PENEGAK KEBENARAN
PENEGAK KEBENARAN
Oleh
Ma’ruf Zahran Sabran
Kini, dipilihnya umat Muhammad SAW selaku
pengawal hukum Allah SWT supaya kebenaran tegak. Keberlangsungan misi
Rasulullah SAW dilimpahkan kepada umatnya, agar berkeadilan. Menjadi penyeru
kebaikan dan mengawalnya. Menjadi saksi yang menyaksikan, karena mereka
menerima amanah Alquran beserta fungsi pembeda (Alfurqan). Sangat banyak
pembedaan (disparitas) dua kelompok uji yang dibentang. Disertai konsekuensi
logis dari setiap pekerjaan. Dualitas akibat dari sebab perbuatan. Surga
dunia-akhirat, neraka dunia-akhirat.
Sebelum datang keputusan hukum Tuhan di
akhirat. Di dunia, selalu diperingatkan oleh-Nya. Melalui utusan-Nya yang
terpilih, Muhammad Rasulullah SAW sebagai pembawa kabar gembira (basyir), dan
pembawa kabar menakutkan (nadzir). Dan Muhammad SAW adalah pembela orang-orang
yang beriman dan beramal saleh. Dan, Rasulullah SAW berlepas tangan dari
orang-orang yang ingkar. Artinya, Rasulullah SAW bukan penjaga mereka, bukan
wakil mereka, bukan untuk memaksa mereka supaya beriman kepada kenabian dan
kerasulan Muhammad SAW. Karena iman bukan keterpaksaan, namun kesadaran.
Kesadaran adalah rasa hidayah. Hidayah adalah rasa kesadaran. Sehingga, hidayah
dan rasa, bukan materi ujuk-beri. Maksudnya, rasa tidak untuk dibagi rata.
Sebelum Alquran ditutup untuk selamanya.
Karena tidak ada lagi yang mau menjadikannya pedoman. Sebelum huruf Alquran
diangkat ke hadirat pemilik-Nya. Dalam arti, tidak ada seorangpun yang mampu
membaca Alquran. Muspra cahaya gunung, bumi, langit, bulan, matahari, detik, menit,
jam, hari, pekan, bulan, tahun, hidup, mati. Selama ini, alam semesta bekerja
menurut koridor dan kompas Alquran. Meninggalkan kompas Alquran berarti memilih
kematian jasmani dan rohani. Maksud kematian alam jasmani ialah, air tidak lagi
bermanfaat, membeku tidak lagi mengalir. Udara tidak lagi berhembus lembut dan
pelan. Tetapi, udara sudah mengamuk keras dan sangat cepat, tergesa-gesa. Api
tidak lagi menyalakan hangat yang bermanfaat. Melainkan hanya tinggal bara api
yang sangat panas. Api sudah sangat besar, menjadi musuh. Bukan lagi menjadi
sahabat. Tanah tidak lagi sanggup untuk ditanami. Kecuali tanah, sudah menjadi
kering, kerontang, mati (tidak merespon).
Nabi Muhammad SAW mendapat pertentangan dan
perlawanan yang keras dari kaumnya. Begitu pula orang-orang salihin yang
beriman, mereka diolok-olok oleh kaum mujrimin (para pendosa) di dunia. Di
akhirat, orang-orang yang beriman menertawakan orang-orang kafir (baca:
Almutaffifin ayat 29-34).
Dua kelompok uji ini, memang selalu berbeda.
Sejak masa Nabi Nuh, jamak diceritakan Alquran. Justru penentang dakwah datang
dari keluarga, tetangga, dan kaumnya sendiri. Nabi Hud, seorang utusan Tuhan
yang paling miskin, bahkan diusir oleh kaumnya. Nabi Lut, seruan melarang
perbuatan haram, homosex. Mereka mendatangi laki dengan laki (lanang karo
lanang) dengan syahwat. Sampai tiba hukuman Tuhan untuk mereka berupa hujan
meteor. Nabi Saleh dan kaumnya yang durhaka. Nabi Syuaib, umatnya yang mengecoh
dalam timbangan, mengurangi sukatan, akhirnya mereka disambar petir, karena
melakukan kecurangan ekonomi. Kaum dengan agama penyembah berhala, tipe umat
Nabi Ibrahim. Akhirnya, Tuhan musnahkan mereka dari muka bumi. Lalu, setelah
umat di bumi Babilonia (Irak) rata dengan tanah. Nabi Ibrahim hijrah ke
Palestina, dan membuat pemukiman baru di sekitar baitul-maqdis sekarang. Kaum
Nabi Nuh, kaum Hud, Luth, kaum Saleh,
kaum Syuaib dan kaum Ibrahim, mereka yang mendurhakai Allah SWT pasti
dihancurkan. Sedang mereka yang menaati Allah dan Rasul-Nya, kepastian
keselamatan dunia dan akhirat.
Lagi-lagi, para utusan dihadirkan Tuhan untuk
melawan egoisme, kesombongan, tirani kekuasaan, anarkis, dan sikap merusak
lainnya. Nabi Musa, Zakaria, Yahya, Isa, Muhammad diutus secara periodik.
Niscaya, lawan dari semua bentuk kezaliman adalah kedamaian, cinta kasih,
kepasrahan, ketundukan, sebagai makna turunan (derivatif) aslama, yuslimu,
islam. Artinya, selalu dalam keadaan damai. Tunduk pada aturan, patuh pada
hukum, menjaga silaturahmi, dan sikap mulia lainnya. Bukan semata agama formal bagi
para penganut agama. Tetapi sikap penyerahan diri total kepada pencipta beserta
nilai-nilai keluhuran. Buktinya, Alquran jamak mengecam perilaku yang tidak
bersahabat, perilaku zalim (aniaya). Bukankah perilaku kejahatan juga banyak
dilakukan oleh pemeluk agama. Tapi, beragama secara formal (institusional),
tanpa sikap spiritualitas.
Nyata, tirani kekuasaan adalah musuh semua
ajaran kebaikan luhur. Luhur, budi baik merupakan sahabat agama dan sahabat
kita semua. Perilaku menyimpang, seperti menyimpan, menimbun, menumpuk barang kebutuhan dan keberhajatan
rakyat umum, adalah dosa besar. Demikian juga mensuplai, mengedar, menjual
barang terlarang (narkotika) merupakan musuh kemanusiaan, yang wajib dilawan!
Termasuk para cukong, bandar, boss dan pembekingnya.
Jadi, tugas sang utusan dan orang-orang saleh
yang mewarisi amanah ilmu sang utusan, adalah menegakkan neraca keadilan, dan
kebenaran. Lalu, memakmurkan penduduk bumi. Supaya aset kekayaan tidak saja
terfokus pada orang-orang kaya diantara kamu. Bukti sejarah, saat kejahatan
masyarakat kafir Mekah memuncak, merajalela, Tuhan mengutus Nabi Muhammad
Rasulullah SAW. Ketika Mesir tertindas oleh pemerintahan zalim (rezim) Fir'aun,
lahir Musa yang dihanyutkan di sungai Nil dan berhenti di tempat pemandian
permaisuri Fir'aun. Sehingga dia diberi nama Musa, Musa yang artinya air.
Kelak, setelah dewasa dilantik menjadi utusan Tuhan. Kemudian, Musa menjadi musuh Fir'aun dan bala tentaranya.
Nabi Ibrahim juga sosok antagonis dimata Namrud, raja Babilonia (Irak). Eksekusi
yang dia putuskan untuk membakar Nabi Ibrahim hidup-hidup. Nabi Ibrahim bukan
mati. Malah hidup, sehat, kedinginan di dalam api. Teruntuk dan titip salam
sejahtera atas Ibrahim (baca Al-Anbiya' ayat 69). Artinya, tidak ada suatu orde
(kurun) penyimpangan keadilan dan kebenaran, kecuali Tuhan turunkan penegak
kebenaran dan duta pelurus keadilan. Wallahua'lam.
Komentar
Posting Komentar