DUNIA YANG DICELA DAN DIPUJI
DUNIA YANG DICELA DAN DIPUJI
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Memahami dunia dalam posisi yang dijalankan-nya sebagai makhluk
yang memerankan tugas, ibarat sahabat. Setiap orang yang pasti menuju akhirat,
niscaya tangga, jalur dan jalan-nya adalah dunia. Dalam konteks kehidupan,
dunia tidak selamanya jahat, dan dunia tidak selamanya baik. Diperlukan
kearifan untuk memberlakukan dunia dalam sifat netral, menjadi sifatnya. Misal,
dunia tidak kekal, maka jangan mengingini kekekalan dengan-nya. Namun
berlakukan-lah dunia sesuai dengan sifat kesementaraan-nya (temporal). Dunia
bersifat menipu (imitation), jangan terpedaya oleh tipuan dunia. Dunia bersifat
menghibur (musik), jangan lupa dengan kehidupan yang sesungguhnya (akhirat).
Dunia merupakan tempat permainan, bermain dengan benar, sebab ada wasit dalam
permainan yang mencatat skor waktu dan menentukan nilai kalah atau menang.
Hukum asal bertindak terhadap dunia adalah boleh (mubahah). Menandakan dunia adalah netral. Netralitas ini yang membuat dunia mudah ditarik atau dibuang oleh penghuninya, ibarat permen karet. Paradigma atau cara pandang kepada dunia sangat dipengaruhi oleh doktrin seseorang baik agama, budaya, pendidikan, lingkungan sampai kepada kecenderungan dan kepentingan pribadi (vested interest). Artinya, memahami dunia bukan variabel tunggal, melainkan multi variabel yang ikut memengaruhi cara berdunia seseorang.
Sangat sulit mencari apalagi menemukan dunia yang netral (mubahah).
Pasti dunia berada dalam dua posisi, baik dan jahat, salah dan benar, terpuji
dan tercela. Posisi hukum mubah apabila dia (dunia) berpihak kepada amal
kebaikan, maka dia menjadi dunia yang terpuji (mahmudah). Jika dunia berpihak
kepada amal keburukan, maka dia menjadi dunia yang tercela (madzmumah).
Posisi keduanya sangat jamak ditemukan dalam kitab suci. Saat dunia
dipuji sebagai ladang kebaikan dan saat dunia dicaci sebagai ladang kejahatan.
Namun kehidupan dunia tetap menjadi tempat transit untuk kehidupan akhirat yang
kekal atau masa kehidupan dalam waktu yang lama.
Rasul menyatakan tentang dua alam, dunia dan akhirat serta porsi
untuk keseimbangan keduanya (tawazun). "Bukan dinamakan seorang mukmin,
seseorang yang mengambil dunia, tetapi meninggalkan akhirat. Atau seseorang
yang meninggalkan akhirat untuk dunia. Melainkan seorang mukmin adalah
seseorang yang mengambil dunia dan akhirat. Dan jangan kamu menjadi beban
manusia." (Riwayat An-Nasa'i). Sejalan dengan firman Allah SWT dalam surah
Alqasas ayat 77: "Dan carilah apa oleh-mu karunia yang didatangkan Allah
berupa kebahagiaan negeri akhirat, dan jangan lupakan nasibmu di dunia. Berbuat
baiklah seperti Allah telah berbuat baik kepada-mu. Dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan." Larangan berbuat kerusakan di muka bumi, langit,
malam, siang dan musim. Sebab kerusakan yang dibuat oleh tangan manusia di
bumi, akan berakibat kepada manusia sendiri. Firman Tuhan: "Telah tampak
kerusakan di darat dan di laut, sebab tangan manusia. Untuk Kami rasakan kepada
mereka akibat perbuatan mereka. Semoga mereka kembali kepada Allah."
(Ar-Rum:41).
Sebab kerusakan di bumi akibatnya sangat pahit dirasakan, banjir
bandang, gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus dan sebagainya, semuanya
faktor ingin kesenangan dunia. Bila tidak disadari, kesenangan akhirat-pun
tidak jarang didasari oleh napsu. Bukankah saat itu, napsu kesenangan
membonceng taat, dan bersembunyi disebalik item-item kebaikan. Tuhan segerakan
pemberian yang ingin dunia dan yang ingin akhirat, dan Dia tidak mencegahnya.
Siapa yang menginginkan dunia, Tuhan berikan dunia. Siapa yang
menginginkan akhirat, Tuhan berikan akhirat beserta seluruh konsekuensinya
(baca Al-isra' ayat 18-19). Lalu Tuhan bantu untuk mencapainya, dari kemurahan
Tuhan-mu. Dan kemurahan Tuhan-mu tidak dapat dihalangi (baca ayat 20). Tuhan
lebihkan diantara mereka, dan akhirat lebih tinggi derajat dan lebih besar
keutamaannya (baca ayat 21). Endingnya terdapat pada ayat 22, bagaimana surga
yang dicari dan neraka yang ditakuti, namun jangan jadikan mereka Tuhan.
Peringatan-Nya: "Jangan engkau mengadakan tuhan-tuhan lain disamping
Allah, niscaya engkau menjadi tercela dan terhina." Tegas ayat ini
mewajibkan ikhlas dalam beramal dari, untuk, kepada Allah, dan di dalam
pertolongan-Nya (minallah, lillah, ilallah, fillah).
Dunia ada yang dipuji Tuhan, saat dia menjadi ladang ibadah. Dunia
ada yang dicaci Tuhan, saat dia melupakan Allah. Dunia yang dipuji Tuhan karena
dunia dijadikan wadah kebaikan, ranah dalam proses ketetapan-Nya, wahyu,
takdir. Disamping dunia tempat kehidupan para nabi dan para wali-Nya. Dengan
wahyu manusia beriman, dengan takdir manusia bersyukur dan bersabar.
Sebaliknya, dunia yang dicaci Tuhan karena dunia melalaikan dzikrullah dalam
banyak firman-Nya.
Perjalanan dunia menuju akhirat, perjalanan akhirat menuju Allah.
Apabila tidak sampai kepada-Nya berarti disorientasi. Sebagaimana peringatan
berupa firman Tuhan dalam surah Thaha ayat 131: "Dan jangan engkau tujukan
pandangan matamu kepada kenikmatan yang telah Kami berikan kepada beberapa
golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia. Untuk Kami menguji mereka
dengan kesenangan itu. Sedang karunia Tuhan-mu lebih baik dan lebih
kekal."
Baik dunia dengan surganya maupun akhirat dengan surganya,
sama-sama menjanjikan harapan (targhib). Dunia dengan nerakanya dan akhirat
dengan nerakanya, keduanya mengancam ketakutan yang sangat memilukan (tarhib).
Namun memiliki kapasitas (muatan) materi, ruang dan waktu yang berbeda. Perlu
dipahami, keduanya adalah makhluk. Sebagai misal sudah banyak Dia contohkan
pada ayat tentang surga dan ayat tentang neraka. Visual kenikmatan surga yang dijanjikan
(wa'ad), dan visual kesengsaraan neraka yang diancamkan (wa'id). Janji
kenikmatan surga dunia adalah tipuan, sedang janji kenikmatan surga akhirat
adalah kenyataan. Ancaman kesengsaraan dunia adalah tipuan, sementara ancaman
kesengsaraan akhirat adalah kenyataan. Teropong iman yang mampu menyorot,
menelisik, memilah dan memilih dua alam tersebut! Sungguh, kitab suci sudah
banyak membicarakan kedua kondisi tersebut, terutama pada surah-surah pendek di
juz XXX.
Dua fasilitas tersebut telah diperlihatkan oleh-Nya dalam surah
Alhadid ayat 20: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah
permainan, senda-gurau, dan perhiasan. Kamu saling berbangga, berlomba dalam
kekayaan, memperbanyak harta dan keturunan. Kesenangan dunia ibarat hujan
dengan tumbuhan yang mengagumkan petani. Kemudian tumbuhan itu menjadi kering,
warnanya kuning dan gugur. Di akhirat ada siksa yang keras, dan ada ampunan
dari Allah dan ridha-Nya. Maka tiadalah kehidupan dunia, kecuali kesenangan
yang memperdayakan." Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar