PASCARAMADAN: AMAL APA YANG MASIH TERTINGGAL?
PASCARAMADAN: AMAL APA YANG MASIH TERTINGGAL?
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Memberi makan saat sahur dan berbuka. Atau
tangisan takut kepada Allah SWT saat kesendirian, mendawamkan tilawah Alquran
beserta kajian. Ketiga amal ini, tidak bisa dikerjakan oleh malaikat. Karena,
malaikat sudah dirancang, telah diformat oleh Allah sebagai makhluk tanpa
napsu. Manusia bisa tadarrus dan
tadabbur kitab suci Alquran. Malaikat
tidak bisa, itulah sebabnya, mengapa malaikat sering turun ke bumi. Guna
mendengar kajian tentang ketuhanan. Demikian, perbedaan antara manusia dengan
malaikat. Manusia memiliki kebebasan beribadah. Bahkan kemerdekaan untuk
memilih beriman, atau tidak beriman. Sebab, Tuhan ingin disembah secara tulus,
bukan berpura-pura sembah, kamuflase taat. Atau taat yang membonceng pahala dan
ketakutan kepada neraka. Perbedaan dengan malaikat yang tanpa pilihan bebas
(terikat). Maka, ibadah mereka sudah dirancang-bangun. Diantaranya, mereka
mendirikan salat, berzikir memuji dan menyucikan Allah. Dan kami (para
malaikat) bertasbih memuji dan
memahasucikan Engkau (wanahnu nusabbihu bihamdika wa nuqaddisulaka). Sedang
manusia, kerja mereka adalah merusak alam dan menumpahkan darah. Tuhan tidak
ingin menjadikan format malaikat seperti manusia. Atau memformat manusia
menjadi malaikat.
Malaikat tidak mengenal ibadah zakat, sedekah,
infak, dan puasa. Menimbang, tujuan zakat untuk menekan napsu tamak, serakah,
menguasai aset secara aniaya (zalim). Sifat (karakter) buruk ini, banyak
dimiliki manusia, tidak dimiliki malaikat. Sebab, malaikat adalah makhluk
cahaya, yang tidak mungkin korupsi. Lalu, ajaran sedekah hanya terdapat pada
diri manusia. Sedekah adalah amal yang paling indah untuk sampai kepada Allah SWT.
Malaikat menyaksikan kedahsyatan amal sedekah. Tetapi malaikat tidak mampu
melakukannya. Untuk menyaksikan perilaku orang baik, orang dermawan yang
bermurah hati, turun malaikat pada malam yang ditentukan. Hampir kosong langit
dari malaikat, kecuali mereka yang mendapat tugas. Turun ke bumi untuk
menyaksikan manusia yang berhati mulia, dengan cara bersedekah. Itulah tujuan
pertama, malaikat ingin menyaksikan hamba Tuhan bersedekah di malam dan siang
Ramadan.
Kedua, malaikat ingin menyaksikan bahkan
merindukan suara dan tangisan para pendosa yang mengucur deras dari kedua mata
mereka. Sebab, manusia adalah tempat salah dan lupa (al-insanu mahallul khatha'
wannis-yan). Sementara malaikat adalah makhluk cahaya yang tidak pernah
melakukan dosa. Makhluk yang tidak pernah berdosa, pernahkah merasakan siksa
akibat dosa yang dilakukan sendiri? Hukuman para pendosa, takut akan siksa
Allah SWT Aljabbar, Alqahhar. Memantik tangisan yang berlinang basah. Tangisan
yang bersumber dikedua pelupuk mata mereka. Air mata itu, bersumber dari hati
yang bening. Malaikat tidak memiliki unsur hati yang terdiri atas air, api,
angin, tanah. Keempat unsur (anasir) pembentuk alam jasad (Adam dan
keturunannya). Dan, dengan adanya keempat unsur materi fisik. Lengkap, menjadi
pembentuk utama Adam. Sehingga sanggup menampung, atau menjadi wadah (tempat)
cahaya (nur) Muhammad berkreasi. Misal, telinga yang bercahaya (sam'i nura),
mata yang bercahaya (bashari nura), hati yang bercahaya (qalbi nura). Artinya,
manusia adalah perpaduan dua unsur, makhluk dualitas dalam satu jiwa. Unsur
jasmani (bumi), dan unsur rohani (langit).
Pascaramadan, amal dualitas ini yang selalu
menyertai manusia. Beramal di bumi, namun berganjar langit yang disebut pahala
(tsawabah), ampunan (maghfirah), surga (jannah). Sangat istimewa, manusia
makhluk bumi. Namun meretas langit dengan amal mereka berbasis rahasia hati.
