METAMORFOSIS NIAT DAN QIYAM KETIKA SALAT
METAMORFOSIS NIAT DAN QIYAM KETIKA SALAT
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Nabi agung, Rasulullah Muhammad Saw menghimpun
semua atribut para utusan Tuhan. Beliau sayyidi yang awal, dan sayyidi yang
akhir. Termasuk kitab suci Alquran merupakan kumpulan (qara-a, yaqra-u, maqra')
dari kitab-kitab terdahulu. Kitab suci Taurat kepada Nabi Musa, Zabur kepada
Nabi Daud, Injil kepada Nabi Isa putera tunggal Maryam binti Imran. Terangkum
juga dalam salat lima waktu bagi umat beriman sekarang ini. Dahulu, salat subuh
didirikan oleh Nabi Adam, salat zuhur didirikan oleh Nabi Musa, salat Asar
didirikan oleh Nabi Zakaria dan Yahya, salat magrib didirikan oleh Nabi Isa
putera tunggal Maryam, salat Isya didirikan oleh Nabi Ibrahim beserta seluruh
umat pada zaman mereka. Nabi Muhammad Saw menghimpun semua salat tersebut
menjadi salat maktubah (wajib).
Paling tidak terdapat tujuh dampak perbuatan,
perkataan dan hati yang hadir di dalam salat. Bila dihayati dan diamalkan
dengan benar dan tulus, maka akan menghasilkan evolusi perubahan mencapai
metamorfosis manusia takwa. Memang, semua ibadah bertujuan ketercapaian takwa.
Tujuh dampak salat (atsarush-shalah) yang dimaksud dalam kajian artikel ini
adalah kerjasama hati yang bersimultan antara ketika saat salat, dan ketika di
luar salat. Dampak niat (atsarun-niyat), dampak berdiri (atsarul-qiyam), dampak
ruku' (atsarur-ruku'), dampak i'tidal (atsarul-i'tidal), dampak sujud
(atsarus-sujud), dampak tahiyat (atsarut-tahiyyat), dampak salam
(atsarus-salam). Perlu diingat, perubahan kebaikan bersumber dari diri yang wujud
di dalam (inner), bukan dari aspek yang di luar diri (outer). Artinya,
bagaimanapun hebatnya pembelajaran nasehat, jika diri sendiri tidak mau
berubah, niscaya perubahan dari hasil belajar tidak pernah diperoleh.
Maksudnya, guru sejati adalah diri sendiri. Demikian pula pasien yang berobat
ke dokter, betapa bagusnya obat yang diresepkan, bila pasien tidak mau merubah
kehidupan menjadi lebih tenang, maka tensi jantung tidak pernah normal.
Maksudnya, jadilah dokter sejati yang ada di dalam diri, untuk mengobati diri.
Jangan banyak mengkritik diri, orang lain dan lingkungan.
1. Dampak niat (atsarun-niyyah).
Dalam kajian tasawuf, niat adalah amaliah
batin (qasad) sebelum gerak lahir. Niat memberi bobot amaliah lahir seseorang.
Baik dalam meraih keutamaan (fadilah) maupun ganjaran rahmat (tsawabah).
Seperti, seseorang yang berdiam diri sejenak di masjid dengan niat i'tikaf
dengan yang tidak berniat i'tikaf, sangat jauh perbedaan nilai kedua hamba di
mata Allah Swt. Betapa penting niat, sehingga dengan sengaja, niat diletakkan
di awal. Bahkan, wajib niat sebelum beramal. Terutama, niat puasa wajib di
bulan Ramadan, niat salat wajib, niat zakat mal dan zakat fitrah, serta niat
berhaji. Kadang, niat orang mukmin lebih baik daripada amalnya. Sebab, niat
ucapan rahasia hati yang terjaga dari godaan iblis dan persekutuannya. Niat
ikhlas tidak sanggup dicatat malaikat, niat berada pada zona sangat rahasia.
Karena rasa hamba dengan Tuhan, tidak dapat dideteksi oleh radar malaikat.
Niat wajib ikhlas karena Allah, ikhlas tanpa
pamrih surga, ikhlas tanpa mengingini pahala. Ikhlas karena Allah juga bukan
karena takut neraka. Sebab, bila neraca surga disamakan dengan untung. Dan, bila neraca rugi adalah neraka.
Implikasinya, seseorang beribadah bermotivasi upah serta tidak mau rugi. Ukuran
ini sangat material, bukan spiritual.
Niat bermakna tujuan hati dari Allah sebagai
karunia-Nya (minallah minnah, minnah minallah), dan kepada Allah (ilallah).
Zikir Allahu Allah adalah sebaik-baik zikir. Berbicara tentang ikhlas, tidak
semudah yang dipraktikkan. Karena dia berdimensi tiga waktu, sebelum, sedang,
dan setelah amal.
Ikhlas qablal 'amal, ikhlas 'indal 'amal,
ikhlas ba'dal 'amal. Memang, sulit untuk berlaku ikhlas, apalagi didalam salat.
Minimal, waktu takbiratul-ihram wajib mengingat kebesaran Allah Swt, dan
melupakan yang lain (semua makhluk adalah kecil).
2. Dampak berdiri (atsarul-qiyam).
Esensi berdiri tegak dalam salat (qiyam)
adalah Tuhan yang sebenarnya. Hakikat yang lurus berdiri adalah Dia. Dia lebur
menjadi Engkau. Engkau lebur menjadi Aku (Allah). Tiada lagi diri majazi yang
lemah ini (kaunuhu mayyit). Tiada daya dan upaya diri, kecuali Allah, Tuhan
yang sejati, bukan Tuhan imajinasi. Oleh karena itu, kita dilarang menyembah
nama, tetapi harus menyembah yang punya nama. Dia yang berdiri sendiri
(qiyamuhu binafsih), niscaya Dia memberi kekuatan kepada hamba-Nya yang
bertakwa untuk istikamah dalam prinsip-prinsip iman (liyutsabbita bihil aqdam).
Contoh, tujuh pemuda yang Allah Swt kuatkan pendirian iman keesaan mereka
kepada-Nya, walau dihadang ujian. Kitab suci menyebut mereka, ashabulkahfi
(penghuni gua).
Perkiraan tahun 200 Masehi, peristiwa tujuh
pemuda gua yang bernama Tamlikha, Magdalena, Paris Tatiyunis, Sariyulis,
Yulianis, Martunis, Bartholomeus (Barnabas), kejadian ini penting untuk
dicermati. Mereka menolak perintah Raja Diqyanus yang berkuasa pada kerajaan
Romawi untuk menyembah berhala. Situs sejarah ashabulkahfi sebagian mengatakan
di Asia Kecil, kota Efesus yang sekarang masuk wilayah Turki. Sebagian
sejarawan mengatakan di Yordania. Mereka adalah umat Nabi Isa putera tunggal
Maryam yang beriman kepada Tuhan yang maha esa, mendirikan salat, berpuasa dan
berzakat. Konsistensi qiyam (kedirian) mereka dalam salat, berdampak pada
ketegasan prinsip mereka ketika berdiri dihadapan penguasa yang aniaya.
Perkataan dan perbuatan tubuh yang benar,
berbanding lurus dengan niat hati yang tulus. Sehingga ikatan juang (ribath)
wilayah batas penjagaan yang sama kuat. Kekuatan ucapan dan kebenaran niat.
Sehingga disabdakan oleh sang mulia, Nabi Muhammad Saw: "Sungguh hanyalah
amal bergantung kepada niat." (Riwayat Bukhari dan Muslim). Tegaknya kaki
mereka karena menolong, membela risalah tauhid (esa), tauhidiyah (keesaan), dan
kenabian Isa putera tunggal Maryam. Seperti yang sudah Tuhan kalamkan tentang
keteguhan hati hawariyyun (pengikut setia Isa): "Wahai orang-orang yang
beriman! Jadilah kamu penolong agama Allah. Sebagaimana Isa anak laki-laki
Maryam berkata kepada hawariyyun: Siapakah yang akan menjadi penolong agama
Allah? Hawariyyun (para pengikut setia Isa) menjawab: Kamilah penolong-penolong
agama Allah. Lalu, segolongan dari Bani Israel ada yang beriman, dan segolongan
yang lain menjadi kafir (ingkar). Niscaya Kami berikan kekuatan kepada
orang-orang yang beriman, untuk mengatasi (mengalahkan) musuh-musuh mereka,
sehingga mereka (kaum beriman) menjadi pemenang." (Assaf: 14). Otomatis,
siapa yang berdiri tegak diatas pondasi tauhid, membela Allah Swt. Pasti meraih
kemenangan yang gilang-gemilang. Tidak percuma, bagi siapa saja yang berdiri,
berjuang di jalan-Nya yang lurus (Muhammad: 7). "Hai orang-orang yang
beriman! Jika kamu menolong agama Allah, pasti Dia akan menolong-mu, dan
meneguhkan tapak pendirian (prinsip) kedudukan iman-mu." Poin-poin penting
yang wajib diimani, dalam rangka membela iman-tauhid.
Allah Swt memuji orang-orang yang berjuang di
jalan-Nya, lagi berserah diri kepada-Nya (muslimin). Berkhidmat (berbakti)
kepada-Nya melalui manhaji dakwah ilallah, menjadikan lisannya sebagai corong
agama Allah. Lisan da'i ilallah sebagai tombak pelajaran (dharaba, yadhribu,
dharban) untuk dipetik hikmah bagi kaum beriman yang ingin memetik hikmah. Dan
lisan da'i ilallah menjadi pukulan telak bagi kaum yang ingkar kepada Allah
Swt. Dengan kata lain, lisan da'i ilallah dapat menginspirasi kaum muslimun,
sekaligus dapat mengintimidasi kaum jahilun. Rekomendasi naskah ketuhanan menyatakan:
"Dan siapakah yang lebih baik perkataan-nya, daripada orang yang berdakwah
(menyeru) umat manusia ke jalan Allah. Sedang mereka (da'i/da'iyah) mengerjakan
kebaikan, seraya berkalam: sungguh, aku termasuk orang-orang yang berserah diri
(muslimin)." (Fussilat: 33).
Qiyam (berdiri tegak ketika salat) adalah
rukun fi'li (perbuatan) yang mengandung ketetapan rukun qauli (bacaan), dan
kelurusan rukun qalbi (hati). Tubuh berdiri tegak lurus, lisan mengucap
iftitah, lisan membaca surah AlFatihah, dan membaca surah Alquran. Sekaligus
hati membenarkan semua itu! Dampaknya, selalu tegak bersama Tuhan (qiyamullah)
sebagai metamorfosis akumulatif dari keseluruhan yang akan indah pada waktunya.
Berproses, namun bermutu sudah berada di tempat yang lurus (mustaqim). The
real, sudah Tuhan persaksikan tentang kedirian Maryam, Masyitah, Asiyah binti
Muzahim, dan Ashabulkahfi dalam firman: "Dan Kami teguhkan hati mereka
(pemuda gua), ketika berdiri. Lalu mereka berkata (kepada Raja Diqyanus Roma):
Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi! Kami tidak memohon, kecuali kepada
Dia! Sungguh, jika kami berbuat seperti kamu (penyembah berhala), maka kami
telah mengucapkan ucapan yang mengandung kesesatan belaka." (Alkahfi: 14).
Demikian dua atsar (pengaruh) salat dari segi
niat dan qiyam, mampu memayungi perjalanan hidup insan beriman sampai terhenti
pada putusan ajal. Dua rangka ini, sangat memengaruhi kehidupan manusia di
dunia dan akhirat. Artikel ini akan berlanjut dengan literasi hikmah rukuk,
i'tidal, sujud, duduk (tahiyat), salam. Tetap menyemangati bersama kami, dalam
rilis tulisan berikut. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar