Nabi Besar Muhammad SAW (Masa Madinah) - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

 

Sejarah Peradaban Islam I - Nabi Besar Muhammad SAW (Masa Madinah)

Hijrah ke Madinah memerlukan pengorbanan yang tiada tara. Berangkat dari kekhawatiran kafir Quraisy Mekah, jika Nabi meninggalkan Mekah, maka Islam akan berkembang luas ke seluruh jazirah (semenanjung) Arabia. Asumsi mereka juga, jika Nabi keluar dari kota Mekah, artinya ancaman bagi mereka, yang kelak estimasi jumlah pengikut Nabi semakin banyak, dan pasti Nabi akan menjadi figur dunia internasional. Segala upaya mereka lakukan menghalangi hijrah atau Nabi wajib mati di tangan mereka yang terhunus pedang. Sirah Nabawiyah telah banyak menelaah peristiwa terpenting yang kemudian hijrah Nabi bisa merubah wajah dunia. Situs gua Tsur bukti nyata ketersembunyian Nabi SAW dan sahabat Abu Bakar RA dari kejaran kafir Quraisy. Mulut gua Tsur berubah menjadi tameng bagi Nabi dan sahabat. Allah SWT datangkan burung dara dan bertelur di mulut gua, lalu sarang laba-laba, serta pohon kurma yang menutup pintu gua. Dalam peristiwa ini, Muhammad Husein Haikal mengatakan bahwa apa yang dialami Nabi dan sahabat ketika di gua Tsur merupakan mukjizat kedua setelah Al Quran, mukjizat lain juga adalah peristiwa Isra dan Miraj.

Abu Bakar RA sahabat setia Nabi yang menemani hijrah, Nabi memberinya gelar As Shiddiq (membenarkan) Nabi dalam peristiwa perjalanan malam. Putri Abu Bakar, Asma binti Abu Bakar setiap hari mengantar ransum makanan buat Nabi dan ayahnya, wanita yang lemah lembut, tapi kuat dan pintar di tengah suasana genting. Oleh sebab itu, Abu Bakar dan keluarganya telah menawan hati Nabi.

Rute perjalanan hijrah tidak mengikuti arus lalu lintas normal. Tapi, menelusuri jalan yang tidak biasa dilewati. Jika rute perjalanan normal membutuhkan waktu tiga hari, jarak tempuh Nabi dan Abu Bakar menyita tujuh hari waktu perjalanan, karena melewati pegunungan Tihamah, menyusurinya ditepian pantai Laut Merah yang merupakan juga kaki pegunungan Tihamah.

Ditemani oleh seorang penunjuk jalan (guide). Abu Bakar sangat besar kecintaannya kepada Nabi SAW, kadang beliau berjalan di depan atau di belakang Nabi, sesekali ke sisi kanan dan beralih ke sisi kiri Nabi. Keganjilan sikap Abu Bakar RA ini menuai pertanyaan Nabi, kenapa kamu bersikap demikian wahai sahabatku Abu Bakar ? Abu Bakar RA menjawab, kadang aku merasa ada musuh di depanku, secepatnya aku ke depan. Kadang pikiranku musuh akan datang dari belakang, aku bergegas ke belakang. Aku sangat mengkhawatirkan keamanan dan keselamatanmu ya Rasulullah.

Praktik kecintaan Abu Bakar yang sangat luar biasa kepada Nabi, diri Abu Bakarpun siap menjadi tergadai dan bahkan terbunuh demi keselamatan dan keamanan Nabi. Begitu juga saat di gua Tsur, gua yang terkenal dengan sarang ular berbisa. Lubang-lubangnya telah ditutupi dengan tubuh Abu Bakar, dan kakinya yang terbujur serta menyediakan pahanya sebagai alas Rasulullah berbaring sekedar rehat melepas lelah. Saat telapak kaki Abu Bakar digigit ular berbisa, beliau tidak serta merta menarik kaki, takut baginda mulia terbangun dari tidurnya. Saking menahan sakit dari gigitan ular berbisa, dan kaki Abu Bakar koyak, tetesan air mata meregang sakit jatuh di pipi baginda yang mulia, sontak Nabi Muhammad SAW terbangun. Setelah Nabi mengetahui hal itu turun ayat, "jangan engkau takut, Allah bersama kalian." Inilah kisah romantika cinta mereka, sahabat sedari kecil hingga keduanya menjadi manusia mulia di mata Allah SWT.

Perjuangan mempersyaratkan teman sejati suka dan duka, hidup dan mati. Sesampainya mereka di kota Yatsrib, mereka disambut dengan sangat meriah, suka cita, bahagia, dengan nyanyian dan rebana. Memuji Nabi dan bersyukur atas kedatangan beliau. Nabi ditawarkan rumah oleh penduduk Yatsrib untuk ditinggali. Nabi membiarkan untanya untuk berhenti. Pemberhentian unta itulah nantinya rumah tinggal Nabi untuk menginap. Ternyata Al Quswa (nama unta Nabi) berhenti di rumah dua anak yatim, Suhail dan Sumail, anak dari Abu Ayyub Al Anshari (wafat). Sebelum sampai di Yatsrib, Nabi telah membangun masjid At Taqwa di desa Quba (perkampungan Bani Salamah), masjid pertama kali dalam sejarah Islam.

Langkah produktif Nabi membangun masyarakat Yatsrib adalah :

1. Mengganti nama kota Yatsrib (kota pertengkaran) antara suku Aus dan suku Khajraj dengan nama Madinah (kota yang berperadaban). Penggantian nama sebagai simbol merubah image buruk menjadi baik. Menjadi identitas klosal bagi masyarakat bertamaddun dalam negeri madinah yang berperadaban dibawah bimbingan Nabi yang beradab.
2. Merubah nama Aus dan Khajraj sejak kedatangan Nabi menjadi kaum Anshar. Anshar artinya penolong. Menjadi kehormatan bagi mereka dengan sebutan Anshari (masyarakat tempatan) menyambut, menolong dan melayani kaum Muhajirin. Allah SWT abadikan kemurahan luar biasa (altruisme) kaum Ansar kepada kaum Muhajirin dalam surah Al Hasyr ayat 9.
3. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. Saling menyayangi dan berbagi suka duka sebagai saudara yang dipertautkan Nabi. Sebuah pertalian kekeluargaan dari Nabi seakan satu rahim. Saling mewarisi, saling menolong, saling membela, saling memperhatikan.
4. Membangun masjid Nabawi bersama para sahabat. Nabi ikut memikul batu, menyusun batu, berpeluh berkeringat dalam kerja. Cita - cita masa depan dari sepetak tanah yang suara pertama adalah adzan Bilal yang berisi takbir, syahadat dan seruan berupa ajakan salat (hayya alas salah), diiringi ajakan menuju kemenangan (hayya alal falah). Dari sepetak tanah Madinah dan pernyataan kumandang adzan dari Bilal telah mampu merubah wajah dunia.
5. Membuat Piagam Madinah (Madina Charter). Berisi point-point untuk keselamatan, keamanaan dan kesejahteraan bersama sebagai warga kota. Ditengah pluralitas etnik dan agama, Nabi membangun rasa memiliki madinah (a sense of belonging), dan rasa tanggungjawab (a sense of responsibility).

Madinah (kota adab dan berperadaban) sebagai wilayah wahyu kerasulan Muhammad merupakan terjemahan Al Quran dan pilot poject model kesantunan Muhammad sebagai Nabi. Nabi diminta untuk menjadi Kepala Negara Madinah, dipandang oleh kaum Muslim, Yahudi dan Nasrani untuk memimpin mereka. Sembilan tahun tiga bulan Nabi memimpin Madinah, tapi pengaruhnya sepanjang dunia hingga akhirat. Namanya diangkat harum oleh Allah SWT.

Masa Madinah sekaligus bimbingan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dalam sinaran wahyu. Otomatis Nabi menjadi penafsir tunggal dalam memberikan penjelasan terhadap kebenaran isi Al Quran. Menyatu pada diri seorang Muhammad sebagai agamawan dan negarawan. Cetak biru pertalian langit dan bumi dalam keesaan kesemestaan ketuhanan Allah (tauhidullah) merupakan wujud nyata masa keemasan dalam sejarah Islam yang sejatinya tidak terulang lagi plat form itu selamanya. Madinah yang dipelihara Allah SWT, walau didalamnya ada tokoh munafik Madinah, Abdullah bin Saba'.

Ayat-ayat yang turun di Madinah selalu seputar Muslimin Madinah, Yahudi dan Nasrani Madinah. Tiga agama besar ini pernah hidup serumah, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai kepala rumah tangga. Yahudi saudara tua, Nasrani tengah dan Islam saudara bungsu. Ketiga saudara dalam agama yang berbeda, dimana telah teruji dalam sejarah apa dan bagaimana kesantunan Islam dan muslimin terhadap minoritas Yahudi dan minoritas Nasrani. Keduanya hidup aman dan bahagia dibawah bendera yang mayoritas bersyahadatain, tanpa diganggu sedikitpun hak - hak asasi sipil mereka.

Bagi bangsa Arab, Muhammad adalah pahlawan mereka. Sebuah pengakuan dan penghargaan yang tulus dari muslim dan non muslim, insider dan outsider, bahwa perjuangan Muhammad telah berhasil menghapus perbudakan diseluruh semenanjung Arabia dan negara di sekitarnya, mengakuan hak asasi manusia melalui Piagam Madinah sebagai yang pertama dan terutama di dunia secara tertulis, menghubungkan dan membuka akses keterasingan Madinah ke dunia luar, yang dahulu Yatsrib hanya desa kecil lagi tidak dikenal, menetapkan point dasar pemerintahan yang teruji sebagai pemerintahan terbersih dan terbaik (the clean and good goverment). Sederet muruah mulia yang ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW, menjadikan baginda bukan hanya milik ummat Islam tapi sudah menjadi kebanggaan dan kecintaan dunia.

Sejak dipimpin Nabi, negeri Madinah yang dahulunya terisolasi, kini telah menjadi perhatian belahan dunia timur (Persia)  dan belahan dunia barat (Roma) melekat sebutan menjadi kota Nabi yang bercahaya bersinar terang (madinatun nabi al munawwarah). Termasuk Mekah, sudah memperhitungkan kekuatan kota Madinah, tetangga mereka sekaligus ancaman terbesar.

Madinah telah menjadi negara metropolitan yang berkeadaban populis. Maksudnya, setiap rakyat Madinah menjadi polisi bagi dirinya sendiri. Keamanan, kejujuran, kebersihan, kesantunan, keindahan, kebaikan, kebenaran, tanggungjawab, disiplin sudah menjadi mentalitas rakyat Madinah. Bermodalkan masyarakat sipil tanpa kekerasan dalam negeri (civil society) tersebut, Nabi mengembangkan sayap ekspedisi ketuhanan dan kemanusiaan  transglobal peradaban Madinah ke luar negeri. Movement (gerakan) spektakuler go internasional Nabi dengan cara mengirim duta besar ke negara - negara sahabat, seperti Muadz bin Jabal, Surahbil bin Hasanah, Zaid bin Tsabit, Zaid bin Haritsah dan sebagainya. Nabi menulis sendiri surat beliau ke Kepala Negara dan Pemerintahan. Terhubunglah Madinah dengan dunia timur dan barat, serta tahulah sekarang mereka bahwa ada Nabi akhir zaman, Muhammad bin Abdullah yang sekarang tinggal secara sederhana dan menempuh jalan hidup bersahaja di Madinah.

Beberapa surat dakwah Nabi sampaikan kepada Raja, Sultan, Kaisar dunia. Diantaranya Raja Najasyi di Ethiopia, Kaisar Heraklius di Roma, Raja Mukaukis di Mesir, Kaisar Yaddazir II di Persia, Para Gubernur, Kepala Daerah, Kepala Suku yang nantinya diplomasi Nabi ini dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, 3 Kerajaan Besar (Turki Usmaniyah, Safawiyah di Persia dan Mughal di India), terus dakwah Islamiyah berlanjut sampai hari Qiyamat. Madinah sebagai Islamic center, dari sinilah Islam disebarkan melalui diplomasi, mengirim sahabat ke seantero penjuru bumi, supaya agama Islam dikenal ummat manusia guna keselamatan mereka di dunia dan di akhirat. Peperanganpun tak terelakkan demi menjaga kedaulatan agama dan martabat ummat Islam. Perang dalam Islam sifatnya hanya bertahan (defensif), bukan menyerang (ofensif). Islam datang sebagai pembebas dari tirani dan arogansi kekuatan jahat, bukan agresi dan infasi militer, Islam bukan penjajah. Madinatunnabi al munawwarah cahayanya hingga ke bumi Nusantara.

Dapat dimengerti apabila sahabat Nabi adalah para petualang dakwah dari segala jalur darat dan laut. Mereka mengarungi padang pasir yang tandus, atau berhadapan dengan gelombang lautan yang menggunung, mayoritas sahabat Nabi wafat di bumi rantau. Hanya lima persen sahabat Nabi yang terkubur di Madinah. Sebagian ada di Maroko, Irak, Iran, Syria, Roma, Afrika, Cina,Madagaskar, dan di semesta bumi Allah SWT.

Islam adalah agama dakwah yang harus disebarluaskan keseluruh permukaan bumi, hingga ke pelosok wilayah dusun terpencil, terjauh dan terluar. Dimana suara adzan dikumandangkan disitulah negeri Islam (Thayeb Erdogan, Presiden Turki).