Sangat disayang, jika perintah amal berasal
dari langit. Lalu, dikerjakan di bumi seperti salat, puasa, zakat, haji hanya
habis hangus di bumi, tanpa pernah melangit. Melangkah, mendaki guna
melangitkan amal-amal di bumi. Ternyata, daya tampung bumi menjadi realitas
cahaya di atas cahaya (nurun 'ala nurin)
dapat teraktualisasi. Amal yang gagal melangit, karena amal tersebut tidak
beserta cahaya Muhammad (nurun 'ala nurin). Landasan amal demikian adalah ego
sentris, atau hanya ilmu sentris.
Betapa banyak amal manusia yang
diperkenan/diijinkan beramal. Namun tidak masuk kepada pintu amal
(babul-'amal). Pintu perkenan adalah pintu besar, banyak roh yang menanti
penerimaan amal. Setelah masuk ke pintu kecil (babul-'amal). Masih ada lagi
pintu kecil yang disebut pintu penerimaan amal (babul qabul 'amal). Babul qabul
'amal terhubung kepada pintu surga (babul-jannah).
Untuk diterima amal oleh Tuhan sang pemilik
kemuliaan dan kemurahan, wajib menyertakan amal syariat dan amal hakikat. Amal
syariat berbasis amal hakikat, amal hakikat bergantung pada amal syariat.
Sampai keduanya harmoni, tanpa konflik. Misal, wuduk rohani beserta wuduk
jasmani, sempurna justru dengan memadukan keduanya, bukan memisahkan. Dalam
salat, takbir hakikat terlebih dahulu berjalan secara rohani (qasadiyah), baru
zahir takbir menyusul dengan bacaan dan gerakan (takyiniyah). Bila tidak, salat
hanya sebatas bacaan dan gerakan (hurufiyah dan harakiyah). Belum sempurna,
belum kamaliyah. Karena belum menyertakan hati (qalbiyah). Kesempurnaan adalah
pemaduan (harmonisasi) tiga asas (rukun) dalam semua ibadah. Salat, puasa,
zakat, haji mengandung rukun qauliyah, rukun fi'liyah, rukun qalbiyah.
Dua yang pertama (bacaan dan gerakan) adalah
milik bumi. Berdimensi ruang dan waktu merupakan identitas bumi (ardh). Sedang
yang satu, tanpa dimensi ruang dan waktu, kondisi dan suasana rasa langit
(samawat). Hati (qalbu) tidak sanggup dibatasi oleh dimensi ruang dan waktu
(bumi). Namun, mampu menembus kedua dimensi bumi. Hati (qalbu) tidak dapat
dipagari oleh bacaan bumi dan pergerakannya. Tetapi melintas batas. Batas
wilayah yang dibuat oleh Jibril. Buktinya, Rasulullah SAW menjebol pagar-pagar
malaikat. Sebab, cahaya Nabi Muhammad Rasulullah SAW di atas semua cahaya
(nurun 'ala nurin). Padam cahaya malaikat, jika bertatap dengan cahaya
Rasulullah Muhammad Nurullah, Muhammad
SAW sang kekasih Allah Annur.
Beserta umat Muhammad, keberangkatan ini
terjadi saat malam Alqadar. Umat Muhammad yang berkualitas cahaya Muhammad, di
malam Alqadar akan menyalami malaikat dan Jibril (ruhul-quddus). Sang pengasih
(Arrahman) sudah menghadiahkan seluruh alam bumi dan alam langit kepada umat
Muhammad SAW untuk diduduki. Derajat dan prestasi paling agung sepanjang
sejarah dunia. Derajat yang tinggi ini, tidak pernah Tuhan berikan kepada
malaikat, kepada Jibril (ruhul-qudus). Kecuali malaikat hanya bertugas melayani
manusia. Manusia sebagai kreasi Tuhan yang maha sempurna (fi ahsani taqwim).
Satu lagi, amal umat Muhammad SAW yang
dicemburui oleh malaikat. Amal kajian
ketuhanan yang mencapai puncak (wushulillah). Sehingga tidak ada seorangpun
dari golongan jin, walau Ifrit menggapainya. Tidak ada seorangpun malaikat yang
sanggup membuka selaput, dinding (hijab) kajian ketuhanan, meski malaikat
Jibril. Anugerah terbesar berupa limpahan karunia adalah saat manusia mengenal
Tuhan. Beragama dengan pengenalan yang awal kepada Allah (awwaluddin
ma'rifatullah). Dan, berakhir kepada pengenalan kepada Tuhan. Barang siapa
mengenal Allah, hancur sekalian jasad. Sungguh, amal yang tersisa di ujung
waktu mendekati kiamat adalah amal hati (hakikat). Saat amal syariat sudah
Allah SWT angkat ke langit. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar