METAFORA DALAM ALQURAN MENGGUGAH JIWA
METAFORA DALAM ALQURAN MENGGUGAH JIWA
Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran
Pilihan diksi dari ayat Alquran merupakan mukjizat, ditinjau dari
sudut manapun. Dia laksana mutiara murni yang bila diasah akan menyinarkan
cahaya disetiap bagian. Sinar dari syiar yang dikandung, baik metafora Alquran
maupun non metafora akan membawa si pembaca dan pengkaji pada wisata (rihlah)
langit dan bumi, bahkan destinasi surga dan neraka, serta destinasi
negeri-negeri akhirat. Merasakan bagi orang dirasakan, dipahamkan untuk orang
yang dipahamkan. Kuncinya adalah sabar bagi orang yang disabarkan, perlahan dan
jangan tergesa-gesa. Sebab, telah menjadi kewajiban Kami untuk menjelaskan
(tsumma inna 'alaina bayanah). Jangan cepat-cepat membacanya, simak bacaan
Kami, kemudian ikutilah. Sebab, Kami yang membacakan, mengajarkan dan
menjelaskan. Kemudian berhukum kepada Alquran, menghalalkan apa yang
dihalalkan, mengharamkan apa yang diharamkan. Kitab suci jangan diputar-balik,
jangan dilawan-arah.
Metafora, atau istilah amsal (amtsal) dalam ilmu-ilmu Alquran
berupa permisalan, perumpamaan. Amsal
sangat mendorong akal sehat untuk berpikir. Amsal sangat menggugah hati untuk
memahami, dan menyentuh roh (jiwa) untuk merasa.
Apakah engkau meragukan Tuhan yang ada pada dirimu (fitrah
bertuhan). Menyangsikan sang pencipta dan kepada-Nya, kamu semua dikembalikan.
Sungguh jika demikian, maka mereka mendustakan diri mereka sendiri. Tiada yang
lebih sakit, kecuali mendustai diri sendiri. Tiada yang lebih sempit, selain mengingkari
fitrah bertuhan esa saat roh ditiupkan-Nya, Aku yang meniup kepada jasad, dari
sebagian roh-Ku (wanafakhtu fihi min ruhiy).
Beragama kedalam diri, bertuhan kedalam diri, bukan keluar. Semakin
diam, semakin masuk agama. Semakin nyaring, semakin keluar agama. Pengertian
ini jangan dipahami secara bahasa dan istilah, namun harus lebih dipahami
secara batin.
Kehidupan ditandai dengan bersatunya jasad dan roh. Keterpisahan
keduanya menandai kematian. Namun kematian bukan akhir dari kehidupan. Justru
memunculkan kehidupan baru dengan bentuk kejadian yang baru (khalqun-jadid).
Dengan kata lain, setelah kematian di dunia, adanya kehidupan baru yang
sesungguhnya di akhirat. Artinya, kematian di alam dunia hanya perpindahan ke
alam akhirat. Bila di dunia banyak manusia yang melawan agama. Nanti, akan ada
raja pada hari agama (maliki yaumid-din). Din (agama) pasti ditegakkan. Din
dapat pula diartikan hari pembalasan, hari pelunasan hutang.
Hakekat kehidupan di dunia adalah berhutang kepada Tuhan (Rabb),
minimal sebagai titipan. Akad hutang (dain) harus dibayar, akad pinjaman (rahn)
wajib dikembalikan. Siapa yang pernah berhutang, terhutang-lah dia. Berhutang
guna pemenuhan ego (diri), dan peningkatan status kehidupan di lingkungan
keluarga, sahabat, masyarakat. Atau, perilaku suka bergadai, sesuai perjanjian
waktu akan dikembalikan.
Karena, fitrah bertuhan bersifat suci, merupakan inti roh yang
ditiupkan Tuhan yaitu ruhul-qudus kepada semua manusia. Benar, sudah tegas
dinyatakan Tuhan bahwa setiap manusia pernah dan selalu didatangi utusan Tuhan
(ruhul-qudus, Jibril). Jangan berkata hidayah (petunjuk) tidak pernah turun.
Jangan bicara bimbingan (irsyad) tidak ditawarkan, melainkan diri sombong yang
menolak. Hidayah, irsyadah Allah turun berulang kali, namun kebanyakan manusia
tidak menyadari. Berdasarkan dalil (An-Nahl:102). "Katakan, ruhul-qudus
dari Tuhan-mu senantiasa turun dengan kebenaran. Untuk meneguhkan hati
orang-orang yang beriman (mukmin), sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah-diri (muslim)."
Menjalani kehidupan di dunia sederhana saja. Sederhana dalam arti,
bila sekadar memenuhi kebutuhan telah dijamin Tuhan. Meniti, merangkak dan
merayap kehidupan menjadi berat, jika masih menyandarkan kepada kesanggupan
diri. Diri (ego) adalah sangat lemah. Selemah sarang laba-laba. Diri (ego)
adalah rapuh, serapuh rumah laba-laba (inna auhanal buyut, labaitul 'ankabut),
jika kamu mengetahuinya. Metafora yang diumpama tadi, sungguh memantapkan hati,
memuaskan akal.
Visual orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, diibaratkan hari ini
mereka membangun rumah laba-laba. Ditiup angin, rumah akan roboh dalam waktu
sekejap. Artinya, kepercayaan, peribadatan, kemasyarakatan yang dibangun atas
dasar kesyirikan adalah kelemahan, bukan kekuatan. Bahkan, ditolak sebuah
kepercayaan yang didasarkan atas syirik. Dibuang bila sebuah peribadatan
bercampur syirik. Metafora yang diungkap kitab suci (Al-Haj:31).
"Beribadah-lah dengan ikhlas kepada Allah (tauhid). Jangan
mempersekutukan-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka seakan-akan
dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung. Atau diterbangkan angin ke
tempat yang jauh."
Metafora yang dipaparkan kitab suci Alquran menjadi bagian dari
mukjizat (keistimewaan) sejak dia diturunkan sampai hari kiamat. Malah, Alquran
akan menjadi saksi yang berargumen (berhujjah) di hadapan Tuhan. Alquran
menjadi standar kebenaran, Alquran dapat memuliakan seseorang atau menghinakan.
Alquran berfungsi sebagai dalil yang dapat membela seseorang di akhirat, atau
menjerat seseorang dengan hukum yang dikandung-nya. Alquran bisa menjadi
sahabat di alam kubur yang menghibur, atau menjadi musuh yang mencaci. Alquran
dapat menjelma menjadi cahaya yang menerangi alam kubur, atau menjadi kegelapan
yang meliputi. Alquran dapat menjadi pendekat menuju surga, atau menjadi
pelancar menuju neraka. Sebab, dia adalah dalil bagi semua makhluk di langit
dan di bumi.
Sebelum Tuhan menanyakan mengapa tidak beriman, terlebih dahulu
Tuhan membentangkan ayat-ayat di langit, di bumi, di darat, di laut, di sungai,
matahari, bulan, siang, malam. Semua atribut (ayat) Tuhan di atas adalah untuk
manusia. Supaya manusia bersyukur, namun kebanyakan manusia menganiaya diri
lagi durhaka kepada Tuhan. "Allah yang menciptakan langit dan bumi,
menurunkan air hujan dari langit, dengan air hujan tersebut menjadi embrio
kehidupan (hayati) sebagai rezeki. Dia yang menundukkan kapal-kapal yang
berlayar di lautan untuk-mu. Dan Dia yang menundukkan untuk-mu sungai-sungai
yang mengalir. Dia yang menundukkan untuk-mu matahari dan bulan yang
terus-menerus beredar. Dan Dia telah menundukkan malam dan siang
untuk-mu." (Ibrahim:32-33).
Jelas, kunci pembukaan pintu hati sama artinya membuka pintu
petunjuk (hidayah). Kuncinya adalah iman, jujur, takwa. Kunci pembukaan pintu
surga adalah rendah hati (tawadu'). Sedang penutup pintu-pintu langit adalah
keingkaran, mendustakan ayat-ayat Allah. Penutup pintu-pintu surga adalah
kesombongan (takabur). Metafora yang diumpama Alquran terdapat dalam kitab suci
(Al-A'raf:40). "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami
dan menyombongkan diri terhadap-nya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit
untuk mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sehingga unta bisa masuk ke
dalam lubang jarum. Demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang
berbuat jahat."
Setelah diketahui betapa penting kebaikan iman tauhid, dan betapa
rusak keburukan syirik (mempersekutukan Tuhan). Jangan sampai perjanjian tauhid
yang sudah dirajut esa di alam roh, lalu tercerai berai saat kini di alam
dunia. Kemudian menuhankan dinamisme, animisme, politheisme dan helenisme. Lupa dan lalai terhadap isi ikrar perjanjian,
kesaksian primordial (Al-A'raf:172).
"Dan ingatlah ketika Tuhan-mu mengeluarkan kamu dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam. Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka:
Bukankah Aku ini Tuhan-mu? Betul, kami menyaksikan. Jangan sampai ke akhirat
nanti, kamu mengatakan kami lalai dengan perjanjian ini."
Namun dalam kenyataan, banyak manusia yang lalai setelah berada di
muka bumi. Seakan mereka tidak pernah menyaksikan dan disaksikan. Metafora yang
dikemukakan kitab suci, ibarat seseorang yang membongkar hasil tenunan yang
sudah rapi. Maksudnya, membuang tauhid, mengundang syirik, untuk meraih halu
kemenangan, karena terpikat dengan jumlah yang banyak. Mengusir taat, menyisir
maksiat untuk tujuan rela dipekerjakan agar dipuji. Pepatah mengatakan,
"biar tekor asal tersohor."
Kalimah tauhid menghimpun kekuatan (qawi), kekokohan (matin),
kebenaran (haq) yang dimetafor kitab suci seperti pohon yang baik. Akarnya
terhunjam dalam ke bumi, dahannya menjulang tinggi ke langit. Dengan izin
Tuhan, berbuah lebat, tiada putus dan tiada larangan untuk memetik. Dahannya
bercabang-cabang dengan buah yang banyak. Demikian Allah membuat perumpamaan
untuk manusia, semoga mereka selalu ingat. Adapun metafor tentang kalimat yang
buruk adalah umpama pohon yang buruk. Akarnya tercabut dari permukaan bumi,
tiada mampu tegak (baca Ibrahim:24-26).
Ingat, setelah beriman (percaya) kepada Allah, lalu bertakwa.
Jangan sampai dibatalkan dengan kedurhakaan. Seperti metafor yang Tuhan
bentang: "Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang
sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92). Wallahu
a'lam.
Nama: Fitriani
BalasHapusKelas: B
Jurusan : Diploma D3 Gizi
Nim: 241031041
Nanti, akan ada raja pada hari agama (maliki yaumid-din). Din (agama) pasti ditegakkan. Din dapat pula diartikan hari pembalasan, hari pelunasan hutang.
Hakekat kehidupan di dunia adalah berhutang kepada Tuhan (Rabb), minimal sebagai titipan. Akad hutang (dain) harus dibayar, akad pinjaman (rahn) wajib dikembalikan. Siapa yang pernah berhutang, terhutang-lah dia. Berhutang guna pemenuhan ego (diri), dan peningkatan status kehidupan di lingkungan keluarga, sahabat, masyarakat. Atau, perilaku suka bergadai, sesuai perjanjian waktu akan dikembalikan.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusNama : EKI GUSTI MANDASARI
BalasHapusKelas : B
Prodi : Diploma tiga gizi
Nim : 241031013
Beragama kedalam diri, bertuhan kedalam diri, bukan keluar. Semakin diam, semakin masuk agama. Semakin nyaring, semakin keluar agama. Pengertian ini jangan dipahami secara bahasa dan istilah, namun harus lebih dipahami
Kehidupan ditandai dengan bersatunya jasad dan roh. Keterpisahan keduanya menandai kematian. Namun kematian bukan akhir dari kehidupan. Justru memunculkan kehidupan baru dengan bentuk kejadian yang baru (khalqun-jadid). Dengan kata lain, setelah kematian di dunia, adanya kehidupan baru yang sesungguhnya di akhirat. Artinya, kematian di alam dunia hanya perpindahan ke alam akhirat. Bila di dunia banyak manusia yang melawan agama. Nanti, akan ada raja pada hari agama (maliki yaumid-din). Din (agama) pasti ditegakkan. Din dapat pula diartikan hari pembalasan, hari pelunasan hutang.
Nama : Naila Winita Zubir
BalasHapusKelas : B
Prodi : D3
Jurusan : Gizi
Nim : 241031039
Beragama kedalam diri, bertuhan kedalam diri, bukan keluar. Semakin diam, semakin masuk agama. Semakin nyaring, semakin keluar agama. Pengertian ini jangan dipahami secara bahasa dan istilah, namun harus lebih dipahami secara batin.
Kehidupan ditandai dengan bersatunya jasad dan roh. Keterpisahan keduanya menandai kematian. Namun kematian bukan akhir dari kehidupan. Justru memunculkan kehidupan baru dengan bentuk kejadian yang baru (khalqun-jadid). Dengan kata lain, setelah kematian di dunia, adanya kehidupan baru yang sesungguhnya di akhirat. Artinya, kematian di alam dunia hanya perpindahan ke alam akhirat.
Nama: Amanda Tri Wulandari
BalasHapusKelas: B
Jurusan: Diploma 3 gizi
Nim:241031005
Jangan berkata hidayah (petunjuk) tidak pernah turun. Jangan bicara bimbingan (irsyad) tidak ditawarkan, melainkan diri sombong yang menolak. Hidayah, irsyadah Allah turun berulang kali, namun kebanyakan manusia tidak menyadari.
Menjalani kehidupan di dunia sederhana saja. Sederhana dalam arti, bila sekadar memenuhi kebutuhan telah dijamin Tuhan. Meniti, merangkak dan merayap kehidupan menjadi berat, jika masih menyandarkan kepada kesanggupan diri. Diri (ego) adalah sangat lemah. Selemah sarang laba-laba. Diri (ego) adalah rapuh, serapuh rumah laba-laba (inna auhanal buyut, labaitul 'ankabut), jika kamu mengetahuinya.
Nama : Lidya Friska Fersonanda
BalasHapusKelas : B
Prodi : D3
Jurusan : Gizi
Nim : 241031029
Visual orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, diibaratkan hari ini mereka membangun rumah laba-laba. Ditiup angin, rumah akan roboh dalam waktu sekejap. Artinya, kepercayaan, peribadatan, kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kesyirikan adalah kelemahan, bukan kekuatan. Bahkan, ditolak sebuah kepercayaan yang didasarkan atas syirik. Dibuang bila sebuah peribadatan bercampur syirik.
Ingat, setelah beriman (percaya) kepada Allah, lalu bertakwa. Jangan sampai dibatalkan dengan kedurhakaan. Seperti metafor yang Tuhan bentang: "Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92).
Nama.imelda ratna julika
BalasHapusNim:241031023
Kelas:B
Jurusan:Diploma 3 gizi
Kalimah tauhid menghimpun kekuatan (qawi), kekokohan (matin), kebenaran (haq) yang dimetafor kitab suci seperti pohon yang baik. Akarnya terhunjam dalam ke bumi, dahannya menjulang tinggi ke langit
Ingat, setelah beriman (percaya) kepada Allah, lalu bertakwa. Jangan sampai dibatalkan dengan kedurhakaan. Seperti metafor yang Tuhan bentang: "Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92). Wallahu a'lam.
Apakah engkau meragukan Tuhan yang ada pada dirimu (fitrah bertuhan). Menyangsikan sang pencipta dan kepada-Nya, kamu semua dikembalikan. Sungguh jika demikian, maka mereka mendustakan diri mereka sendiri. Tiada yang lebih sakit, kecuali mendustai diri sendiri. Tiada yang lebih sempit, selain mengingkari fitrah bertuhan esa saat roh ditiupkan-Nya, Aku yang meniup kepada jasad, dari sebagian roh-Ku (wanafakhtu fihi min ruhiy
BalasHapusNama:Ummi Lathifah
BalasHapusKelas: B
Jurusan: D3 gizi
Nim: 241031051
Dia laksana mutiara murni yang bila diasah akan menyinarkan cahaya disetiap bagian.
Kuncinya adalah sabar bagi orang yang disabarkan, perlahan dan jangan tergesa-gesa.
Metafora, atau istilah amsal (amtsal) dalam ilmu-ilmu Alquran berupa permisalan, perumpamaan. Amsal sangat menggugah hati untuk memahami, dan menyentuh roh (jiwa) untuk merasa.
Apakah engkau meragukan Tuhan yang ada pada dirimu (fitrah bertuhan). Menyangsikan sang pencipta dan kepada-Nya, kamu semua dikembalikan.Tiada yang lebih sempit, selain mengingkari fitrah bertuhan esa saat roh ditiupkan-Nya, Aku yang meniup kepada jasad, dari sebagian roh-Ku (wanafakhtu fihi min ruhiy).
Beragama kedalam diri, bertuhan kedalam diri, bukan keluar. Semakin diam, semakin masuk agama.
Nanti, akan ada raja pada hari agama (maliki yaumid-din). Din (agama) pasti ditegakkan. Din dapat pula diartikan hari pembalasan, hari pelunasan hutang.Hakekat kehidupan di dunia adalah berhutang kepada Tuhan (Rabb), minimal sebagai titipan. Jangan berkata hidayah (petunjuk) tidak pernah turun. Jangan bicara bimbingan (irsyad) tidak ditawarkan, melainkan diri sombong yang menolak."Katakan, ruhul-qudus dari Tuhan-mu senantiasa turun dengan kebenaran. Untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (mukmin), sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah-diri (muslim).""Beribadah-lah dengan ikhlas kepada Allah (tauhid). Jangan mempersekutukan-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung. Atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh."Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92).
Apakah engkau meragukan Tuhan yang ada pada dirimu (fitrah bertuhan). Menyangsikan sang pencipta dan kepada-Nya, kamu semua dikembalikan. Sungguh jika demikian, maka mereka mendustakan diri mereka sendiri. Tiada yang lebih sakit, kecuali mendustai diri sendiri. Tiada yang lebih sempit, selain mengingkari fitrah bertuhan esa saat roh ditiupkan-Nya, Aku yang meniup kepada jasad, dari sebagian roh-Ku (wanafakhtu fihi min ruhiyKehidupan ditandai dengan bersatunya jasad dan roh. Keterpisahan keduanya menandai kematian. Namun kematian bukan akhir dari kehidupan. Justru memunculkan kehidupan baru dengan bentuk kejadian yang baru (khalqun-jadid). Dengan kata lain, setelah kematian di dunia, adanya kehidupan baru yang sesungguhnya di akhirat. Artinya, kematian di alam dunia hanya perpindahan ke alam akhirat. Bila di dunia banyak manusia yang melawan agama. Nanti, akan ada raja pada hari agama (maliki yaumid-din). Din (agama) pasti ditegakkan. Din dapat pula diartikan hari pembalasan, hari pelunasan hutang
BalasHapusNama: Engeli kartika sari
BalasHapusKelas: B
Jurusan: Diploma 3 gizi
NIM:241031015
Menjalani kehidupan di dunia sederhana saja. Sederhana dalam arti, bila sekadar memenuhi kebutuhan telah dijamin Tuhan. Meniti, merangkak dan merayap kehidupan menjadi berat, jika masih menyandarkan kepada kesanggupan diri. Diri (ego) adalah sangat lemah. Selemah sarang laba-laba. Diri (ego) adalah rapuh, serapuh rumah laba-laba (inna auhanal buyut, labaitul 'ankabut), jika kamu mengetahuinya. Metafora yang diumpama tadi, sungguh memantapkan hati, memuaskan akal.
Nama : Dina Ashilla Putri
BalasHapusKelas : B
Jurusan: Diploma 3 Gizi
NIM : 241031011
Jangan berkata hidayah (petunjuk) tidak pernah turun. Jangan bicara bimbingan (irsyad) tidak ditawarkan, melainkan diri sombong yang menolak. Hidayah, irsyadah Allah turun berulang kali, namun kebanyakan manusia tidak menyadari. Berdasarkan dalil (An-Nahl:102). "Katakan, ruhul-qudus dari Tuhan-mu senantiasa turun dengan kebenaran. Untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (mukmin), sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah-diri (muslim)."
Nama : Niken Sabina Pebriyanti
BalasHapusKelas : B
Prodi : Diploma tiga gizi
Nim : 241031043
Pilihan diksi dari ayat Alquran merupakan mukjizat, ditinjau dari sudut manapun. Dia laksana mutiara murni yang bila diasah akan menyinarkan cahaya disetiap bagian. Akad hutang harus dibayar, akad pinjaman wajib dikembalikan. Siapa yang pernah berhutang, terhutang-lah dia. Berhutang guna pemenuhan ego , dan peningkatan status kehidupan di lingkungan keluarga, sahabat, masyarakat. Atau, perilaku suka bergadai, sesuai perjanjian waktu akan dikembalikan.
Sebab, dia adalah dalil bagi semua makhluk di langit dan di bumi.
Sebelum Tuhan menanyakan mengapa tidak beriman, terlebih dahulu Tuhan membentangkan ayat-ayat di langit, di bumi, di darat, di laut, di sungai, matahari, bulan, siang, malam. Semua atribut Tuhan di atas adalah untuk manusia.
Nama : Alya Andriyani
BalasHapusKelas : B
Prodi : Diploma lll Gizi
NIM : 241031016
Menjalani kehidupan di dunia sederhana saja. Sederhana dalam arti, bila sekadar memenuhi kebutuhan telah dijamin Tuhan. Meniti, merangkak dan merayap kehidupan menjadi berat, jika masih menyandarkan kepada kesanggupan diri. Diri (ego) adalah sangat lemah. Selemah sarang laba-laba. Diri (ego) adalah rapuh, serapuh rumah laba-laba (inna auhanal buyut, labaitul 'ankabut), jika kamu mengetahuinya. Metafora yang diumpama tadi, sungguh memantapkan hati, memuaskan akal.
Nama : Nadha Dwi Fitriya
BalasHapusKelas : B
Jurusan : Diploma D3 Gizi
Nim : 241031037
Sebelum Tuhan menanyakan mengapa tidak beriman, terlebih dahulu Tuhan membentangkan ayat-ayat di langit, di bumi, di darat, di laut, di sungai, matahari, bulan, siang, malam. Semua atribut (ayat) Tuhan di atas adalah untuk manusia. Supaya manusia bersyukur, namun kebanyakan manusia menganiaya diri lagi durhaka kepada Tuhan. "Allah yang menciptakan langit dan bumi, menurunkan air hujan dari langit, dengan air hujan tersebut menjadi embrio kehidupan (hayati) sebagai rezeki. Dia yang menundukkan kapal-kapal yang berlayar di lautan untuk-mu. Dan Dia yang menundukkan untuk-mu sungai-sungai yang mengalir. Dia yang menundukkan untuk-mu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. Dan Dia telah menundukkan malam dan siang untuk-mu." (Ibrahim:32-33).
Nama : Siska Nur Maulida
BalasHapusKelas : B
Jurusan : Diploma 3 Gizi
NIM : 241031059
Sebelum Tuhan menanyakan mengapa tidak beriman, terlebih dahulu Tuhan membentangkan ayat-ayat di langit, di bumi, di darat, di laut, di sungai, matahari, bulan, siang, malam. Semua atribut (ayat) Tuhan di atas adalah untuk manusia. Supaya manusia bersyukur, namun kebanyakan manusia menganiaya diri lagi durhaka kepada Tuhan. "Allah yang menciptakan langit dan bumi, menurunkan air hujan dari langit, dengan air hujan tersebut menjadi embrio kehidupan (hayati) sebagai rezeki. Dia yang menundukkan kapal-kapal yang berlayar di lautan untuk-mu. Dan Dia yang menundukkan untuk-mu sungai-sungai yang mengalir. Dia yang menundukkan untuk-mu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. Dan Dia telah menundukkan malam dan siang untuk-mu." (Ibrahim:32-33).
Jelas, kunci pembukaan pintu hati sama artinya membuka pintu petunjuk (hidayah). Kuncinya adalah iman, jujur, takwa. Kunci pembukaan pintu surga adalah rendah hati (tawadu'). Sedang penutup pintu-pintu langit adalah keingkaran, mendustakan ayat-ayat Allah. Penutup pintu-pintu surga adalah kesombongan (takabur). Metafora yang diumpama Alquran terdapat dalam kitab suci (Al-A'raf:40). "Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadap-nya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit untuk mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sehingga unta bisa masuk ke dalam lubang jarum. Demikian Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat."
Nama:vania efilina
BalasHapusKelas:B
Jurusan diploma 3 Gizi
Nim:241031053
Sebelum Tuhan menanyakan mengapa tidak beriman, terlebih dahulu Tuhan membentangkan ayat-ayat di langit, di bumi, di darat, di laut, di sungai, matahari, bulan, siang, malam. Semua atribut (ayat) Tuhan di atas adalah untuk manusia. Supaya manusia bersyukur, namun kebanyakan manusia menganiaya diri lagi durhaka kepada Tuhan. "Allah yang menciptakan langit dan bumi, menurunkan air hujan dari langit, dengan air hujan tersebut menjadi embrio kehidupan (hayati) sebagai rezeki. Dia yang menundukkan kapal-kapal yang berlayar di lautan untuk-mu. Dan Dia yang menundukkan untuk-mu sungai-sungai yang mengalir. Dia yang menundukkan untuk-mu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. Dan Dia telah menundukkan malam dan siang untuk-mu." (Ibrahim:32-33).
Nama: Mozza Trihapsari
BalasHapuskelas: B
Jurusan: Diploma 3 Gizi
Nim: 241031034
Sebelum Tuhan menanyakan mengapa tidak beriman, terlebih dahulu Tuhan membentangkan ayat-ayat di langit, di bumi, di darat, di laut, di sungai, matahari, bulan, siang, malam. Semua atribut (ayat) Tuhan di atas adalah untuk manusia. Supaya manusia bersyukur, namun kebanyakan manusia menganiaya diri lagi durhaka kepada Tuhan. "Allah yang menciptakan langit dan bumi, menurunkan air hujan dari langit, dengan air hujan tersebut menjadi embrio kehidupan (hayati) sebagai rezeki. Dia yang menundukkan kapal-kapal yang berlayar di lautan untuk-mu. Dan Dia yang menundukkan untuk-mu sungai-sungai yang mengalir. Dia yang menundukkan untuk-mu matahari dan bulan yang terus-menerus beredar. Dan Dia telah menundukkan malam dan siang untuk-mu." (Ibrahim:32-33).
Nama :Ghaida Muthmainah
BalasHapusKelas :B
Jurusan :Diploma 3 Gizi
NIM :241031019
"Beribadah-lah dengan ikhlas kepada Allah (tauhid). Jangan mempersekutukan-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung. Atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh." Alquran dapat memuliakan seseorang atau menghinakan. Alquran berfungsi sebagai dalil yang dapat membela seseorang di akhirat, atau menjerat seseorang dengan hukum yang dikandung-nya. Alquran bisa menjadi sahabat di alam kubur yang menghibur, atau menjadi musuh yang mencaci. Alquran dapat menjelma menjadi cahaya yang menerangi alam kubur, atau menjadi kegelapan yang meliputi. Alquran dapat menjadi pendekat menuju surga, atau menjadi pelancar menuju neraka. Sebab, dia adalah dalil bagi semua makhluk di langit dan di bumi. Ingat, setelah beriman (percaya) kepada Allah, lalu bertakwa. Jangan sampai dibatalkan dengan kedurhakaan. Seperti metafor yang Tuhan bentang: "Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92). Wallahu a'lam.
Nama : Seril
BalasHapusKelas : B
Jurusan : Diploma Tiga Gizi
Nim : 241031047
Metafora, atau istilah amsal (amtsal) dalam ilmu-ilmu Alquran berupa permisalan, perumpamaan.
Hakekat kehidupan di dunia adalah berhutang kepada Tuhan (Rabb), minimal sebagai titipan. fitrah bertuhan bersifat suci, merupakan inti roh yang ditiupkan Tuhan yaitu ruhul-qudus kepada semua manusia.
Hidayah, irsyadah Allah turun berulang kali, namun kebanyakan manusia tidak menyadari. Berdasarkan dalil (An-Nahl:102). "Katakan, ruhul-qudus dari Tuhan-mu senantiasa turun dengan kebenaran. Untuk meneguhkan hati orang-orang yang beriman (mukmin), sebagai petunjuk dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah-diri (muslim)."
Ingat, setelah beriman (percaya) kepada Allah, lalu bertakwa. Jangan sampai dibatalkan dengan kedurhakaan. Seperti metafor yang Tuhan bentang: "Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92). Wallahu a'lam.
Nama: Muhammad Nabil Syauqi
BalasHapusNim: 241031035
Prodi: D III Gizi, Kelas B
Visual orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, diibaratkan hari ini mereka membangun rumah laba-laba. Ditiup angin, rumah akan roboh dalam waktu sekejap. Artinya, kepercayaan, peribadatan, kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kesyirikan adalah kelemahan, bukan kekuatan. Bahkan, ditolak sebuah kepercayaan yang didasarkan atas syirik. Dibuang bila sebuah peribadatan bercampur syirik. Metafora yang diungkap kitab suci (Al-Haj:31). "Beribadah-lah dengan ikhlas kepada Allah (tauhid). Jangan mempersekutukan-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung. Atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh."
Nama: Lolasari
BalasHapusKelas: B
Jurusan: Diploma tiga gizi
Nim: 241031031
Menjalani kehidupan di dunia sederhana saja. Sederhana dalam arti, bila sekadar memenuhi kebutuhan telah dijamin Tuhan. Meniti, merangkak dan merayap kehidupan menjadi berat, jika masih menyandarkan kepada kesanggupan diri. Diri (ego) adalah sangat lemah. Selemah sarang laba-laba. Diri (ego) adalah rapuh, serapuh rumah laba-laba (inna auhanal buyut, labaitul 'ankabut), jika kamu mengetahuinya. Metafora yang diumpama tadi, sungguh memantapkan hati, memuaskan akal.
Visual orang-orang yang mempersekutukan Tuhan, diibaratkan hari ini mereka membangun rumah laba-laba. Ditiup angin, rumah akan roboh dalam waktu sekejap. Artinya, kepercayaan, peribadatan, kemasyarakatan yang dibangun atas dasar kesyirikan adalah kelemahan, bukan kekuatan. Bahkan, ditolak sebuah kepercayaan yang didasarkan atas syirik. Dibuang bila sebuah peribadatan bercampur syirik. Metafora yang diungkap kitab suci (Al-Haj:31). "Beribadah-lah dengan ikhlas kepada Allah (tauhid). Jangan mempersekutukan-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit, lalu disambar oleh burung. Atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh."
sofiana
BalasHapus241031049
D3 gizi
kelas B
Metafora dalam Alquran bukan sekadar hiasan retoris, melainkan alat untuk mendorong manusia berpikir, menyentuh hati, dan menggugah jiwa. Dengan menggunakan perumpamaan yang kuat, Alquran tidak hanya berbicara pada logika tetapi juga menggugah rasa spiritual yang dalam.
bahwa kehidupan di dunia hanyalah persinggahan, sebuah fase sebelum kita menuju kehidupan yang sesungguhnya di akhirat. Dia mengutip ayat-ayat Alquran untuk menggambarkan betapa hidup ini adalah tanggung jawab dan amanah dari Allah, serta segala yang kita nikmati di dunia merupakan titipan yang harus dikembalikan. Pengkhianatan terhadap amanah ini akan membawa manusia pada kerugian.
Nama: Jamil Nur Hanifa
BalasHapusKelas : B
Prodi : Diploma Tiga Gizi
Nim : 241031027
Namun dalam kenyataan, banyak manusia yang lalai setelah berada di muka bumi. Seakan mereka tidak pernah menyaksikan dan disaksikan. Metafora yang dikemukakan kitab suci, ibarat seseorang yang membongkar hasil tenunan yang sudah rapi. Maksudnya, membuang tauhid, mengundang syirik, untuk meraih halu kemenangan, karena terpikat dengan jumlah yang banyak. Mengusir taat, menyisir maksiat untuk tujuan rela dipekerjakan agar dipuji. Pepatah mengatakan, "biar tekor asal tersohor."
setelah beriman (percaya) kepada Allah, lalu bertakwa. Jangan sampai dibatalkan dengan kedurhakaan. Seperti metafor yang Tuhan bentang: "Dan jangan kamu seperti perbuatan perempuan mengurai benang yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi bercerai-berai." (An-Nahl:92). Wallahu a'lam.
Nama:Irma Ramadani
BalasHapusKelas:B
Jurusan:Dipolma tiga Gizi
Nim:241031025
Hakekat kehidupan di dunia adalah berhutang kepada Tuhan (Rabb), minimal sebagai titipan. Akad hutang (dain) harus dibayar, akad pinjaman (rahn) wajib dikembalikan. Siapa yang pernah berhutang, terhutang-lah dia. Berhutang guna pemenuhan ego (diri), dan peningkatan status kehidupan di lingkungan keluarga, sahabat, masyarakat. Atau, perilaku suka bergadai, sesuai perjanjian waktu akan dikembalikan