RAMADAN AIR MATA PENCINTA ALQURAN TERTUMPAH
RAMADAN AIR MATA PENCINTA ALQURAN TERTUMPAH
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Ramadan sangat spesial, terutama bagi pencinta
Alquran. Mereka telah merasakan getaran (vibration) ayat-ayat Tuhan, membuncah
di hati dan bergelombang di kulit orang-orang beriman. Bagi yang telah
menemukan puncak spiritual (spiritual climax), didapati kecocokan antara
situasi hati dengan ayat yang sedang dibaca. Membaca mengisyarat kepada
pemahaman. Pemahaman mengisyarat kepada penghayatan. Penghayatan (contemplation)
menuju kepada pengamalan ('amaliyah) karena perubahan diri, ketika diri telah
habis bersama Allah SWT (ma'iyyatullah).
Mulai masuk pada labirin-labirin kolom
Alquran, terasa petunjuk (hidayah) yang menusuk ke dalam hati, namun bersifat
lembut. Lebih lembut daripada embun yang menetes di waktu fajar. Begitu pula
saat membaca ancaman siksa, terasa isi hati terkelupas putus dari raga. Tanpa
diundang, air mata tercurah, tertumpah.
Tidak sekedar tafsiri dan takwili, rungkat
sampai ke zauqi (rasa) kalamNya. Rasa kalam merupakan ungkapan spiritualitas
diri, sifatnya sangat subjektif dan individual. Meski demikian, kisah kasih
cinta, dapat dikisahkan, dan dikasihkan. Dari yang sedikit, bisa dibagi. Dari
yang sedikit, bisa berkali-kali terbit kebaikan (jariyah). Berkat kisah yang
penuh kasih.
Membaca ayat-ayat tentang kasih sayang
(ayaturrahmah), bisa menggetarkan batang tubuh, air mata menitik haru, hingga
ke kalbu. Tentu, penghayatan rahasia (sir) beragama membongkar ruang-ruang
Alquran. Karena, tafsiri dan takwili kitab suci berlapis-lapis,
bertingkat-tingkat. Disini, penting pemahaman Alquran tidak boleh terhenti.
Dari generasi ke generasi, generasi boomer, generasi x, generasi y (milenial),
generasi z, dan alpha. Sesungguhnya, simpanan kekayaan Alquran ibarat hutan
belantara yang belum dirimba. Baru lima persen, masih terdapat sembilan puluh
lima persen, wilayah Alquran yang belum dijamah oleh manusia. Masih banyak
terdapat misteri disebalik kitab suci. Dia melampaui zamannya. Sebab dia
diturunkan untuk umat manusia sampai akhir waktu (the final day).
Ketika tersampai pembacaan di ayat-ayat cinta,
Tuhan membuat pembaca kitab, menangis tersedu-sedu. Betapa jiwa tersanjung
diharibaan pelukan kasih dan dekapan sayang-Nya. Meski tidak diundang, air mata
hamba menetes deras.
Terhenti pada ayat-ayat siksa dan murka-Nya
(ayatul-'adzab), air mata pembaca kitab suci juga terjun deras. Bedanya, air
mata pertama ialah kegembiraan yang sangat membahagiakan hati. Termulia hati
mukmin, karena penerimaan yang tulus dari-Nya. Air mata kedua ialah ketakutan,
kengerian, akan ancaman siksa neraka. Api Allah (narullah) menyulut hingga ke
ulu hati. Semuanya bertolak dari pangkalan spirit Alquran di bulan Ramadan.
"A month of spiritual reflection and tears for Quran reciters." Jangan
lewatkan kesempatan terbatas ini. "Limited time offer (LTO).
Mengapa Ramadan jangan sampai dilewati tanpa
diisi dengan doa permohonan maaf lahir batin, sebagaimana yang sudah diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW. "Allahumma innaka 'afuwwun karim. Tuhibbul 'afwa
fa'fu 'anniy." Terjemahan: Ya Allah, sungguh Engkau pemaaf lagi pemurah.
Engkau mencintai kemaafan, maafkan aku. (Sepakat Ahli Hadis). Benar, jika
Ramadan tiba sebagai bulan ampunan, maka merugilah bila dosa-dosa tidak
diampuni. Disarikan dari sabda beliau, kerugian orang yang menyaksikan jemputan
Ramadan, namun abai terhadap anugerah yang terbuka lebar. Dimana selama
Ramadan, pintu kasih, sayang, ampunan, pelepasan siksa kubur dan penghindaran
dari siksa neraka terbuka setiap detik-detik bulan ini. Sahabat Abu Hurairah
meriwayatkan sabda Rasulullah Muhammad SAW: "Siapa yang berpuasa Ramadan
karena iman dan menjaga esensi puasa. Pasti diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (Riwayat Bukhari Muslim).
Seterusnya, ayahanda dan bunda juga area
pengampunan, saat berbakti kepada keduanya (zone of forgiveness). Berdasarkan
sabda Nabi Muhammad SAW: "Rida Allah, tergantung kepada keridaan kedua
orang tua. Dan murka Allah, tergantung kepada kemurkaan kedua orang tua."
(Riwayat Muslim). Merugilah seorang anak, ketika orang tua masih hidup, si-anak
belum sempat berbakti. Dan, merugilah umat, yang ketika disebut nama Nabinya,
Muhammad SAW, sedang umat tidak mau menyahut dengan jemputan selawat. Tiga
kerugian besar dalam kehidupan, bila diabaikan. Tiga momen penting, Ramadan,
orang tua, dan selawat.
Jadi, Ramadan mulia dengan kemuliaan Alquran.
Sehingga, mudahan tadarrus Alquran sanggup membuka pintu hati yang berkarat
dosa. Tadabbur Alquran yang mampu mengundang keimanan dan ketulusan ibadah.
Untuk mengingat-Nya, dan mematuhi kebenaran wahyu yang diwahyukan. Sudah tiba
Ramadan, air mata hati kekasih Tuhan tertumpah, tercurah. Hati yang basah,
lebih mudah menyambut hidayah, daripada hati yang kering. Hati yang lembut,
lebih cepat menerima nasehat, daripada hati yang keras. Sekering apapun hati
manusia, niscaya mampu dibasahi oleh ayat-ayat suci. Sekeras apapun hati,
sanggup dilembutkan oleh kalamNya, sang pelembut. Kecuali, hati yang sombong
(takabbur). Tujuan literasi ini dibentangkan dalam rangka membangkitkan kembali
semangat mencintai Alquran. Mungkin selama ini, telah lama terkubur.
Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar