KEBERPIHAKAN
KEBERPIHAKAN
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Berpihak merupakan kepastian hidup. Kini, tidak ada
lagi wilayah abu-abu. Pilihan hanya ada dua, hitam atau putih. Namun, ada satu
lagi pengelompokan (kategori), yaitu bukan hitam dan bukan putih. Mereka
kelompok menengah, atau Islam jalan tengah (wasathiyah).
Pemilihan jalan kanan (putih) berpotensi kekiri
(hitam). Adapun pemilihan jalan kiri (hitam) berpotensi kekanan (putih).
Artinya, jalan lurus tidak selamanya ke kanan, dan tidak selamanya lurus ke
kiri. Namun, saat kepastian kematian, dibimbing Tuhan ke jalan lurus
(mustaqim).
Jalan lurus (mustaqim) merupakan corak jalan para
nabi. Lihatlah jalan kehidupan para nabi, disanjung, diangkat, direndahkan.
Bahkan dihempaskan, diburu, dan ada yang dibunuh. Sketsa kehidupan mereka
melambangkan pertaubatan dari dosa, seperti nabi Adam, nabi Nuh, nabi Musa,
nabi Yunus. Mereka menjalani hidup apa adanya, bukan mengada-ngadakan sesuatu.
Saat ditanya tentang mukjizat sebagai bukti bahwa mereka utusan Tuhan, mereka
tidak mampu menghadirkan mukjizat.
"Utusan itu berkata: Tuhan kami mengetahui, bahwa sesungguhnya kami
hanya utusan." (Sumber: Yasin ayat
16). "Dan, kewajiban kami tidak lain, hanya menyampaikan (ajaran) dengan
jelas." (Sumber: Yasin ayat 17).
Bukan dosa yang Tuhan benci, namun berbetah dalam
dosa. Karena menganggap Tuhan kejam, Tuhan mengusir, dan menutup pintu ampunan.
Tuhan tidak memandang dengan pandangan kasih dan sayang kepada pendosa, kecuali
kebencian. Anggapan yang keliru tentang Tuhan yang maha pengampun, pemaaf, dan
penerima taubat. Anggapan yang membangun hijab (dinding) antara diri dengan
Tuhan. Padahal Dia maha pengampun atas kesalahan (dosa) orang yang menzalimi
diri.
Memang, bila tidak bersama Allah, memohon
perlindungan dari-Nya, tidaklah seseorang mampu keluar dari jeratan dosa yang
melilit. Sanggup memutuskan jaringan dosa dalam bentuk harta, tahta, wanita (3
ta) hanyalah dengan memohon sungguh-sungguh perlindungan dan penjagaan Allah
SWT dari godaan syaitan yang terkutuk. Sebab, syaitan bersekutu dengan hawa
napsu manusia, berupa kecintaan terhadap harta dan keturunan. (Sumber: Bani
Israil ayat 61-65).
Telah menjadi bentuk perjanjian Iblis dengan Tuhan,
sebelum dia terusir dari surga. Dia pergunakan suara-suara yang memukau, dia
kerahkan pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki, serta perdayakan mereka
(manusia). Bersekutulah kepada mereka di dalam harta dan anak-anak mereka.
Perdayakan dan tipulah manusia, dan tiadalah tipuan syaitan kecuali sia-sia.
Sungguh hamba-hamba Kami yang ikhlas, engkau (syaitan) tidak berdaya.
Capaian yang paling membahagiakan syaitan adalah
ketika manusia mempersekutukan Allah SWT dengan benda-benda duniawi, atau
mengambil penolong selain Allah. "Katakan, siapakah Tuhan langit dan bumi?
Katakan, Allah. Mengapa kamu mengambil penolong selain Dia. Sesuatu yang tidak
sanggup mengundang manfaat dan menepis mudarat. Katakan, adakah sama yang buta
dan yang melihat? Atau, adakah sama kegelapan dan cahaya?" (Sumber:
Arra'du ayat 16).
Tuhan memberi perumpamaan mengenai gelap dan terang.
Orang yang terang, terang dalam menyembah Allah SWT. Orang yang gelap, gelap
dalam menyembah bayang-bayang sendiri (ego centris). Ego centris telah
menempatkan diri sebagai diri suci. Terlebih jika masyarakat meng-elu-elukan
dirinya sebagai bapak suci, atau bunda suci. Terlena, terpana, terbuai dengan
pujian manusia. Menjadilah dia dikatakan "manusia agung, manusia
mulia." Oleh sebab itu, Alquran menundukkan ego para nabi, supaya jangan
mengaku suci, hebat dan pintar. Niscaya, semua nabi pasti pernah melakukan
dosa. Kemudian, ditegur Allah SWT dan mereka bertaubat. Semua nabi pernah
merasakan musibah, bahkan musibah yang ditimpakan kepada nabi, lebih berat
daripada umat. Bukan saja musibah raga, tetapi juga musibah agama.
Buktinya, setiap nabi pasti mati. "Mayya'budu
Muhammadan qad mata" (siapa yang menyembah Muhammad, sungguh Muhammad
sudah mati). "Wamayya'budullaha hayyun daimun la yamutu abada,"
(siapa yang menyembah Allah, niscaya Dia maha hidup abadi, tidak pernah mati).
Maka, Allah sediakan jalan hidayah bagi siapa yang Dia tunjuki. Dan tidak ada
jalan bagi orang yang zalim, lagi sesat. Kecuali jalan ke neraka.
Setinggi-tinggi hidayah adalah tauhid, serendah-rendah keburukan adalah syirik
(mempersekutukan Allah SWT).
Kini, waktu siksa datang secara tiba-tiba
(innassa'ata bahgtah), tanpa tanda. Tiba-tiba sakit, tiba-tiba mati, tiba-tiba
untung, tiba-tiba rugi, tiba-tiba taat, tiba-tiba maksiat. Ujian puncak
keimanan adalah tiba-tiba beriman, lalu mati (husnul khatimah). Tiba-tiba
kafir, lalu mati (suul khatimah). "Takutlah kamu pada masa itu, fitnah
(ujian) datang seperti potongan malam yang gelap." (Sumber: Hadis Riwayat
Muslim). Dilanjutkan: "Seseorang yang berada di waktu pagi dalam keadaan
beriman (mukmin). Menjelang sore, dia sudah menjadi kafir. Seseorang yang
berada di waktu sore dalam keadaan kafir. Menjelang pagi, dia sudah menjadi
mukmin."
Ketidakpastian dan ketidakmenentu adalah ciri tahun
ini, dan tahun-tahun hadapan. Oleh sebab itu, jangan lalai untuk dzikrullah
mudawwamah (ingat Allah yang berketerusan). Bukan banyak bermain, bukan lama
berhias, bukan banyak di tempat hiburan (games and intertain). Ciri orang yang
tertutup hatinya (kafir) adalah marah ketika diingatkan Alquran. Mereka menutup
mata dan menyumbat telinga. "Diantara manusia ada yang menjual perkataan
sia-sia, untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa ilmu. Dan menjadikan
ayat-ayat Allah sebagai bahan permainan. Bagi mereka siksa (neraka) yang
menghina. Ketika dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, lantas mereka
menyombongkan diri. Seakan mereka tidak mendengar ayat-ayat. Sungguh di
telinganya terdapat sumbatan. Maka, berikan kabar gembira kepadanya berupa azab
(neraka) yang pedih." (Sumber: Lukman ayat 6-7).
Keberpihakan Allah SWT dan Rasulullah SAW kepada
orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh
kenikmatan. Mereka kekal didalamnya. Janji Allah pasti benar, dan Dia maha
perkasa lagi maha bijaksana. (Sumber: Lukman ayat 8-9). Tegas, Tuhan dan
utusan-Nya, tidak berpihak kepada orang yang durhaka, aniaya, dan semena-mena.
Menyesatkan manusia dari jalan Allah, membuat kebengkokan dalam agama,
menghalangi manusia dari jalan kebenaran, menyembunyikan keesaan Tuhan Alhaq,
sedang mereka mengetahui. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar