MERACIK BUMBU BERSAMA GURU
MERACIK BUMBU BERSAMA GURU
Oleh
Ma'ruf Zahran Sabran JTA
Meracik satu persatu item agama bersama kajian
guru, berkesimpulan agama masih dianggap kewajiban (beban). Artinya, ada yang diwajibkan dan ada yang
mewajibkan. Kapan Tuhan mewajibkan dan kapan Tuhan diwajibkan. Kewajiban
mengisyaratkan sifat takut dan harap. Harap surga, takut neraka. Harap pahala,
takut dosa. Lalu kemana Tuhan Allah yang sering disebut-sebut? Atau ibadah
dianggap kebutuhan, artinya ada yang dibutuhkan dan ada yang membutuhkan.
Kebutuhan mengandung makna Tuhan memerlukan sembah, dan hamba diperlukan
menyembah. Bila salat, puasa, zakat, haji, umrah, diartikan kenikmatan.
Maksudnya, ada yang menikmati dan ada yang dinikmati. Pola barter yang tidak
pantas disandangkan untuk-Nya. Berserah diri, lepaskan beban, seperti Muhammad
melepaskan dan memusnahkan materi (berhala).
Betapa tidak, sosok pribadi yang sangat
mengagumkan sampai tidak dapat dijelaskan kepribadian agung-nya, kecuali
sedikit. Kenapa gerangan, tidak berlebihan sekira Aisyah menyebut beliau:
"Wakana shallallahu 'alaihi wasallama khuluquhul Qur'an" (dan adalah
keadaan Rasulullah SAW akhlaknya
Alquran). Menunjukkan dipandang dari sudut manapun, baginda adalah mulia dan
menjadi kunci dari semua kepribadian terpuji.
Nabi diikuti oleh empat sahabat besar.
Keempatnya berwatak berbeda. Namun mereka satu di hati Nabi. Sebab, baginda
sangat perasa, dan bela rasa. Faktanya, kita mengenal Abu Bakar Ash-Shiddiq,
beliau adalah sosok pribadi pengkagum Muhammad bin Abdullah, walau tanpa bukti.
Belum baginda Nabi Muhammad SAW berkisah tentang perjalanan malam sampai ke
langit, terus menghadap Tuhan. Abu Bakar Ash-Shiddiq sudah membenarkan.
"Lebih dari pada itu-pun, aku membenarkan, jika keluar dari lisan
Muhammad." Kunci kepribadian Ash-Shiddiq adalah membenarkan Muhammad.
Ash-Shiddiq menjadi karakter utama-nya.
Abu Bakar, demikian pula Umar bin Khattab,
Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Ketiganya memiliki kepribadian yang
berbeda. Umar adalah tipe pemberani, tidak ada manusia yang ditakutinya. Sifat
Alqahhar sangat menyatu pada diri-Nya, menjadi kedirian esa. Atau, Qahhar
(kekuatan) Umar tidak berselisih lagi dengan yang lain, kecuali esa.
Sampai-sampai Iblis takut kepada Umar.
Usman bin Affan sangat pemalu. Ternyata, sifat
malu (alhaya') adalah induk keimanan. Alhaya' sanggup memantik menjadi orang
yang arif, teliti, sabar, syukur, ridha. Pada masanya, Alquran dibukukan
sehingga menjadi mushaf dengan gaya tulisan (rasam) usmani. Sedangkan sifat Ali
adalah pemuda berilmu dan ksatria. Sehingga tidak berlebihan, bila Rasulullah
SAW bersabda: "Ana madinatul 'ilmi, wa 'Aliyyun babuha" (aku adalah
kota ilmu, dan Ali adalah pintunya).
Lebih dari itu semua, Rasul sangat memikirkan
umat, sampai beliau lupa memikirkan diri sendiri. Masalah umat, terbawa di
dalam jaga, dan terbawa ketika tidur. Menginginkan umat selamat dunia dan
akhirat. Sehingga terkesan beliau tidak sabar untuk mengajak semua umat
memasuki pintu kedamaian, keselamatan. Banyak ayat dalam Alquran yang menegur
Nabi Muhammad tentang batas kewenangan beliau dalam penyelamatan, hidayah dan
irsyadah. Bersabarlah engkau (Muhammad) terhadap ucapan orang-orang yang
ingkar. Jangan engkau (Muhammad) bersedih dari ucapan mereka, Kami mengetahui
apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan. Jangan sesak dadamu
terhadap rencana jahat mereka. Dan masih banyak lagi, ayat-ayat yang membujuk
Nabi supaya bersabar.
Mengapa demikian, Nabi Muhammad menanggung
semua beban umat. Mengapa beliau mau, sebab beliau tercipta separuh dari Nur
Muhammad. Separuh lagi dibersihkan, disucikan hati beliau dengan dua kali
operasi. Membuang sifat buruk, dan watak jahat. Diisi dengan iman, ilmu, hilim,
hikmah.Tembus cahayanya kepada semua umat, tembus cahayanya kepada Tuhan
sebagai fungsi utusan resmi dari Tuhan, dan penyampai doa dan hajat umat kepada
Rab.
Batas kewenangan Nabi Muhammad adalah
menyampaikan risalah dengan jelas (balaghul-mubin). Tuhan ingatkan: Muhammad,
engkau bukan seorang pemaksa (wa ma anta 'alaihim bijabbar). Penganugerahan
petunjuk, semata-mata dari Allah. Siapa yang diberi petunjuk, maka tidak ada
yang sanggup menyesatkan. Dan siapa yang disesatkan, sungguh dia tidak memiliki
seorang penolong-pembimbing. Betapa kuat sifat Allah Al-Jabbar (pemaksa),
Al-Qahhar (perkasa). Tanpa ada seorangpun yang sanggup mendikte Dia, walau
Muhammad sekalipun. Betapa kokoh Dia (Al-Matin) yang tak tergoyahkan, hatta
oleh Muhammad. Betapa mulia karena kemurahan-Nya yang tiada berbatas
(Al-Karim).
Mengutip wejangan guru tentang mencintai Allah
dan Rasul-Nya (Nabi Muhammad SAW) harus diatas segala cinta. "Tidak
beriman seseorang diantara kamu, sehingga aku (Rasulullah) lebih dicintainya
dari pada hartanya, kedua orang tuanya dan seluruh manusia." (Hadis
Riwayat Muslim). Bahkan dari pada dirinya sendiri. Mungkinkah mencintai
Rasulullah yang tidak dikenal? Ternyata, titisan Nur Muhammad Rasulullah
terdapat pada setiap diri, lebih dekat. Rasulullah didalam diri, bukan diluar
diri. Berdasarkan firman Tuhan: "Dan ketahuilah oleh kamu semua, sungguh
yang ada didalam diri-mu adalah Rasulullah." (Alhujurat:7).
Maka, hakekat mencintai diri tulus adalah
mencintai Rasulullah. Hakekat mencintai harta, keluarga, orang tua, guru adalah
mencintai Rasulullah. Maksudnya Nur Rasulullah yang ada pada setiap kehidupan
yang meliputi, memehuhi luar dan dalam diri. Keadaan yang selalu bersama dan
tidak terpisahkan.
Sebab, Rasulullah dibangkitkan dari dalam diri
masing-masing alam, dan bagian dari mereka, kaumnya (ba'atsa fil ummiyyina
rasulam-minhum). Rasul (utusan) diri bertugas sebagai selalu membacakan kepada
mereka ayat-ayatNya (yatlu 'alaihim ayatihi). Rasul (utusan) yang menyucikan
jiwa mereka (wayuzakkihim). Rasul (utusan) yang mengajarkan kepada mereka
Alkitab (Alquran) dan hikmah (sunnah). Sungguh keadaan mereka dahulu berada
dalam kesesatan yang nyata (buka Aljumu'ah ayat 2).
Apa yang dibawa dan dititipkan oleh Rasulullah
kedalam setiap diri. Rasulullah (utusan Allah) membawa keimanan dan keislaman.
Keimanan adalah percaya, percaya merupakan syarat pertama cinta. Cinta adalah
saling percaya, bukan curiga. Sebab itu, cinta kepada Tuhan adalah sebab
(faktor) saling memercayai. Ketika sudah saling memercayai, niscaya hilang status Tuhan dan status hamba. Beda Tuhan dan
hamba merupakan entitas perbedaan aktual (diferensial). Diferensial adalah
entitas keterbelahan, keterangan, keterpisahan, keterjauhan. Sehingga harus diseru, karena
entitas yang sangat jauh.
Agama cinta adalah ketulusan beriman kepada
Allah dan Rasulullah tanpa curiga kepada keduanya. Bukan-kah Nur Muhammad sudah
dibangkitkan (ba'atsa) sebelum alam ini maujud. Cahaya (nuriyah, nora) Muhammad
yang menampakkan semua yang tidak tampak, melahirkan semua yang lahir (kullu
maulud yuladu 'alal fitrah). Fitrah (kehidupan semula jadi) merupakan nama lain
dari nuriyah. Nuriyah pasti terhubung dengan Ahadiyah. Artinya, nuriyah
mengambil konsep atau jalan spiritualitas. Nuriyah ketika menampakkan
(Arab:dzahir) diri adalah diri sifatul 'ulya (sifat yang tinggi), asmaul husna
(nama yang indah), af'alul khaira (perbuatan yang baik), dzatul haqqa (zat yang
benar). Lalu, siapa yang empat ini, itu Nur (nora) Muhammad. Rasulullah,
shifatullah, haqqullah, dzatullah, mukhtarullah, habibullah.
Agama damai menjadi inti penyerahan diri,
total masuk (entry totally) ke dalam Tuhan. Meski, apapun istilah turunan
katanya (derivative) seperti kebaikan (ihsan), damai (islam), koheren dengan
lingkungan (ma'ruf), kebaikan universal (khaira), kemurnian (ikhlas),
kemurahan, belas-asih (sakha'), kelapangan (samhah), kemudahan (sahlah),
keluasan (wasi'ah). Mengusung nilai-nilai kebersamaan dalam wadah bumi yang
satu adalah tugas dan tanggung-jawab kolektif. Dan Kami tidak akan mengutus
engkau (Muhammad), kecuali untuk seluruh manusia (wama arsalnaka illa
kaffatal-linnas).
Tugas agama adalah membuang beban di pundak
kaum beriman. Dengan catatan, terlebih dahulu masuk ke dalam rumah keselamatan
tanpa protes. Sebab sudah memercayai Tuhan dan Rasul-Nya, Alwakil. Namun,
sebelum masuk ke dalam keselamatan, pasti ada jalan-jalan lain berupa langkah
demi langkah syaitan yang jangan dituruti. Sebab, dia (syaitan) bagimu adalah
musuh yang nyata (buka Albaqarah ayat 208).
Problem hari ini, banyak umat belum beragama,
banyak umat belum masuk ke dalam keselamatan Tuhan, sekadar baru di luar dan
hanya pengakuan. Namun tidak diakui oleh sang pemilik agama yang esa (maliki
yaumid-din). Agama sebatas menjadi formal-ritual saja. Tidak menembus ke relung
hati, hanya kering di kulit ari. Menjadi keringat, berbau lalu pergi dan
hilang. Fenomena beragama hari ini, kitab suci Alquran dibaca, dilagukan tidak
menyentuh rasa, habis diujung mulut saja. Baik yang membaca maupun mendengar
sama-sama mendapat kutukan. Bukan semakin dekat dengan Tuhan, melainkan semakin
jauh (illa bu'da). Simpulan racikan, tuluslah dalam menuhankan Ahad yang tiada
berbilang. Esa, esa yang menyembah dan disembah. Tiada lagi berbayang, tiada
kembar, tiada bersekutu dengan apapun. Al-insanu sirriy, wa ana sirruhu
(manusia adalah rahasia-Ku, dan Aku adalah rahasia-nya). Lillahita'ala.
Komentar
Posting Komentar