METAMORFOSIS RUKUK DAN I'TIDAL DALAM SALAT

 

METAMORFOSIS RUKUK DAN I'TIDAL DALAM SALAT

Oleh

Ma’ruf Zahran Sabran

Dalam satu rakaat salat terdapat tujuh kali takbir. Takbir selain sebagai tanda perintah (komando) pergantian gerakan yang dimaknai rukun fi'liyah dalam fikhi. Juga secara tasawufi dapat dimaknai tujuh kali takbir yang terdapat dalam satu gerakan salat ialah membuka 70.000 (tujuh puluh ribu) lapisan hijab. Hijab (dinding) yang memisahkan hamba dengan Tuhan. Hijab dunia dan akhirat, hijab baik dan buruk, hijab takdir, hijab asma' dan sifat. Artinya, ketika ditenggelamkan kalimat takbir ke dalam hati, jiwa, roh, maka hancurkan seluruh nama dan sifat makhluk di langit dan di bumi. Tiada yang berhak untuk disembah kecuali Allah. Sebab, selain Allah Swt adalah tuhan-tuhan semu. Tiada yang berhak untuk dibesarkan, melainkan Allah. Hancurkan tuhan-tuhan palsu yang selama ini bercokol di dalam hati. Tiada yang berhak untuk ditakuti, kecuali Allah. Sebab, selain Dia ialah lemah tiada berdaya, miskin tiada kaya. Siapa pemilik alam semesta beserta isinya? Tentu, mereka menjawab Allah, lalu mengapa mereka tidak bertakwa?

Sehubungan literasi metamorfosis salat yang berkelanjutan, untuk kesekian kalinya akan dibahas dampak (hikmah) rukuk dan i'tidal dalam salat.

1. Dampak rukuk (atsarur-ruku').

Pengertian rukuk adalah posisi badan membungkuk sampai 90 derajat. Sehingga pangkal punggung sama rata dengan ujung pinggang. Rukuk menanda bagi simbol kerundukan, bukti kepasrahan, esensi keruntuhan dan kematian. Disamping itu, rukuk mencirikan upaya diri membesarkan Tuhan, sampai pada titik nadir. Titik kosong yang tidak sanggup lagi membesarkan Dia. Kecuali rukuk ialah gerakan kehinaan hamba, sembari berbisik: "subhana rabiyal adhimi wabihamdih" (segala puji, Tuhan yang maha agung, dan puji-pujian hanya untuk-Nya). Refleksinya, rasakan betapa tenang jiwa. Jiwa yang selama ini, galau di lautan jasmani, sungguh saat rukuk, jiwa menemukan tempat berlabuh yang pasti. Seakan separuh masalah terselesaikan ketika tubuh merunduk di hadapan sang Tuhan yang maha mendengar, maha melihat. "Jangan ceritakan masalah kesulitan hidupmu kepada makhluk. Sebab, mereka banyak masalah dan belum tentu sanggup menuntaskan masalahmu. Ceritakan masalah hidup dan matimu, kepada Allah. Dia menyimpan rahasiamu, dan menyelesaikan masalahmu." (Ibnu Athaillah).

Tuhan Allah Swt sangat terkenal lembut dalam pelayanan (Allathif), sehingga Dia masukkan manusia ke dalam Islam secara rahasia. Kelembutan adalah rahasia Tuhan saat Dia memelihara hamba-Nya. Merunduk sajalah dihadirat-Nya dengan penuh kepasrahan (rukuk). Rukuk bila dihayati akan dapat membakar rasa sombong, sampai rasa sombong menjadi hangus. Rukuk sanggup membuang arti harga diri. Kebesaran pangkat dan jabatan duniawi ialah semu (pseudonim). Pemilik harga diri hanya Allah Swt yang maha mutlak (Alhaq). Memosisikan diri hina, rendah, merupakan jalur tercepat menuju Allah yang maha mulia, dan mendekat kepada-Nya yang maha tinggi. "Benamkanlah dirimu pada bumi kerendahan, sehingga tidak ada lagi yang lebih rendah di dunia ini, kecuali dirimu." (Ibnu Athaillah).

Jadi, berpasrah diri ketika rukuk, separuh dari ketundukan ego. Sempurnakan lagi separuhnya dengan sujud, sehingga ego tidak lagi mulia dan agung. Rukuk juga mampu meningkatkan spiritualitas, mengikis kesombongan. Rukuk melahirkan kesadaran bertuhankan Allah Swt yang esa. Rukuk memantik perasaan dekat dengan sumber kedamaian. Rukuk mengunjungi Tuhan yang maha mulia, sehingga terjalin komunikasi harmonis dengan sang maha wujud. Di posisi rukuk, berbisik dengan lembut sebagai hamba: "subhana rabiyal adhimi wabihamdih" (maha hebat Tuhanku, yang maha mulia, dan segala puji-puja untuk-Nya).

2. Dampak i'tidal (atsarul-i'tidal).

Pengaruh, dampak i'tidal (atsarul-i'tidal) banyak memiliki hikmah. Diantaranya, mengembalikan tubuh ke posisi tegak lurus, posisi semula. Menandakan kehidupan perlu dijalani dengan keseimbangan, antara Muhammad ruhi dan Muhammad jasadi. Seimbang dan keserasian merupakan tatanan alam semesta yang harmoni. Rukuk disempurnakan dengan i'tidal, i'tidal mengambil posisi neraca netral. Maksudnya, keseimbangan duniawi dan ukhrawi. Hikmah lainnya ialah melatih pengendalian diri (ego), menghilangkan kelelahan, memperkuat hubungan dengan Tuhan, dan mengandung nilai rohani, jangan terpengaruh dengan kehidupan dunia. Bacaan rohaniahnya yaitu: "samiallahu liman hamidah" (Allah mendengar siapa-siapa yang memuji-Nya). Rabbana lakalhamdu (Tuhan kami, hanya untuk-Mu segala puji). Wallahua'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TIPUAN PAHALA DAN DOSA CIRI AKHIR ZAMAN

CIPTAKAN TATA DUNIA DAMAI

KULIAH AGAMA - KETUHANAN YME DAN FILSAFAT KETUHANAN