PEMIMPIN JUJUR SEMAKIN LANGKA DI AKHIR ZAMAN

 



PEMIMPIN JUJUR SEMAKIN LANGKA DI AKHIR ZAMAN

Oleh

Ma'ruf Zahran Sabran

AKHIR zaman ditandai terbukanya informasi keilmuan dan keagamaan. Temuan teknologi informasi digital berdampak pengurangan terhadap tenaga manusia. Dokter, dosen, guru sampai buruh pabrik mengalami perampingan. Pembelajaran berbasis digital dapat mengurangi frekuensi tatap muka di kelas. Digantikan dengan aplikasi pembelajaran di kelas online. Dengan beberapa tawaran media pembelajaran dan sistem pembelajaran jarak jauh. Semakin meminimalkan peran narasumber, kecuali diatur oleh aplikasi di laman LMS (learning management system). LMS berisi informasi pembelajaran, menguploud modul pembelajaran, memantau dan melaporkan kemajuan belajar siswa, meresume, mengevaluasi, menyelenggarakan diskusi,  memberikan penilaian (assesment), dan tindak lanjut. Semua dikerjakan secara online dengan sistem pembelajaran jarak jauh. Pelaksanaan kuliah reguler dan RPL (rekognisi pembelajaran lampau).

Revolusi teknologi informasi digital dimulai sejak tahun 2000. Seiring dengan itu, revolusi spiritualitas agama-agama semakin menguat. Dampak ikutannya ialah manusia ingin mencari format agama berbasis spiritual (jiwa agama), indikator dimensi tasawuf mulai mengedepan. Tasawuf yang sejak lama telah ditinggal umat dalam pengkajian.

Di sini, ketika sumber informasi bertumbuh datang dari berbagai referensi. Setiap orang berhak memilih untuk membeli atau tidak. Artinya, pembelajaran dan pengajian berbasis informasi digital ibarat sebuah pasar besar (e-commerce) yang menjadi ajang pertemuan setiap konsumen dan produsen bertransaksi. Dalam segala format dan lini.

Termasuk materi agama, karena sifatnya kajian online. Meski cukup menjawab perasaan ingin tahu. Kadang di youtube, tiktok, short video, instagram, twitter, facebook, hanya sepintas, setelah itu dihapus. Mudah bosan, ingin cepat menjadi ciri mentalitas yang ditularkan oleh smartphone. Ponsel semakin pintar, penggunanya belum tentu?

Mencermati kajian agama yang dishare secara online, diperlukan kecerdasan ekstra untuk menelaah. Telaah naskah agama, perlu dirujuk kepada sumber asli, Alquran. Hadis berfungsi  memperkuat kedudukan Alquran (konfirmasi), dan sabda Rasul SAW sebagai penjelas (bayan) terhadap firman Allah SWT.

Nurcholish Madjid (cendekiawan muslim Indonesia, lahir 1939, wafat 2005) memperingatkan tentang pemahaman agama yang keliru. Keliru memahami doktrin agama lebih berbahaya daripada opium (ganja). Opium (ganja) merusak dan hulu ledak kehancurannya tidak separah ajaran agama yang dipahami keliru. Sebab doktrin agama mengikat lahir batin pemeluknya. Disamping agama berbicara hukum halal, haram, makruh, sunah, mubah, juga berbicara tentang konsekuensi logis di akhirat, surga atau neraka.

Beliau, Nurcholish Madjid dengan panggilan akrab Cak Nur, melarang setiap doktrin agama dipahami secara fanatik. Fanatisme membunuh akal sehat, fanatisme membegal hati nurani. Alquran sering beliau kutip yaitu mengajak kepada penggunaan dalil nakli dan dalil akli (rasionalitas). Fanatisme akan melelahkan kerja jantung, dan sanggup merusak komunitas damai. Dalam arti, doktrin penyimpangan agama, dimungkinkan melahirkan ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Memantik sikap yang paling berbahaya, teori radikalisme. Dan mengundang gerakan teror yang menyulut rasa takut.

Contoh, pengrusakan masjid di beberapa negara Eropa, atau kasus intoleransi lainnya. Padahal, karena rahmat Tuhan, Dia memuliakan masjid, gereja, sinagoge, kuil, sebagai tempat yang banyak disebut nama Allah didalamnya (baca: Alhaj ayat 40). Maksudnya, eksistensi banyak agama dan tempat ibadah diakui oleh Allah SWT, merupakan realitas yang hidup secara berdampingan dengan damai. Harmoni agama dan suku dalam perbedaan, niscaya memperkaya khazanah (kekayaan) negeri yang banyak mendorong sifat kemanusiaan dan menjunjung martabat keadaban.

Profil Madinah merupakan patron negara maju yang mendorong terciptanya masyarakat madani, masyarakat yang berkeadaban. Madinah mengusung kesantunan antar suku, toleransi antar agama. Sehingga setiap diri wajib menjadi police bagi dirinya sendiri. Negara kosmopolit selalu menjunjung tinggi rasa keadilan dan kejujuran. Tandanya adalah rasa malu yang sangat tinggi. Negara yang berpredikat bersih dari korupsi, mendorong pejabat pelakunya (koruptor) mengundurkan diri dari jabatan. Sebab merasa berdosa kepada rakyat (konstituen) yang memilih dan menggajinya melalui akun pajak rakyat. Sebaliknya, negara miskin kadang mempertahankan jabatan, meski korup. Kadang jual beli (transaksi) jabatan, guna meraup keuntungan yang lebih besar. Minimal bisa membayar ongkos (hutang) kampanye dan uang lelah. Untuk lima tahun ke depan, uang negara mana lagi yang berkesempatan untuk "digasak."

Amanah telah dikhianati menjadi ciri utama perilaku umat akhir zaman. Bila amanah telah dikhianati, tunggulah masa kehancuran. Terkecuali sedikit yang terselamatkan dari fitnah Dajjal, huru-hara, ujian harta, tahta, wanita. Suami berkhianat (tidak lagi amanah kepada istrinya). Lalu istri tidak lagi amanah dengan suaminya (berselingkuh). Pemimpin tidak amanah kepada rakyat. Kemudian rakyat tidak lagi amanah terhadap pemimpin (berkhianat). Saat itu, harga sebuah amanah menjadi sangat mahal. Nilai sebuah kejujuran beralih sangat langka. Degradasi moral bangsa terjadi dimana-mana. Proyek apapun yang diusung akan gagal, di tingkat pusat dan daerah. Anggaran desa atau proyek gedung olahraga, jalan, jembatan, sudah banyak terjadi kebocoran yang wajib ditelusuri sebab dan akibat, serta dampak yang menyengsarakan rakyat.

Proyek penyelenggaraan ibadah haji, pengadaan kitab suci, pembangunan sekolah, viral dikorupsi. Pembukaan perkebunan sawit yang melibas hutan lindung, melibatkan keikutsertaan oligarki. Lahan pertanian, pertambangan, kelautan dan energi menjadi aset kekayaan orang-orang tertentu. Amanah UUD 1945, bahwa kekayaan negara dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, telah dianomali menjadi kekayaan negara dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran oligarki. Penciri akhir zaman adalah oknum pencuri berasal dari mereka yang mewakili aspirasi rakyat. Sehingga tuntutan RUU Perampasan Aset Koruptor untuk dijadikan UU, unjuk rasa, dan semangat desakan rakyat semakin menguat.

Negeri ini butuh kepada pemimpin yang jujur, mengundang pemimpin yang adil. Bukan semata gagasan di naskah lembar negara. Namun benar-benar nyata dalam realita. Bahwa menjadi pejabat negara dan pejabat publik, bukan untuk memperkaya diri dengan memanipulasi anggaran kementerian dan lembaga negara. Gerakan anti korupsi, gratifikasi dan layanan publik bebas dari bea cukai, merupakan kebijakan pro rakyat. Cukuplah Nepal dan sekitarnya menjadi contoh terburuk dalam penyelenggaraan negara, ketika mata netizen ikut menilai.

Malulah bangsa ini, ketika bercernin kepada bung Karno,  bung Hatta, Syahrir, Idham Khalid, Bismar Siregar, Baharuddin Lopa, Ma'ie Muhammad, atau kepada Kapolri yang terkenal bersih yaitu Hoegeng Iman Santoso. Mereka adalah putra terbaik bangsa, pintar, jujur, amanah. Tidak korup bahkan berjuang mempersembahkan harta, jiwa, waktu, keluarga, untuk kepentingan bangsa tercinta.

Semoga generasi milenial ketiga ini, sanggup mewarisi kejujuran mereka dalam berbangsa dan bernegara. Tidak menumpuk, menimbun, menyimpan banyak kekayaan bermilyar dan bertriliun, sungguh kekayaan tersebut tidak berkah. Tidak berkah artinya bisa menyeret pelakunya ke penjara dunia, dan neraka akhirat. Para koruptor hanya mengundang siksa neraka di dunia dan akhirat. Berbenah diri dengan cara kembalikan uang rakyat, dan fasilitas negara yang dipinjamkan rakyat. Hidup bersih, sederhana tanpa kemewahan adalah lebih baik daripada menikmati dana haram. Raga yang bertumbuh subur karena daging haram, haram dalam arti zat (materi) dan haram dari cara perolehan, tempat yang paling layak adalah neraka. Semoga Tuhan yang maha kuasa menyelamatkan perjalanan bangsa ini, bangsa yang lagi berbenah. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI

TEMPAT IBADAH DAN PERIBADATAN (Profan dan Transenden)

MENEMBUS BATAS MENEKAN LAPISAN EGO