrani, serta pihak perwakilan Mekah tidak
menerimanya. Sebab, jabatan Muhammad Rasulullah, artinya mengimani Nur Muhammad
yang telah diciptakan pertama kali sebelum alam semesta raya ini diciptakan.
Persamaan yang juga mengandung unsur perbedaan.
Nilai Muhammad yang zahir, dapat diterima oleh semua orang. Tetapi, meyakini
nilai Muhammad yang batin (Nur) hanya dapat diterima oleh kalangan terbatas
dari umat Nabi Muhammad SAW. Sebab, oleh kalangan tertentu, pembahasan tentang
Nur Muhammad masih berada di atas meja perdebatan (debatable). Padahal sudah
tuntas (game over) sejak dahulu (masa azali). Pembelokan keyakinan ini, sengaja
dirancang bangun oleh Iblis, agar Nur Muhammad tertutupi oleh sesuatu yang
menutupi. Dapat mewujud syariat, tarikat, hakikat, makrifat.
Mereka mengetahui konsekuensi beriman kepada Nur
Muhammad Nurullah, pasti akan membasmi semua berhala-berhala di kampung batin.
Walaupun, sebenarnya mereka mengetahui, tetapi mereka menyembunyikan kebenaran
(wataktumunal-haqqa wa antum ta'lamun). Bahkan, mereka mengenal Muhammad lahir
dan batin seperti mengenal anak laki-laki mereka (ya'rifunahu kama ya'rifuna
abna-ahum). Justru, mereka mengingkari Muhammad secara lahir dan batin, setelah
datang kepada mereka bukti kebenaran tentang kerasulan Muhammad SAW.
Hak veto Tuhan memberikan Nur-Nya kepada Muhammad
telah menjadi awal pemantik bagi kedengkian dan kebencian Iblis. Demikian pula
pada jajaran malaikat. Bedanya, Iblis berhawanafsu, sehingga melawan Tuhan.
Sedang malaikat, diformat non hawanafsu, sehingga tidak membuka front
perlawanan kepada Tuhan.
Esensi, ketika Nur Muhammad diimani, tidak akan
ditemukan lagi jual beli ayat, jual beli hukum, jual beli jabatan. Sebab, Nur
Muhammad mengontrol pergerakan ruh, ruh mengontrol pergerakan hati, hati
mengontrol pergerakan jasad. Sebaliknya, jika Nur Muhammad SAW tidak diimani,
niscaya milyaran dolar uang rakyat dikorupsi. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar