KESABARAN KUNCI KEMENANGAN
KESABARAN KUNCI KEMENANGAN
Oleh
Ma’ruf Zahran
The story Talut melawan Jalut yang banyak dibicarakan dalam
berbagai kitab suci, termasuk Al-Quran. Versi Qurani membentang kisah tersebut
pada Al-Baqarah: 247-252.
Ahli ilmu dan ahli kitab mendiskusikan perang Jalut-Talut dengan
akal sehat dalam berbagai tinjauan (perspektif). Benar, di dalam pasukan Talut
terdapat seorang remaja, Daud namanya. Kelak, setelah dewasa, Daud menjadi raja
(the king David). Sistematika kisah yang membicarakan tiga tokoh ini (Jalut,
Talut, Daud), dimuat sebanyak enam ayat:
Pertama, (ayat 247), ketika Tuhan memilih Talut sebagai pemimpin
dan bukan Jalut, mereka pengikut Jalut protes kepada para nabi, kenapa tidak
Jalut, Jalut pemegang otorita oligarki ekonomi? Kami lebih berhak memiliki dinasti daripada Talut! Nabi
menjawab: Sesungguhnya Tuhan telah memilih dia (Talut), Tuhan menambahkan
kepada Talut berupa kecerdasan ilmu dan kekuatan fisik. Dan Allah memberikan
kerajaan (muluk) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah maha luas karunia
dan maha mengetahui.
Artinya, banyak logika yang bermunculan saat Allah memilih
seseorang menjadi pemimpin. Logika manusia menandaskan pada kekayaan, kekuatan,
keilmuan yang semua itu adalah dinding (hijab) bagi hikmah takdir Tuhan. Hikmah
takdir kekuasaan yang Tuhan berikan ada dua, takdir buruk untuknya atau takdir
baik. Sebab, Allah melihat, kamu tidak melihat. Allah mendengar, kamu tidak
mendengar. Allah mengetahui, kamu tidak mengetahui. Allah berkuasa, kamu tidak
berkuasa.
Dua, (ayat 248), ketersambungan (mutawattirah) geneologis
kesejarahan (sanad zuriyat) dan geneologis keilmuan (sanad ilmu) terdapat di dalam Tabut. Tabut adalah peti
yang berisi lembaran firman suci Tuhan, baik berupa isi Taurat, maupun shuhuf
Ibrahim dan Musa). Lembaran yang berisi ketenangan dari Tuhan, dan simpanan
warisan turun-temurun yang dianugerahkan oleh keluarga Musa dan keluarga Harun
kepada Talut, kemudian kepada Daud, lalu kepada Sulaiman. Jibril yang membawa Tabut dan diberikan
kepada Musa. Demikian ayat-ayat Tuhan,
jika mereka beriman.
Jadi, keilmuan dari Tuhan yang maha berilmu (Al-'Alim), bukan milik
orang per-orang. Melainkan ilmu dari Tuhan untuk disebarkan, endingnya menjadi
milik publik. Hujjahnya adalah Tuhan menyuruh ilmu harus disebarkan-luaskan.
Publikasi ilmu adalah pahala jariyah yang mengalir terus, tidak terputus
selamanya. Tidak sekedar royalti duniawi, namun terpenting royalti ukhrawi.
Patron terbaik adalah Rasul SAW tidak saja sekedar Nabi produk lokal, namun
sudah universal sejak dahulu, Nur Muhammad (uswah hasanah). Makna
konsultatif-afirmatif terkandung pada surah Al-Ahzab ayat 21: "Sesungguhnya pada diri Rasulullah
terdapat suri tauladan yang baik untuk-mu, bagi orang-orang yang berharap
rahmat Allah, dan beriman kepada hari akhir, serta banyak mengingat
Allah."
Sedang makna yang bersifat integratif (kejujuran), kohesif
(kerekatan), advokatif (kepenasehatan) yang sangat inheren, ditemukan pada
surah Al-Hujurat ayat 7: "Dan ketahuilah, sesungguhnya di dalam dirimu ada
Rasulullah. Kalau dia mengikuti kemauan-mu dalam banyak hal, pasti kamu akan
mendapat kesusahan. Tetapi Tuhan menjadikan hatimu cinta kepada keimanan, dan
menghiasi iman di dalam hati-mu (sehingga indah). Dan menjadikan hatimu benci
kepada kekafiran, keingkaran, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang
mengikuti jalan lurus."
Tiga, (ayat 249) telah memesankan kepada pasukan Talut bahwa
kesabaran sebagai kunci kemenangan. Berpuasa sebagai larangan meminum air
sungai, walau bagaimana-pun haus. Pelajaran yang bisa dipetik adalah sebelum
membunuh musuh di medan laga, bunuh dulu keinginan raga di medan napsu. Agar
tidak menuai kekalahan, berarti wajib menunda kesenangan. Dalam ayat juga
disebut berapa banyak golongan yang kecil mampu mengalahkan golongan yang
banyak dengan izin Allah.
Dalam kondisi apapun, sehat atau sakit, kaya atau miskin, damai
atau perang, dua yang harus tidak
terpisah. Iman dan sabar, kedua jalan yang harus ditempuh untuk mengundang
pertolongan Allah. Demikian pula fakta Badar, Tuhan telah memenangkan kaum muslimin, sedang
mereka (pasukan Badar) dalam keadaan lemah. Untuk menopang narasi historis
tersebut, secara teologis telah difirmankan dalam kitab suci.
Empat, (ayat 250), doa Talut adalah meminta kesabaran saat
menghadapi Jalut dan pasukannya. Ternyata, hidup harus sabar, apalagi perang.
Sabar merasakan sakit, sabar merasakan luka, sabar kekurangan makanan dan
obat-obatan, sabar menghadapi kesulitan, kepayahan, kematian.
Pertama kali, doa mereka adalah memita kesabaran, diabadikan dalam
kitab suci: "Tuhan kami, limpahkan kesabaran kepada kami, kuatkanlah
langkah kami, dan bantu kami terhadap kaum yang ingkar." Sebab rasio
(perbandingan) kemenangan berpihak kepada orang-orang yang sabar dan
mengalahkan orang-orang yang tidak sabar dalam jumlah. Skema rasionya adalah
20:200, 100:1.000 sebagai tertera pada surah Al-Anfal ayat 65. Maksudnya, 20
orang yang sabar, mampu mengalahkan 200 orang yang tidak sabar. 100 orang yang
sabar, sanggup mengalahkan 1.000 orang yang tidak sabar.
Lima, (ayat 251), Allah memberi kemenangan kepada Daud dengan
membunuh Jalut dalam perang. Kepada Daud, Tuhan anugerahkan kerajaan, hikmah
dan pengajaran pada-nya. Enam, (ayat 252), Allah telah membacakan ayat-ayatNya
dengan kebenaran. Demikian itu sesungguhnya bahwa Daud adalah utusan diantara
utusan Tuhan. Sungguh besar hikmah ayat-ayat Allah bagi mereka yang mau memetik
hikmah dari perjalanan Talut, Jalut, Daud. Mudahan peristiwa penting dalam
kitab suci dapat dijadikan pelajaran kesabaran bagi siapa saja yang ingin
memenangkan area ujian kehidupan di tahun 2024. Semoga.
Komentar
Posting Komentar