AHAD (Inilah Jalan-Ku)
AHAD
(Inilah
Jalan-Ku)
Oleh
Ma'ruf Zahran
Sabran
QUL hadzihi sabiliy (katakan, inilah Jalan-Ku). Ayat tersebut
ditemukan di bagian penutup surah Yusuf. Seakan Tuhan yang telah membentang
kehidupan Yusuf dari masa kecil dengan segala cobaan, masa remaja dengan segala
ujian, usia pemuda dipenjarakan, sampai menjadi nabi, menjadi raja, dan
akhirnya wafat adalah kisah pembelajaran yang benar. Siklus kehidupan adalah
jalan-Ku (sabiliy), jalan Tuhan.
Hakikat Ahad tidak bisa dijelaskan, walau oleh seorang utusan resmi
dari-Nya. Seperti Nuh, seorang utusan yang tidak dapat menghadirkan bukti bahwa
Nuh seorang nabi. Respon pemuka kaumnya adalah "illa
basyaram-mitslukum," (Nuh) tidak lain kecuali manusia biasa seperti kamu.
Artinya, tulisan ini tidak untuk memaksakan pengertian syahadat (penyaksian)
kecuali setelah tersampaikan hidayah.
Fungsi bayyinat, bukti (evident) sekedar mengkonfirmasi kedudukan
Nur Muhammad. Nur Muhammad merupakan tangga menuju Ahad. Eskalasi yang berawal
dari makrifat (pengenalan) terhadap Allah dan berakhir kepada makrifat
(pengenalan) terhadap Allah. Maqam di atas makrifat adalah Ahad. Namun ini
bukan suluk, tetapi anugerah, bukan wirid namun warid.
Saking agung, hidayah milik-Nya, Dia menunjuki hidayah kepada siapa
yang Dia kehendaki, dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki. Bila Dia
berkehendak, pasti lulus. Tidak ada seseorang-pun yang sanggup menghalangi
kehendak-Nya. Semua manusia tidak bisa memberi hidayah kepada manusia, apabila
Dia menghendaki kesesatan. Kemudian semua manusia tidak dapat menyesatkan
seorang manusia, ketika Allah berkenan memberi petunjuk (hidayah) kepada-nya.
Tidak ada seorang-pun yang dapat menjadi pelindung (waliyya), dan tidak ada
seorang-pun yang mampu menjadi guru pembimbing (mursyida), kecuali Dia
(illa-huw).
Seluruh yang dikisah-paparkan kitab-kitab suci, Taurat, Zabur,
Injil dan Alquran adalah tentang Nur Muhammad. Ibarat Raja dan Perdana Menteri.
Raja jarang untuk ditemui, kecuali oleh orang-orang tertentu, khusus (VVIP).
Namun Perdana Menteri (PM) sering ditemui, bahkan memerintah. PM memerintah
dalam arti suruhan dan larangan. Agama menyebut sunnah (tradisi) Muhammad.
Hirarki (thabaqat) ini yang jarang dipahami, itulah yang menyebabkan manusia
banyak "bertengkar" di lapangan suruhan dan larangan. Memang, Muhammad
bisa berada pada wilayah lahiriyah, batiniyah, rabbaniyah.
Larangan untuk memikirkan Ahad memang tidak bisa terpikirkan
(mustahil). Suruhan memikirkan diri, nama, sifat dan perbuatan wujud Tuhan
terdapat pada diri Muhammad SAW, wajib dipikirkan sebagai landasan iman.
Muhammad SAW adalah wujud perintah Tuhan (wujudullah), sebab Muhammad SAW wakil
Tuhan (nabiyullah), juru bicara Tuhan (kalamullah), petunjuk teknis (juknis)
dan petunjuk pelaksanaan (juklak) Tuhan. Rasul dari wujud bangsa manusia ini,
itu yang dilahirkan Tuhan dari rahim kaumnya sendiri. Muhammad, pribadi yang
mereka kenal, keluarga mereka, tetangga mereka sendiri. Bukan berbangsa
malaikat dan tidak pula bagian dari bangsa jin.
Nuh jadi bahan cercaan kaumnya, Hud, Luth, Saleh, demikian pula.
Namun mereka dipuji oleh Nur Muhammad dan dipuji kitab Alquran. Berkata
orang-orang terkemuka dari kaum yang ingkar, Nuh hanya manusia biasa. Kalau
Tuhan menghendaki, Dia turunkan malaikat. Nuh itu, orang gila (baca
Al-mukminun:24-25). Hud juga sama dengan Nuh, tidak ada kelebihan dengan kita,
dia makan seperti apa yang kamu makan, dia minum seperti apa yang kamu minum
(baca ayat 33), dan sungguh rugi kamu menaatinya (Hud).
Demikianlah, dzat, nama, sifat, perbuatan Tuhan setiap hari hadir
dalam penyaksian (syuhud rabbani). "Lalu, kemana kamu akan lari (fa aina
tadzhabun). Tidak lain, adalah peringatan bagi seluruh alam. Bagi siapa
diantara kamu yang ingin menempuh jalan lurus (bukan kanan, bukan kiri). Dan
pasti kamu tidak sanggup menempuh jalan lurus, kecuali dikehendaki Allah, Tuhan
seluruh alam." (At-takwir:26-29). Jelas, Nur Muhammad menerangi seluruh
jalan, dan Muhammad itulah jalan Tuhan yang terang (shallallahu 'ala Muhammad
nurullah). Muhammad dzatullah, Muhammad wujudullah. Jadi, Tuhan yang sebenarnya
Tuhan (Ahad) sungguh tidak terbatas dan tidak terungkap, tanpa terpahat.
Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar