Nabi Besar Muhammad SAW (Masa Mekah) - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 Sejarah Peradaban Islam I - Nabi Besar Muhammad SAW (Masa Mekah)

Oleh : Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Kesejarahan tidak berawal dari ruang kosong, tapi telah ada, Sang Maha Ada yang mengatakan (causa prima) Allah SWT yang mengadakan Nur Muhammad, lalu Adam di surga. Adam kemudian istrinya, mereka berdua telah menyelisihi janji berupa melanggar larangan di surga. Memakan buah terlarang, keduanyapun diusir Allah dari surga, turun ke bumi dan keduanya menutup aurat dengan dedaunan surgawi yang sedapat mereka gapai. Berdiamlah mereka dibumi sebagai rumah tinggal setelah berada di surga dahulu.

Bumi tempat tinggal Adam hingga ajal kematiannya, bumi juga tempat mencari nafkah dimana mereka saling bermusuhan, inilah sunnatullah kondisi kehidupan di muka bumi. Untuk menuntun mereka supaya damai, Allah SWT secara berkala mengutus Nabi sebagai penyampai, penggiat dan pejuang risalah. Masa ke masa berputar dengan cepat. Singkat kata, Idris hingga Ibrahim, Allah kisahkan mereka dalam Al Quran bertebaran surah dan ayatnya. Pasca Ibrahim, dunia  menjadi terbelah dua, hingga kini napas sesak perebutan hegemoni geo religi, geo ekonomi, geo politik, bahkan konflik batas negara seakan tidak pernah mengenal kata damai.

Ismail dan Ishak menjadi dua simbol dua dunia yang terpisah. Mulai dari keyakinan siapa yang disembelih itu ? Ismail atau Ishak ? Sampai kepada siapa yang paling berhak dalam kepemilikan Al Aqsa (banu Ismail atau banu Ishak) ? Ismail terlahir dari rahim Hajar (seorang pembantu rumah tangga keluarga Ibrahim yang selanjutnya dinikahi Ibrahim atas permintaan istrinya, Sarah, karena Sarah dikira tidak bisa hamil karena faktor usia). Belakangan, Sarahpun dianugerahi Allah SWT putra. Ishak inilah kemudian masa memiliki keturunan yang banyak dari anaknya, Yakub. Yakub bin Ishak memiliki dua belas anak dari istri pertama, serta dua anak dari istri kedua (Yusuf dan Benyamin). Yusuf ini kelak yang menjadi Nabi dan Raja Mesir. Selanjutnya kekerabatan Bani Israil lah yang memegang amanah wahyu dari Allah SWT menjadi Rasul dan Nabi. Ayyub, Syuaib sebagai ayah mertua Musa, Harun saudara Musa. Keluarga Imran juga diangkat Allah SWT menjadi Nabi di kalangan Bani Israil, Zakaria, Yahya, Isa putra Maryam, Maryam binti Imran. Berkesinambungan dzuriyat para Nabi telah Allah SWT sebutkan di dalam Taurat, Zabur, Injil dan diakumulasi seluruh kisah tentang mereka dalam Al Quran Al Karim.

Mengejutkan dunia timur dan barat tatkala dari banu Ismail diangkat Allah SWT menjadi Nabi. Padahal, garis Ismailiyah ke bawah tidak ada tradisi kenabian, bahkan status Hajarpun sebagai hamba sahaya  yang diberi hak merdeka oleh Ibrahim dan Sarah. Keduanya  merupakan pemegang otorita Palestina. Baik Ibrahim, Sarah dan Ishak terkubur dibumi yang dijanjikan memiliki keberkatan Tuhan (Al Aqsa).

Sedari awal, bayi Ismail sudah terpisah dari situs kenabian, dimana saat itu Palestina negeri terjauh dari Bakkah (nama lama untuk Mekah) artinya daratan yang cekung (landai). Cemburu Sarah terhadap Hajar, berakibat Hajar dan bayi Ismail terusir hingga ke Bakkah, tanah tandus yang tiada siapa dan tiada apapun jua.

Jarum jam berjalan terus tiada kenal kata henti, tiba saat yang menyedihkan, bayi Ismail menangis kehausan, karena kehabisan bekal. Sementara sang Ayah (Ibrahim) belum kunjung datang setelah mengantar mereka untuk kali pertama. Peristiwa sa'i adalah monumen bersejarah menapaktilasi perjuangan Sarah, walau sekarang sulit untuk kita hayati dan resapi. Sebab, saat ini sa'i sudah dilaksanakan di gedung layaknya hotel ber - ac.

Singkat kata, dari tumit bayi Ismail mengalir air deras dan jernih, Hajar mengatakan "zam-zam" (bahasa Ibrani yang artinya berkumpullah membentuk sumur mata air). Daya pikat tersendiri ketika Bakkah menjadi lumbung air penciri ada kehidupan di tengah gurun sahara. Inilah yang membuat pesona tersendiri daerah yang oase (wadi) sebagai embrio hayati baik bagi insani, hewani dan nabati. Sungguh benar janji Allah SWT yang Maha Agung memelihara hambaNya.

Berkembang pesatnya keturunan Nabi Ismail di sini. Adnani, Kinanah, Mudrikah, Mudhar, Ka'ab, Quraisy, turun temurun dalam masa panjang sampai pada Qilab bin Murrah, Hasyim, Abdul Muthalib, Abdullah lalu Sayyiduna wahabibuna Muhammad Rasulullah SAW, khatam al anbiya wa al mursalin.

Skenario menjadikan Nabi Muhammad SAW dari banu Ismail, bukan dari banu Ishak telah memantik kebencian di kalangan bani Israil dan seluruh turunan Yahudi dan Nasrani yang nota bene keduanya adalah Bani Israil berstatus Nabi selama ratusan tahun sejak sebelum masehi ( SM ) hingga masehi (571 M). Runtuh sudah supremasi dan hegemoni Bani Israil (Yahudi dan Nasrani) sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW (571M). Mata arah kesejarahan berpindah dari orientasi Palestina kepada Mekkah dan Madinah, dua kota suci tempat Allah SWT turunkan wahyu secara berangsur - angsur selama 22 tahun, 2 bulan, 22 hari.

Mekah sudah terkenal saat kelahiran Nabi akhir zaman. Pengkhabaran suci telah termaktub di dalam Taurat, Zabur dan Injil, serta pewartaan dari ahli kitab dan ahli berbintangan tentang prediksi ayat-ayat kauniyah (kealaman, tercipta) dan ayat-ayat kitabiyah (tertulis) datangnya Nabi yang ditunggu (Al Masih Muhammad). Ada nota yang dititipkan kepada Nabi Muhammad SAW, bahwa Nabi akhir zaman ini bukan membawa ajaran baru, tapi meluruskan penyimpangan akidah tauhid yang telah lama tersesat dari jalan Allah SWT.

Sosok Nabi Muhammad yang lahir dari kaumnya sendiri, justru tertolak dakwahnya, hanya sedikit dari mereka yang menerima Islam. Sebab Nabi Muhammad SAW tidak hanya membawa seperangkat alat salat dan puasa, keduanya dilakukan pada periode Madinah nantinya. Ketertolakan Nabi Muhammad SAW karena baginda membawa konsep ajaran tauhid yang utuh, meminta mengesakan Allah dalam seluruh aktifitas. Aktifitas perdagangan dan jasa berpondasi tauhid, ada larangan mengicuh dalam timbangan, ada larangan kolusi, korupsi dan nepotisme (KKN), ada larangan sistim ekonomi ribawi (membungakan uang), pemenuhan terhadap hak kerja pegawai, dan sebagainya. Aktifitas sosial berbasis tauhid supaya menghilangkan kelas-kelas di masyarakat, kasta dan stratifikasi sosial berdasarkan jenis pendidikan, jenis pekerjaan, jenis agama maupun jenis kelamin. Kesetaraan nilai (equal librium) inilah yang diperjuangkan Nabi, bahwa manusia adalah sama di mata Allah SWT (musawah). Aktifitas pendidikan, berupa kemitraan guru dan siswa, saling melayani dan menyayangi, bukan mengabdi kepada teori, tapi kedua insan pembelajar ini mengabdi kepada Allah SWT. Aktifitas politik berbasis tauhid adalah bersih dari sogok menyogok, bersih dari transaksional dan saling mempengaruhi antara penguasa dan pengusaha untuk kepentingan segelintir orang atas nama regulasi. Atas nama regulasi saling menindas (homo homini lupus). Disamping itu, larangan menumpuk kekayaan tanpa peduli lingkungan sekitar dengan ancaman neraka. Tugas profetik (kenabian) inilah yang mengundang gelombang protes besar - besaran.

Kalau hanya ibadah private yang disampaikan kepada ummat, Nabi tidak begitu sengit untuk dimusuhi, bahkan diusir oleh kaumnya. Justru agama ini mendobrak kultur pemberhalaan pada harta dan duniawi, melawan dinasti kemapanan sosio politik ekonomi yang telah berlangsung ratusan tahun, menggugat konsentrasi hak atas penguasaan tanah dan proferti hanya pada sekitar orang sehingga menjadi kuasa bisnis hulu - hilir, eksport - inport, otomatis membuat ketidakberdayaan ekonomi rakyat serta pemiskinan secara struktural.

Agama Islam yang turun dari Allah SWT dan disampaikan Rasul Muhammad SAW adalah agama yang mereform tatanan dunia baru Islam sebagai rahmat bagi seluruh semesta. Giat dan gigih Rasul Muhammad SAW bercita cetak biru (blue print) masyarakat yang beradab, bukan masyarakat suci.Karena masyarakat adalah definisi utopia, sedang masyarakat yang nature adalah cita masyarakat beradab, saling menghormati, menyayangi, menolong, membagi, merasa, merata, dan simbol senyawa lainnya walau dalam keanekaragaman, bukankah rasa kemanusiaan itu sama (unity of human) telah didengungkan 1400 tahun yang silam, surah Al Hujurat ayat 13, Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakanmu dari jenis pria dan wanita, menjadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku  untuk kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui,  maha mengenal".

Penghapusan kasta aristokrat dan kasta borjuis upaya pertama priode Makkiyah tentang kewajiban pembebasan budak belian atau hamba sahaya, baik melalui regulasi denda (kafarat) atau regulasi ibadah yang tinggi mutu. Upaya freedom periode Makkiyah terus berlanjut sampai periode Madaniyah hingga hari ini. Mengusung tema dakwah dengan kampanye bahwa manusia adalah sama rata seperti gigi sisir. Tidak diperkenankan merasa termulia, terhormat, tertinggi, terpuji dari pada yang lain. Sesama hamba Allah SWT harus saling menolong, berbuat baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepadamu. Nilai - nilai luhur agung dari Allah SWT ketika disampaikan akan menimbulkan perlawanan dari mereka yang sudah lama berada di zona nyaman, mereka terus ingin mempertahankan dinasti hak kepemilikan dalam penimbunam harta.

Masa Makkiyah ini yang dituntut utama adalah kesadaran bahwa manusia diciptakan dari setetes air mani yang hina dina, lalu pengetahuan yang peroleh hanyalah apa yang diajarkan Allah SWT. Awal ayat mengenai pembacaan alam raya (iqra'), kemudian berakhir pada perintah : dan bersujud, dan mendekatlah (kepada Allah). Allah SWT pemilik Al Quran dengan asmaNya maha tahu bahwa yang mendustakan Islam adalah kebanyakan yang merasa diri terpelajar.

Nasehat pedas saat mereka diminta menanggalkan status primordial seperti orang kaya, orang pintar, orang mulia, orang bermartabat, orang terpelajar, orang terpandang lalu dipakaikan kepada mereka busana kehambaan yang rendah hati. Pemberontakan kepada Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya semakin menjadi-jadi. Pemberontakan tersebut mengambil corak penyiksaan, pengusiran, pembaikotan hingga pembunuhan. Dalam sejarah Makkiyah, penderitaan terbesar bagi Nabi dan sahabat adalah pembaikoitan selama tiga tahun, embargo makanan, obat, menghilangkan status warga sipil, dikeluarkan dari silsilah suku Quraisy, tidak ada hak jual beli, tidak ada hak untuk menikah atau dinikahi, tidak mendapatkan hak perlindungan sebagai warga kota Mekah, dikeluarkan dari kota, puncaknya hidup terlunta-lunta di padang pasir. Masa pilu yang sangat menyedihkan menyayat hati Nabi dan sahabat dinamakan kelompok yang tidak berhak mendapatkan kasih sayang (juila syakhsun ghairu marhum) bahkan tidak diakui sebagai manusia (persona non grata).

Dalam kondisi tersulit teramat perih, Allah SWT menghibur kekasihNya, Muhammad SAW dan para sahabat. Beruntun ayat2 Makkiyah turun, Ad Dhuha, "Kami tidak akan meninggalkanmu Muhammad, sungguh pasti akhirmu lebih baik dari pada permulaan, dan pasti  kamu mendapat (kemenangan) dari Tuhanmu lalu Dia ridha. Bukankah kamu dahulu Kami dapati  yatim, maka Allah menyelamatkan. Dahulu kamu sesat lalu Kami beri petunjuk. Dahulu kamu miskin lalu Kami kayakan." Al Insyirah juga surah yang bernada membujuk dan menghibur Nabi saat topan derita melanda, Bukankah Allah telah melapangkan kesempitan dadamu. Dan Kamipun telah meringankan beban dirimu, yang memberatkan punggungmu, dan Kami tinggikan sebutan namamu, maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."

Setelah melewati masa 13 tahun periode Makkah, dengan segala ancaman, teror dan banyak sahabat yang menjadi syuhada, saatnya Allah SWT menyuruh Nabi dan para sahabat untuk meninggalkan tanah air kelahiran mereka, mencari tanah yang subur untuk tumbuh kembang agama Allah SWT. Hijrah ke Thaif di tolak, bahkan dilempari batu, hijrah ke Habasyah (Ethiopia) juga ditolak. Ternyata tidak mudah memenangkan yang hak atas yang batil. Nabi dan sahabat tidak enak - enakan tidur di atas katil. Tidak berpesta meminum anggur dan delima, tidak menikmati bulan purnama, tapi terus berjuang hingga tetesan darah terakhir dengan prinsip agama Allah SWT menjulang tinggi atau aku akan mati bersama sahabat.

Pada musim haji suku Arab jahiliyyah yang besertaan dengan tahun ke 13 kenabian, datanglah kafilah dari Yatsrib serta telah terdengar nama Nabi akhir zaman yang tinggal di Mekah, tapi dianiaya oleh kaumnya sendiri. Bersembunyi mereka menemui Nabi dan menyatakan masuk Islam beserta janji setia membela Nabi dan para sahabat.

Dua perjanjian setia sehati sehidup semati  diucapkan dalam Perjanjian Aqabah 1 dan Perjanjian Aqabah 2. Dalam sejarah dinamai Baiat Ar Ridwan. Modal inilah Nabi SAW bersama sahabat hijrah meninggalkan Mekah kota tercinta, tempat leluhur hidup bersama, banyak kenangan masa kecil yang indah, menuju Yastrib, kota multi etnik dan multi agama.