Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Al Hikam - Hikmah 256 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 256 MEDAN PERJUANGAN Andai tidak ada medan-medan perjuangan jiwa melawan hawa napsu, pasti tidak akan terbukti kebenaran perjalanan orang-orang yang menuju Allah, sebab tidak ada jarak antaramu dengan Allah yang harus ditempuh dengan kendaraan, dan tidak pernah putus hubunganmu denganNya, jika hapus (putus), maka sambunglah olehmu. Hakikatnya tidak ada jarak penghalang antara hamba dengan Tuhan, saking dekatnya hubungan keduanya, menjadi rahasia hati yang tidak terbaca, tidak tertulis dan tidak terkira, sebab kedalaman hati tiada seorangpun tahu, kecuali Allah swt. Tetapi, hubungan mesra itu tercederai dengan hawa napsu tamak duniawi, lalu hubungan mesra dan cinta dengan Allah swt itu menjadi renggang, menjadi kosong tidak bermakna, menjadi hampa tidak berarti, lama-lama hubungan itu bisa putus. Pemutus hubungan engkau dengan Allah swt adalah syahwat, syahwat ingin berkuasa, syahwat ingin kaya, syahwat artinya indah dipandang mata dzahir tentang kemewahan dan kesenangan

Al Hikam - Hikmah 253 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 253 MELEPASKAN KESOMBONGAN Tidak ada sesuatu yang dapat mengeluarkan engkau dari sifat kesombongan, kecuali engkau menyaksikan sifat Allah. Seakan-akan guru besar mursyid imam Ahmad ibnu Athaillah rahimahullah ta'ala 'anhu wanafa'ana bi'ulumihi mempertanyakan apa yang kita miliki ? Karena kesombongan muncul dengan sebab merasa berhak memiliki sesuatu (hak kepemilikan). Merasa memiliki kekayaan lalu menghina orang miskin, menolak kebenaran, lalu merekayasa untuk membangun kekayaan dinasti, sampai saatnya Allah swt akan menarik apa yang engkau sombongkan berupa kekayaan, kepangkatan, kepintaran, keturunan, kejayaan yang kesekian kalinya (hakikatnya) merupakan adzab tapi berselubung nikmat yang disebut istidraj (sanastadrijuhum min haitsu la ya'lamun, wa-umli lahum, inna kaidi matin-Kami akan menarik mereka dari arah yang tidak mereka duga, menjadi urusanKu, bukan urusanmu,   sesungguhnya rencanaKu maha kokoh). Tetapi, bagi hamba yang telah sampai (was

Al Hikam - Hikmah 110 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 110 WAKTU TAFAKKUR Pilihan waktu-waktu terbaik bagimu adalah waktu engkau sangat merasa butuh kepada kemurahan Allah. Dan kembali dalam berharap kemurahan Allah di waktu kehinaan (kelemahan) dirimu. Gurunda mursyid Ibnu Athaillah rahimahullah ta'ala menghikmah kita bahwa pilihan waktu terbaik saat hati kita sangat berhajat pertolongan di kala kita senang atau susah, kita sangat berhajat kepada Allah swt akan rahmat sehatNya baik dikala sehat atau sakit, kita sangat berhajat kepada Allah swt akan kemuliaanNya di kala kita mulia atau hina pada pandangan manusia. Kita senantiasa berhajat (berkebutuhan) kepada Allah swt akan perbendaharaan kekayaan di tangan Allah   baik dikala kaya atau miskin. Waktu - waktu yang diliputi oleh keadaan tidak berdaya serta   selalu merasa berhajat pada kekuatan Allah swt itulah waktu paling istimewa dan sedekat-dekat hamba dengan Tuhannya ketika doa dihadirkan dengan berharap sepenuh hati, bukan setengah hati. Firman Allah swt : Dan jika

Al Hikam - Hikmah 131-135 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
Hikmah 131–135 AMAL DAN PAHALA Hikmah 131 Allah telah mengetahui kelemahanmu, maka Dia menyedikitkan bilangannya, dan Allah mengetahui pula bahwa engkau sangat berhajat (berkebutuhan), maka Dia memperbanyak pahalanya. Maksudnya, Allah swt yang maha mengetahui (Al-'Alim) akan kelemahan manusia, maka Dia sedikitkan beban (taqlilut takalif) dari awalnya kewajiban shalat 50 x berubah menjadi 5 x, tetapi pahalanya sama dengan 50 x bahkan lebih besar lagi (fakatstsara amdadaha), melipatgandakan balasan. Atau semisal puasa Ramadan 30 hari ditambah puasa sunnah Syawwal 6 hari, jadi berjumlah 36 hari tapi pahalanya sama dengan puasa setahun penuh (12 bulan). Betapa pemurah dan baiknya Allah swt sehingga Allah swt tahu betul bahwa manusia sangat berhajat kepadaNya. Menyedikitkan beban dan memperbanyak balasan kebaikan adalah menjadi nama dan sekaligus sifat Allah maha pemurah (Al-Karim). Karim dalam pemberian anugerah malam dan siang tanpa peduli sebanyak apapun yang Dia berikan, tan

Al Hikam - Hikmah 220 - Ustadz H. Ma'ruf H. Zahran, S.Ag, M.Ag

Gambar
  HIKMAH 220 KEWAJIBAN PADA WAKTU DAN KEWAJIBAN WAKTU (HUQUQUN FIL - AWQAT - HUQUQUL AWQAT) Telah berkata mursyid imam Ahmad ibnu Athaillah As Sakandari rahimahullah ta'ala 'anhu (wafat 700 H) : Kewajiban di dalam (pada) waktu dapat diqadha (ganti), sedang kewajiban waktu tidak dapat diqadha. Sebab, setiap waktu ada hak Allah dan kewajiban hamba yang terjadi saat itu, tidak bisa diulang lagi waktunya. Sedang kewajiban pada waktu bisa diulang. Lalu, bagaimanakah engkau dapat menyelesaikan hak dan kewajiban waktu, apabila engkau belum menyelesaikan hak Allah dalam (pada) waktu. Kewajiban pada waktu adalah pada waktu-waktu yang telah ditentukan seperti shalat dan mengqada'nya, waktunya mungkin telah hilang, tapi kewajiban pada waktu masih tetap ada. Atau seperti kewajiban puasa, apabila puasa tahun ini tidak dilaksanakan karena terdapat uzur yang dibenarkan syara', maka bisa diganti tahun yang akan datang sebelum masuk Ramadhan yang akan datang. Kewajiban pada wa